Hamil kembar laki-laki
Hamil kembar laki-laki

Waktu dr Semadi bilang bayi kembar kami keduanya berjenis kelamin laki-laki, sulit menggambarkan apa yang kurasakan saat itu. Benar-benar kejutan.

Berulang kali nanya, “Beneran nih, dok?” Kemudian pas aku dan mas menyadari dr Semadi gak mungkin bercanda, tawa kami pun pecah di Klinik Kulhen malam itu, 31 Agustus 2018.

Bergantian aku mengalihkan pandangan ke monitor saat dokter melakukan USG, kemudian gantian melihat wajah mas yang merekam video pemeriksaan kandunganku yang sudah empat bulan dan tak lama lagi menjelang lima bulan. Alhamdulillah wasyukurillah.

Kulihat wajah mas tampak bahagia, bangga, bersyukur, terharu, ekspresi campur aduk gak ketebak terlihat di wajahnya, disela dengan kepo-nya Maetami yang terus-terusan nanya sambil nunjuk ke TV, “Pa, pa, apa itu?”

Saat kehamilan 17 minggu, kami mengetahui jenis kelamin si kembar. Hanya dalam hitungan kurang dari dua minggu kemudian, aku merasakan perubahan cukup pesat pada perutku. Makin gedeeee.

Gerakan si kembar pun semakin jelas kurasakan. Mereka menendang bergantian. Aku semakin senang mana kala tendangan mereka juga bisa dirasakan papa dan kakaknya, Maetami.

Oya, mungkin ada yang pengen tahu apakah aku ada keturunan kembar?

Secara genetik, ayahku memiliki kakak laki-laki yang mempunyai putra kembar. Sepupuku Rahman dan Rahim, anak dari Alm Wak Ipul dan Almh Wak Eli. Kakek (orang tua ayah) juga memiliki adik di mana anak dan cucunya juga kembar.

Kekuatan Doa

Kehadiran dua jagoan di rahimku sama sekali tak pernah kubayangkan. Kuyakin ini bagian dari doa-doaku yang diijabah Allah. Aku percaya, Allah selalu menggenggam seluruh doa hamba-Nya, dan melepaskan genggaman itu satu per satu di waktu yang tepat. Dan, inilah waktu yang tepat dari Allah untuk kami.

Aku masih ingat, 17 Maret lalu kami bertiga ‘mengungsi’ Nyepi di sebuah hotel di Kuta. Nyepi tahun ini tepat sehari sebelum ulang tahun ketiga Almarhum Raffa, putra pertama kami. Raffa meninggal 18 Maret 2015 karena keguguran saat usia kandungan menginjak lima bulan.

Tengah malam itu di hotel, aku menangis. Rasanya sendu dan sediiih sekali mengingat pada hari yang sama dua tahun lalu aku, suster, dan tim dokter berjuang di rumah sakit menyelamatkan janinku hampir 20 jam. Berawal dari flek, kontraksi tiada henti, ketubanku pecah, dan bayiku lahir tak bernyawa.

Sambil sesegukan di kasur, berusaha menahan suara agar mas dan Mae tidak terganggu tidurnya. Dalam hati aku berdoa pada Allah semoga berkenan mengembalikan Raffa padaku. Ya, aku berdoa Allah kembali memercayakanku seorang bayi laki-laki pada kesempatan berikutnya.

Pagi harinya, setelah Nyepi berakhir, kami bertiga berziarah ke makam Raffa. Meski tiga tahun berlalu, air mata kami tetap jatuh di pusaranya. “Ibun rindu, nak. Raffa, balik dong ke ibun.” Berulang kali dalam hati aku berbicara sendiri.

Tak kusangka tiga bulan kemudian aku didiagnosa hamil. Sungguh nikmat Allah yang Maha Sempurna. Dan sekarang, aku seakan merasa salah satu dari bayi yang kukandung adalah Raffa kedua yang dikirim Allah untukku. Alhamdulillah, syukurku pada-Mu Ya Allah.

Empat Bulan Penuh Drama

Sungguh, pengalaman hamil si kembar dengan hamil Maetami sangat jauh berbeda. Empat bulan pertama hidupku penuh drama, secara fisik dan psikis.

Semakin mereka bertumbuh, semakin tubuhku protes. Empat bulan morning sickness berkepanjangan. Apa saja bisa membuatku muntah, mulai dari minum air putih, sikat gigi, keramas, aroma bawang, aroma uap nasi, aroma ikan, parfum.

Tiga bulan aku nyaris gak pernah makan ikan. Jika harus makan ikan demi kesehatan, satu-satunya menu ikan yang bisa kumakan adalah ikan pindang yang dijual di Warteg Bu Rhisma.

Warteg Bu Rhisma sayangnya ada di Tukad Banyusari, kontrakan lama kami yang jaraknya cukup jauh dari rumah tinggal kami sekarang di Padang Udayana. Syukurnya Yani, mba yang membantuku mengasuh Mae, bisa membelikannya setiap pagi sebelum ke rumah. Kenapa harus ikan pindang Bu Rhisma sih? Aku pun gak tahu alasannya. Hahaha.

Jadi, kulkasku selama tiga bulan pertama penuh dengan ayam. Apa-apa makannya ayam, mau itu ayam goreng, ayam gule, opor ayam. Atau, bisa juga daging sapi atau iga sapi, pokoknya bukan ikan. Sering-sering cuma makan pake sayur, tempe tahu, dan sambel. Itu udah nikmat banget rasanya.

