Menikah itu mengajarkan kita bagaimana untuk membuang ego pribadi dan berkompromi dengan pasangan dalam segala hal. Sebagian istri mungkin merasa dirinya seperti keset yang tak pernah diterima saran-sarannya oleh suami. Sebagian suami juga merasa jenuh ketika istrinya selalu mengontrol banyak keputusan dalam rumah tangga.
Hampir satu tahun terpisah jarak alias LDR dengan suami, aku pernah membayangkan hubungan suami istri serumit yang teman-temanku ceritakan. Ada yang bilang setengah kebebasanku akan hilang. Ada juga yang menakut-nakuti bahwa aku mungkin akan disuruh resign dari pekerjaan dan fokus mengurus rumah, suami, dan anak-anak. Ada juga teman yang menebak mereka pasti akan susah mengajakku nongkrong setelah menikah.
Well, beberapa ketakutan di atas mungkin benar adanya, namun levelnya tidak separah itu. Bagiku, berkompromi dengan suami adalah kunci penting pernikahan yang awet. Bahkan, jika kompromi itu bisa diterima kedua belah pihak, cinta kami pun terus bertambah, aku dan mas semakin saling menghormati.
Syukurnya baik aku dan mas sama-sama pendengar yang baik. Jadi, setiap keputusan dalam keluarga tak akan berakhir dengan satu pihak mengontrol penuh pihak lainnya. Kehidupan rumah tangga itu dinamis, bukan statis. Jadi, selalu sediakan ruang untuk perubahan-perubahan kecil yang akan terjadi dalam rumah tanggamu.
Istri mungkin butuh waktu untuk berani mengajukan pandangan dan keinginannya pada suami. Namanya juga sifat lahir wanita, cenderung diam dan berharap suami tercinta mengetahui keinginannya. Cobalah memberanikan diri untuk menyampaikan pendapatmu dengan cara yang benar kepada suami.
Kompromi itu hanya berat bagi sebagian orang yang tak pandai menyiasati keadaan. Bekerja sebagai engineering di Telkomsel membuat mas harus piket dua kali (Sabtu Minggu) dalam satu bulan. Sebagai istri, istilah Sabtu Minggu hanya untuk keluarga mungkin tak sepenuhnya berlaku bagiku. Sedikit demi sedikit aku mengubah pendekatanku untuk tetap bisa menikmati hari keluarga meski mas dalam posisi sedang bekerja. Terkadang aku menemaninya piket di kantor jika memungkinkan. Demikian juga jika aku terpaksa liputan Sabtu atau Minggu, mas bersedia mengantarku. Seluruh aktivitas akhirnya menjadi kombinasi yang benar dari kedua perspektif, suami juga istri.
Jangan Lakukan Ini Terhadap Suami
Meski masih bau kencur baru setahun mengecap kehidupan pernikahan, aku mencoba menyimpulkan beberapa kesalahan yang sadar atau tidak sadar sering dilakukan istri terhadap suami dan akhirnya merusak komitmen untuk saling berkompromi satu sama lain. Well, here are 7 things not to do to your husband.
1. Berhenti berpikir bahwa istri yang paling benar
Jika suamimu melakukan suatu hal berbeda, bukan berarti dia salah kan? Ketika seorang istri bersikeras menerapkan caranya sendiri, itu sama saja dengan mengatakan, “Akulah yang mengontrol, akulah yang memutuskan.”
2. Jangan pernah menempatkan orang lain di atas suamimu
Ketika kamu memutuskan menikah, maka hak suami berada di atas hak siapapun di dunia ini, termasuk orang tuamu sendiri. Poin kedua ini jelas tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Kalau aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi para suami atas mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tarmidzi).
Contoh sederhana deh, Mas sering memintaku untuk menemaninya nonton Moto GP setiap weekend alias Sabtu Minggu di rumah. Jika aku memilih pergi berbelanja bersama sahabat, sepupu, bahkan ibu sekalipun, itu bearti aku telah menaruh suamiku di tempat kedua. Meski demikian, hal ini masih bisa dikompromikan jika suami mengizinkan.
