Sabtu, 7 Oktober 2017 ada syukuran dan doa bersama di kediaman kami, di Jalan Padang Udayana, Denpasar. Alhamdulillah, kami sekeluarga akhirnya bisa memiliki rumah setelah tiga tahun ngontrak di Bali.
Hidup di Bali gak seenak wisatanya. Sewa rumah per tahunnya di pusat kota sangat mahal, rata-rata di atas 25 juta untuk Kota Denpasar dan sekitarnya dengan tipe rumah dua kamar tidur. Masa tugas mas yang diperkirakan masih lama di sini membuat kami memberanikan diri memiliki hunian. Sempurna deh jadi warga Balinya, tinggal ganti KTP. Hehehe.
Namanya juga keluarga baru punya rumah, gak ada perkakas lengkap, sebagaimana halnya keluarga lain yang sudah lebih dulu mandiri dari kami. Aku dan mas memutuskan sewa katering empal gentong Mang Cucun, langganan mas kalo makan siang setiap jumatan di Masjid Sudirman. Emak tinggal siapin buah dan cemilan kering buat tamu.
Acara pun berjalan lancar, meski tamu-tamu baru super rame menjelang sore karena paginya cuaca mendung dan hujan. Alhamdulillah sekitar 40 orang teman-teman kami bisa menyempatkan diri datang ke rumah. Pak Ahmad Baraas mengisi pengajian singkat untuk semua yang hadir. Mas mengadzankan rumah menghadap barat, dan iqamat menghadap timur. Insya Allah, semoga kediaman kami membawa keberkahan dan kebahagiaan untuk keluarga besar.
Tuh kan, emak mulai ngelantur ngomongnya keluar dari topik. Balik lagi ke judul!
Di tengah kesibukanku seliweran ke sana kemari, aku baru menyadari Mae badannya hangat. Aku pikir karena cuaca Denpasar terus hujan selama empat hari terakhir. Mungkin Mae masuk angin, atau something like that lah. Syukurnya anak kacang masih aktif, gerak kanan kiri depan belakang kayak gasing. Makannya juga masih lahap seperti biasa.
Malam harinya aku dan mas tidak bisa istirahat. Tubuh Mae kembali panas. Pengennya nempel terus, digendong terus. Jam tiga pagi sampai siangnya berlangsung sama. Satu hal mencolok terjadi. Kotoran BAB Mae lebih encer dari biasanya, berlendir, juga berbau.
Kupikir kondisi Mae itu biasa. Mungkin karena dia terlalu banyak minum sehari sebelumnya. Mae juga banyak makan pepaya dan buah naga. Kupikir demikian. Eh benar, keesokan paginya suhu tubuhnya kembali normal. Anak kacang tetap makan lahap, gerak depan belakang kanan kiri kayak senam poco-poco. Hehehe. Tapi kok, kotorannya tetap sama ya? Encer, berbau, berlendir, dan intensitasnya lebih dari tiga kali, bahkan sampai enam kali di hari itu.
Fix, browsing sana sini, tanya grup ibu-ibu mantan teman sekampus, Mae ternyata menunjukkan gejala diare. Aku bisa merasakan anakku sangat tidak nyaman dengan kondisinya. Pantatnya mulai ruam, memerah, gak tega melihatnya karena pasti sakit sekali. Setiap digendong dia sering meringis, ya, karena ruam itu pasti sakit saat kulitnya bergesekan dengan celana.
Malamnya Maetami demam kembali. Ya Allah, kami sangat khawatir. Jam tiga pagi dia bangun dan gak mau ditidurkan, maunya digendong terus. Pas dicek, kotorannya sudah ada bercak darahnya. Ya ampuuuuun, makin panik tingkat tinggi. Mas mengajakku ke rumah sakit dini hari itu juga, tapi aku bilang mas untuk ke sana pagi hari saja. Tetap harus logis, karena jam segitu naik motor cuma cari penyakit untuk kami dan terkhusus bayi kami. Maklum ya buk, baru beli rumah. Semua harta benda yang sempat dimiliki sebelumnya harus dijual demi meminimalisir riba, termasuk mobil mas. Kakakaka.
Begini rasanya jadi emak ya? Menggendong anak seharian penuh itu superb banget sodara-sodara. Encoknya masih kerasa sampai aku menulis postingan ini. Senin pagi (9 Oktober) aku dan mas minta izin ke kantor masing-masing. Aku izin tidak kirim berita ke Bang Udin. Mas izin ke managernya untuk telat datang ke kantor. Alhamdulillah masing-masingnya dapat memaklumi.
Bayi Diare Obatnya Apa?