Kalo buah, si kembar kayaknya suka banget makan jambu kristal. Ya, aku sering banget ngemil jambu. Beda sama Mae dulu yang tiap hari pengennya makan pisang 😀

Porsi makan pun berubah drastis. Mungkin karena isi perut dobel, jadinya gak bisa lagi makan banyak. Gampang begah. Nasinya paling banyak cuma 1,5 sendok nasi. Makannya di piring kecil. Abis makan langsung kayak ular abis nelan rusa, begah dan gak bisa gerak, senderen di kursi beberapa menit, baru bisa beraktivitas lagi. Tubuhku pun mudah lelah, engappp.

Perubahan hormonal karena mengandung bayi laki-laki juga memengaruhi kulitku. Kulitku kering, retak, bersisik, dan gampang luka mengelupas. Pernah satu hari aku membersihkan komedo di hidung, kulit hidungku langsung lecet dan korengan tiga hari. Seumur-umur gak pernah kayak gini.

Kulit kering bersisik kayak nenek-nenek muncul dan sembuh bergantian, mulai dari lengan kanan, lengan kiri, betis kanan, betis kiri, sampai ke selangkangan. Ya Allah, aku saja kadang jijik sama diri sendiri. Waktu hamil Mae, wajahku benar-benar bersih, bebas jerawat, bebas minyak, mulus, rambut juga berkilau. Tapi pas hamil si kembar wajah jerawatan terus, rambut rontok, muka kucel. Amit amit.

Solusinya beli minyak zaitun dan rajin pake body lotion setiap hari dan sebelum tidur. Rajin minum air putih juga, karena katanya dehidrasi atau kekurangan cairan salah satu penyebab kulit kering saat hamil.

Si Anteng dan Si Rewel

Usia empat bulan, hasil pemeriksaan dokter si kembar pertama (Baby R1) beratnya 206 gram dan panjang tubuh 12,35 cm, kantong rahimnya ada di sisi kanan perutku. Yang kedua (Baby R2) beratnya 182 gram dan panjang tubuh 11,71 cm, kantong rahimnya ada di sisi kiri.

Makin ke sini naluri keibuanku mulai bekerja. Aku mulai mengenal kedua putraku sedari dalam kandungan. Baby R1 yang tubuhnya lebih besar kemudian kupanggil Si Anteng, sementara Baby R2 yang tubuhnya lebih kecil kupanggil Si Rewel.

Penamaannya ya berdasarkan tendangan mereka di perutku. R2 ini masya Allah, aktif bangetttt geraknya, beda sama R1. R1 ini kadang suka bikin aku deg-degan. Aku lebih fokus mencari tahu dan merasakan setiap gerakannya. Dia jarang menendang, gak seperti kembarannya.

Aku baru bisa tenang kalo udah merasakan R1 bergerak. Namanya juga pengalaman hamil kembar pertama, banyak ketakutan datang, salah satunya takut salah satu bayi kembarku tak selamat. Emak-emak korban google nih, gara-gara baca artikel bayi jarang bergerak di kandungan bisa menjadi tanda penyakit tertentu.

Untungnya setiap pikiran jelek kayak gitu datang, aku kembali lagi lihatin buku medis dari dr Semadi yang menyatakan detak jantung bayiku normal saat pemeriksaan.

Tak jarang R1 dan R2 berdua menendang bersama bergantian. Mungkin mereka lagi main bareng di dalam. Hehehe. Menikmati setiap gerakan mereka di perutku, bahagianya tak terkira, seperti memberi energi baru.

I am sure that being a multiple mom will be a unique parenting journey. What is life like? I don’t know yet! ^_^ Sehat-sehat ya sayang. Sampai jumpa di pemeriksaan berikutnya, 28 September 2018.

Share:

4 responses to “Pregnancy Update! My Twin Boys”

  1. Yusuf Muhammad Avatar
    Yusuf Muhammad

    “Makin ke sini naluri keibuanku mulai bekerja. Aku mulai mengenal kedua putraku sedari dalam kandungan. Baby R1 yang tubuhnya lebih besar kemudian kupanggil Si Anteng, sementara Baby R2 yang tubuhnya lebih kecil kupanggil Si Rewel.

    Penamaannya ya berdasarkan tendangan mereka di perutku. R1 ini masya Allah, aktif bangetttt geraknya, beda sama R2.”

    Jadi yang “Anteng” itu sebenarnya “R1” apa “R2”?? Hhe..

    Selamat ya Teh Muthe, semoga kedua bayinya lahir dengan selamat..

    1. bogarawife Avatar
      bogarawife

      Ya ampuuuun, makasih banyak sudah bantu koreksi. Alhamdulillah sudah diedit. Terima kasih atas doanya dek, semoga menjadi berkah bagi keluarga kami. Amiiin.

  2. Yusuf Muhammad Avatar

    “Makin ke sini naluri keibuanku mulai bekerja. Aku mulai mengenal kedua putraku sedari dalam kandungan. Baby R1 yang tubuhnya lebih besar kemudian kupanggil Si Anteng, sementara Baby R2 yang tubuhnya lebih kecil kupanggil Si Rewel.

    Penamaannya ya berdasarkan tendangan mereka di perutku. R1 ini masya Allah, aktif bangetttt geraknya, beda sama R2.”

    Jadi yang “Anteng” itu sebenarnya “R1” apa “R2”?? Hhe..

    Selamat ya Teh Muthe, semoga kedua bayinya lahir dengan selamat..

    1. bogarawife Avatar

      Ya ampuuuun, makasih banyak sudah bantu koreksi. Alhamdulillah sudah diedit. Terima kasih atas doanya dek, semoga menjadi berkah bagi keluarga kami. Amiiin.

Leave a Comment