3. Jangan mengomeli apalagi menyinggung perasaan suamimu di depan orang lain
Wah, ini mungkin pernah kamu lakukan, benar bukan? Aku pun merasa pernah melakukan ini. Contohnya, ketika aku, suami, mama, dan papa sedang makan bareng disaat aku hamil. Tiba-tiba aku ingin makan indomie rebus pake telor dan kornet. Suami tidak membolehkanku sama sekali, namun mama bilang tidak apa-apa jika sesekali, namanya juga ngidam. Aku pun langsung nyeletuk, “Tuh kan mas, mama aja bilang boleh, yeee.” Hmmm, meski simpel tapi ini sesungguhnya menunjukkan sikap istri yang tidak patuh pada suaminya.
4. Berhenti mengingatkan suami tentang hal yang sama berulang-ulang, apalagi membuatnya merasa bersalah
Sayangnya, ini adalah jurus yang sering digunakan para istri. Contoh sederhana nih, istri terus menerus mengingatkan suami tentang diet, berat badan, obat-obatan, seragam ke kantor, sepatu yang harus dipakai, menu makan siang, makan malam, jam pulang kerja, bla bla bla. What??? Suami akan berpikir, ini istriku atau ibuku? Suami bukan anak kecil yang harus diurusi tetek bengek hingga hal-hal detail oleh istrinya. Mengingatkan sih boleh saja, tapi jangan latah ya.
5. Jangan berharap suami bisa membaca seluruh pikiran istrinya
Banyak istri mengaku kewalahan dengan pekerjaan rumah tangga karena suami tak bisa diajak kerja sama. Istri sebaiknya mengatakan lebih spesifik jika ada permintaan ke suami. Suami biasanya suka bingung dengan pernyataan-pernyataan umum istri dan ujung-ujungnya dia akan berakhir dengan tidak melakukan apa-apa.
“Mas, besok bantu mama bersihin rumah yuk?” Pernyataan ini sangat umum. Suami bingung, apa persisnya yang harus dilakukan? Apalagi ketika istri sudah memulai pekerjaan bersih-bersih itu lebih dahulu. Suami akan berpikir istri bisa menyelesaikan semuanya. Sederhanakan pernyataanmu, “Mas, besok bantu mama bersihin dapur yuk?” Maka suamimu akan langsung bergerak.
6. Berhenti menempatkan pekerjaan rumah tangga di atas pekerjaan mengurus suami
Mas biasanya pulang kerja jam 7 malam. Dia hampir tak pernah absen ingin memelukku begitu menaruh tas kerja di tempatnya. Dia bahkan tak akan mengganti baju kerjanya jika aku tak kunjung duduk di dekatnya.
Sering kali begitu mas pulang, aku sedang menghangatkan makanan untuk makan malam, sebab mas adalah tipe yang tidak suka dengan makanan dingin. Sering juga aku sedang mencuci piring. Tinggalkan pekerjaanmu segera dan turuti apa keinginan suamimu.
7. Jangan berharap suamimu menjadi pangeran tampan
Percayalah, suami yang sempurna itu hanya ada di buku-buku cerita dongeng atau di mimpimu. Suami yang sempurna tak akan pernah muncul dalam kehidupan nyata, sebab setiap manusia memiliki kekurangan. Seganteng apapun mas di mataku, sebaik apapun dia, sewangi apapun tubuhnya, yang namanya mas tetap saja suka kentut sembarangan. Tak peduli apakah kami sedang makan, sedang nonton film super serius di depan TV, atau sedang di atas motor, jika dorongan kentut itu datang, maka ikhlaskan saja. Hahaha.
Setampan apapun suamimu, sesekali pasti ngorok ditidur malamnya, atau dengan santainya mengupil di depan istrinya. Ya, pria cenderung bersikap apa adanya ketika sudah menjadi suami. Mereka tak akan menutup-nutupi lagi kebiasaan jelek mereka. Ya, istri mungkin saja bisa meminta dengan hormat suaminya untuk tidak kentut ketika sedang makan, atau menyarankan mengupil di kamar mandi. Jika suami tak kunjung berubah, sebagai istri sepertinya harus memaklumi.
At least, kompromi dalam rumah tangga itu menciptakan hubungan kolaboratif. Ada pengaturan hidup bersama yang dibangun di atas semua hal positif dan kontribusi kedua belah pihak. Saling mendukung satu sama lain menjadikan suami istri mitra terbaik.
Pilihan yang dibuat oleh suami dan istri didasari cinta dan rasa hormat satu sama lain. Jadi, tak ada yang menang dan kalah. Mungkin perlu bertahun-tahun untuk memelajarinya, namun yakinlah itu akan menjadi perjalanan yang indah dalam berumah tangga.
Leave a Comment