Jam 6 pagi kami pun langsung meluncur ke UGD RS Puri Bunda, rumah sakitnya Mae. Aku awalnya ajak mas bawa Mae ke Balimed Hospital aja yang jaraknya dekat, tinggal ngesot dari rumah. Tapi, mas bersikeras ke Puri Bunda karena anaknya sejak dalam perut sampe lahir udah akrab sama dokter-dokter di sana. Duh, iya deh iya, pak suami, meluncurrrr.
Mae ditangani Dokter Citra. Dokter di UGD ini baru perdana kujumpai, tapi orangnya kok bikin nyaman banget ya? Superrr deh dokter-dokter di rumah sakit ini 😀
Dokter Citra mendiagnosis Mae diare. Suhu tubuh anak kami normal, 37’C. Berat badan Mae 9,1 kg. Si bayi udah jerit-jerit aja karena dia tahu setiap datang ke rumah sakit ini dia pasti bakal disuntik imunisasi. Padahal pagi itu Mae gak disuntik, tapi mungkin kesan yang dia dapatkan sama.
Dokter Citra mengatakan bercak darah pada kotoran Mae harus dipastikan lagi lewat uji lab, apakah itu karena infeksi bakteri di usus atau karena ruam dan lecet di pantatnya. Mae pun diresepi ZincPro dan Protexin (sejenis probiotik untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat penyebab diare).
Dokter Citra bilang sementara tidak meresepi antibiotik, sebab kotoran Mae harus diuji lab terlebih dahulu. Jika ada bakteri penyebab diare di kotoran bayi, dokter baru memberikan antibiotik. Mae saat ini masih dinyatakan lebih baik dan perlu diantisipasi jangan sampai dehidrasi. Emak juga diminta memantau terus frekuensi buang air kecil bayi. Kalo Mae sudah stop buang air kecil maksimal 6-8 jam, apalagi sampai muntah, dokter akan mempertimbangkan bayi kami dirawat di rumah sakit.
Duuuh Mae, untungnya kamu suka minum ya nak. Dokternya bilang Mae tidak dehidrasi. Emak juga perlu memastikan kecukupan cairan masuk ke dalam tubuh Mae, berdasarkan ukuran berat badannya. Cairan yang dimaksud bisa berupa air putih, ASI, sufor, atau susu bantu lainnya. Mae juga sementara dibatasi makan sayur dan buahnya. Semua kebutuhan zat besi dibantu dari sirup ZincPro yang sudah diresepi dokter.
Diare itu gangguan pencernaan. Jadi, makanan terbaik harus bersifat mudah dicerna, mengentalkan feses, dan memenuhi kebutuhan cairan. Makanan yang perlu dibatasi adalah makanan yang susah dicerna, membuang cairan tubuh, dan mengiritasi saluran pencernaan. Nah, sayur kan tinggi serat, sehingga sementara perlu dikurangi.
Makanan yang bagus saat diare itu beras, sereal, pisang, apel, teh, roti, yoghurt, dan kentang rebus. Aku memberikan Mae nasi putih seperti biasa, ikan-ikanan, beberapa sendok teh manis, yoghurt, dan kentang. Pengen sih ngasih anakku pisang, tapi entah kenapa dia gak suka pisang sampai sekarang.
Seharian penuh emak berurusan dengan rumah sakit. Jam 12 siang hasil lab Mae keluar. Emak shock seperti biasa banyak poin yang diwarnai merah #nangis 🙁 Leukosit Mae banyak sekali.
Leukosit tinggi berarti ada infeksi bakteri jahat. Dokter Citra membenarkan. Lebih jauh dokter cantik ini menyarankanku langsung berkonsultasi dengan DSA Mae, Dokter Prayoga, sebab Mae perlu diresepi antibiotik.
Kata Dokter Citra, kebersihan menjadi faktor utama penyebab diare. Katanya, anak seusia Mae lagi suka makan, semua dipegang, semua masuk mulut. Duh nak, kurang teliti apa ibun nak? Setiap mau pegang kamu aja, ibun selalu cuci tangan pake sabun. Yani juga selalu ibun ingatkan untuk cuci tangan, bukan cuma pas nyuapin kamu makan, tapi setiap mau gendong kamu.
Yani juga dilarang kasih Mae makan selain makanan dia. Ini karena Nia, anak Yani juga sering bawa jajan ke rumah. Semua peralatan makan dan mainan Mae selalu dicuci rutin sama pake sabun khusus. Rumah bersih, makanan Mae juga aku yang masak langsung.
Aku berpikir keras, mengapa anakku begini? Entahlah Ya Allah, tiba-tiba saja aku teringat ada dua atau tiga kali aku memergoki Mae main ke kamar nenek dan minum dari gelas sama yang nenek pakai untuk minumnya sehari-hari. Nenek selalu menolak jika aku membersihkan peralatan makannya. Semua dicuci sendiri. Tapi aku lebih sering melihat nenek tidak bersih mencucinya. Aku bisa memaklumi, usia nenek sudah 97 tahun, sangat sepuh. Tenaganya sudah tidak seperti dulu lagi. Tapi nenekku itu sangat mandiri, dan berusaha untuk tetap melakukan hal-hal yang masih bisa dilakukannya sendiri.
