Anak ketahuan mencuri
Anak ketahuan mencuri

Mencuri adalah perilaku tercela, tidak peduli pelakunya anak atau orang dewasa. Bagaimana jika buah hati kita kedapatan mengambil barang-barang yang bukan miliknya tanpa izin?

Apakah si kecil mengerti mencuri itu salah? Belum tentu, sebab pada kenyataannya banyak anak mengambil sesuatu di rumah tanpa bertanya.

Mereka belum memahami batasan milik pribadi dan milik orang lain. Ini terjadi pada anak usia tiga hingga lima tahun.

Mengapa anak mencuri? Alasan pertama, mencuri masih impulsivitas bagi anak. Anak tidak mengetahui konsekuensi perilaku salah tersebut. Kedua, mencuri untuk menarik perhatian orang dewasa. Selain itu, anak beberapa kali melihat orang lain mencuri, kemudian menirunya.

Keempat, anak mencuri barang yang mereka sukai. Alasan lain, anak mencuri sebagai cara memberontak.

Kelima, anak mencuri karena tekanan teman bermain atau teman sebaya. Keenam, beberapa anak, terutama yang usianya lebih tua mencuri untuk membeli barang terlarang, seperti alkohol atau obat-obatan.

Ada banyak pertimbangan yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki perilaku anak. Ketika orang tua belum mengenalkan pada anak bahwa mencuri itu perbuatan tercela, maka cara menanganinya menggunakan pendekatan berbeda. Ada juga anak yang sudah mengerti mencuri itu salah, namun tetap melakukannya demi mencari perhatian orang lain.

Anak-anak biasanya mulai paham mencuri itu salah sekitar usia TK hingga kelas satu sekolah dasar. Pada titik ini mereka menyadari ada barang milik pribadi, dan mengambilnya tanpa izin itu tidak bagus.

Ketika anak tertangkap mencuri, orang tua hendaknya langsung mengintervensi untuk memperbaikinya. Orang tua dan guru harus mencontohkan peran positif di rumah dan di sekolah. Bicara pada anak dengan tenang, tegas, dan memilah-milih perilaku baik dan perilaku buruk.

Minta anak berani mengaku perbuatannya yang tak jujur, dan pujilah mereka ketika mau mengakui kesalahan dan meminta maaf. Jika kebiasaan mencuri terus berlanjut, munrang tua mungkin membutuhkan bantuan profesional.

Konsultan atau psikolog anak bisa memberikan konseling dan mengembangkan strategi intervensi yang tepat untuk anak. Cobalah memahami mengapa anak terus mencuri. Bicara pada mereka untuk memberi wawasan.

Sikap terbuka akan mendorong anak mau berbicara. Tetap tenang, meski tak apa sesekali kita menunjukkan tidak berkenan dengan perilakunya. Hindari mempermalukan anak di depan orang lain.

Kita bisa membuka percakapan dengan kalimat, seperti, “Boleh ibu tahu alasan kamu mencuri uang itu? Uangnya untuk apa?” Percakapan seperti ini bisa membuat anak mulai terbuka dan mengungkapkan kesulitan yang dihadapinya. Ketika kita sudah mengetahui alasan anak, kita  bisa membantunya memecahkan masalah tersebut.

Table of Contents

Source: Verywell Family

Share:

Tags:

Leave a Comment