Aku tanya Yani seberapa sering Mae main ke kamar nenek kalo aku sedang menulis berita di lantai atas atau kalo aku sedang liputan. Yani menjawab sering. Mae sering minum dari gelas nenek. Bahkan, kadang nenek menyuapi Mae dengan campuran susu energen dan roti gabinnya. Yani bilang dia tidak enak melarang nenek, sebab nenek bilang Mae yang minta dan tidak apa-apa. Whatttttt?????????? Aku sangat sangat shock. Ya Allah, pengen nangis, tapi kutahan saja. Ini semua kelalaianku.
Daya tahan tubuh orang dewasa dengan anak bayi yang belum dua tahun jelas berbeda. Ini pelajaran buat ibun ya nak. Ibun akan lebih awas memperhatikan Mae.
Dokter Prayoga baru buka praktik sore. Mas baru pulang kantor setelah maghrib. Alhasil kami baru ke rumah sakit 19.30 WITA. Seharian full ngurus Mae. Capek gendong kamu gak seberapa nak, tapi capek mikir dan kuatir soal kamu itu yang bikin ibun dan papa panik.
Kami pun baru pulang lewat jam 9 malam. Mas pun sempat mengantuk saat bawa motor. Aku juga. Duuuh, harus hati-hati, pelan-pelan bawa motornya.
Pertolongan Pertama Bayi Diare
Semoga diare ini gak berulang ya nak. Buat ibu-ibu, ini ada sedikit tips buat menangani bayi kesayangan yang sedang diare.
1. Pastikan bayi tetap terhidrasi
Dehidrasi adalah hal paling krusial yang memperburuk ketahanan tubuh bayi yang diare. Pastikan bayi kesayangan mendapat asupan cairan cukup. Untuk bayi satu tahun, rata-rata kebutuhan airnya adalah 120-135 ml per kg berat badan. Mae membutuhkan sekitar 1.000 ml cairan setiap harinya.
Cairan ini bisa berupa air putih, ASI, atau sufor. Kurangi dulu asupan gula, sebab terlalu banyak gula bisa memperparah diare. Oralit juga bisa diberikan. Tapi, susahhh banget cekokin Mae larutan gula garam. Dia gak suka. Syukurnya si bayi hobi minum air putih.
2. Asupan makanan tepat
Seperti yang emak bahas sebelumnya, perhatikan asupan makanan bayi sekitar 24 jam hingga 48 jam terserang diare. Hindari dulu makanan tinggi serat, seperti sayur dan buah. Aku lebih sering berikan Mae roti tawar. Kebetulan anaknya juga suka. Menu makanan beratnya cukup nasi dan ikan suir saja.
3. Hindari popok sekali pakai
Ruam itu sudah pasti dialami bayi diare. Frekuensi BAB-nya bisa sampai enam kali sehari, bahkan Mae di hari kedua bisa sekali dua jam cepiritnya.
Popok sekali pakai alias pospak dihindari dulu. Emak musti sabar buat ganti celana anak ya. Sabar juga buat ngepel lantai rumah kalo anak pipis sembarangan. Siapin alas ompol di kasur.
Syukurnya Mae pake clodi. Insertnya dilepas, jadi si bayi cuma pake cover clodinya doang. Setiap pipis, butuh beberapa menit buat merembes ke lantai. Alhamdulillah punya sedikit waktu untuk mendeteksi si bayi pipis atau mpup. Hehehe. Cuma Ya Allah, cucian sehari bisa sebaskom isinya cover clodi semua.
4. Krim anti ruam popok
Dokter Citra meresepi Mae krim antiruam popok, mereknya Decubal. Penggunaannya cuma boleh sekali sehari. Jadi emak pilih olesin pas pagi habis mandi karena seharian bayi beraktivitas. Isi 40 gram harganya Rp 56 ribu. Eh beneran loh, baru sehari diolesin, itu ruamnya langsung mengering. Mae pun gak rewel kalo ganti posisi pas digendong. Sakti banget ini krim.
5. Full kasih sayang
Bayi diare itu maaaak, nempel dan lengket sama emaknya ngalah-ngalahin prangko. Pelukan, ciuman, senyum, dan gendongan adalah cara ampuh membuat si bayi tetap nyaman.
Buk ibuk, lima tips di atas adalah penanganan pertama buat bayi yang terindikasi diare ya. Hal paling utama adalah bawa si bayi ke dokter kalo udah menunjukkan gejala lanjutan, seperti terdapat bercak darah pada kotoran, bayi muntah, lesu, demam di atas 38’C, dan bayi jadi super rewel.
Leave a Comment