Putus dengan pacar di bangku kelas III SMA, saya hijrah ke Bogor melanjutkan kuliah. Selama itu pula saya gak berkomitmen dengan siapapun hingga hari kelulusan.
Setahun pertama bekerja di Bogor, saya sempat menjalin hubungan dengan sahabat saya sendiri. Ceritanya my best friend is my boyfriend gitu deh. Hehehe.
Hubungan seumur jagung itu tetap menjadi rahasia kami berdua sampai hari ini. Belum sempat kami mengabari orang tua kami, belum juga deklarasi ke teman-teman kami, eh kami memilih putus baik-baik setelah dua bulan berpacaran jarak jauh.
Rasanya kami kok lebih nyaman bersahabat ketimbang berhubungan ke tahap berikutnya. Apalagi karena kami seumuran, kami masih punya banyak mimpi yang ingin diraih. Alhamdulillah persahabatan dan silaturahmi kami tetap baik sampai hari ini.
Sejak 2011 hingga tiga tahun berikutnya saya memutuskan tetap sendiri. Barulah akhir 2013 saya menerima pinangan suami saya yang sekarang. Insya Allah pernikahan ini langgeng terus sampai kami tua. Amin.
Ada yang punya pengalaman sama seperti saya gak? Sempat melajang alias single dalam waktu lama.
Apakah kita terlalu nyaman dengan kesendirian?
Apakah single happy menjadi gaya hidup masa kini?
Sudah siapkah kita memiliki kekasih atau pasangan hidup baru dengan segala bumbu-bumbu cinta yang menyertainya?
Jatuh Cinta (Lagi) Setelah Patah Hati
Patah hati karena bercerai atau putus dengan kekasih tak jarang membuat kita takut dan semakin selektif memilih pasangan. Kita merasa trauma dan gak mau lagi masuk ke dalam daftar list patah hati untuk kesekian kalinya.
Meski gak mudah, jika kita ingin jatuh cinta (lagi) setelah lama sendiri, ingin menikah (lagi) setelah bercerai, ingin menemukan cinta baru dengan pasangan baru, kita harus siap juga mengambil risiko untuk terluka lagi.
Wajar kok kalo hari ini kita merasa siap, tiba-tiba besok atau lusa kita gak siap. Biasanya kalo perasaan seperti ini muncul, orang-orang terdekat menasihati kita supaya jangan menyerah dan berani melawan rasa takut.
Kadang kita perlu bersandar pada rasa takut alih-alih membiarkan rasa takut itu mendikte kehidupan kita. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita memutuskan jatuh cinta (lagi) setelah patah hati.
1.Pastikan kita sendiri yang menginginkannya
Biasa aja kok ada orang tua meminta anaknya yang sudah lama bercerai menikah kembali. Normal kok kalo tiba-tiba teman atau anggota keluarga mau Mak Comblang-in kita dengan orang yang mereka anggap cocok dengan kita. Siapa tahu jodoh, begitu kata mereka.
Satu hal yang perlu diingat, kita lah yang punya kendali penuh atas hati kita, atas masa depan kita. Jadi, gak perlu terbawa arus jika bukan kita sendiri menginginkannya, apalagi dengan alasan segan atau menghormati yang lebih tua. Sekiranya kita merasa memang sudah siap untuk jatuh cinta (lagi), terbukalah.
2. Berpikiran positif tentang hubungan baru
Perpisahan yang sulit di masa lalu sangat wajar bikin kita gak tertarik memulai semua dari awal lagi. Namun, kita gak boleh menatap masa depan dengan sikap pesimis. Kita musti optimis bahwa hubungan baru akan jauh lebih manis.
Pola pikir positif mengarahkan kita pada perilaku positif. Pada gilirannya ini meningkatkan peluang kita mendapatkan hasil positif dari hubungan baru yang dijalani.
3. Renungkan keberhasilan dan kegagalan hubungan lama
Sesekali kita boleh kok menoleh ke belakang untuk instrospeksi diri. Renungkan dan lihat secara obyektif, apa yang berhasil dan tidak berhasil dari hubungan bersama mantan suami atau mantan pacar terdahulu. Ini bisa kita pelajari demi menemukan pasangan baru yang benar-benar pas untuk kita.
Tulislah karakter positif dan negatif pasangan yang bisa kita terima dan tidak bisa kita terima. Kemudian tulis juga karakter positif dan negatif kita supaya bisa dijelaskan ke pasangan sewaktu-waktu.
Dari sini kita bisa mengetahui tipe suami atau kekasih seperti apa yang kita cari. Coretan seperti ini akan mengarahkan kita menuju hubungan sehat dan langgeng.
4. Beri waktu memulihkan hati
Pastikan kita benar-benar cukup pulih dengan luka lama. Ingat, sembuh tidaknya kita itu bergantung pada mindset kita. Makanya orang bilang, jangan lama-lama terluka dan kecewa. Setiap luka pasti ada obatnya.
Perhatikan tanda-tanda kita siap atau belum siap untuk jatuh cinta (lagi). Contoh paling gampang kita belum siap adalah kita masih saja menangis di malam hari ketika memikirkan si mantan.
Pada titik tertentu, ketika kita merasa mulai baik-baik saja, inilah sesungguhnya saat tepat untuk membuka hati. Biarkan separuh proses penyembuhan itu berjalan dalam koridor hubungan baru.
5. Jangan bandingkan yang baru dengan yang lama
Kita mungkin tergoda membandingkan suami atau pacar yang sekarang dengan yang lama. Ini adalah kebiasaan tidak sehat yang harus dibuang selamanya.
Kebiasaan seperti ini sangat umum dan sulit dihilangkan. Namun, bagaimana mungkin hubungan baru bisa bergerak maju jika masih tersangkut dengan masa lalu? Secara gak langsung kita gak menghargai perasaan pasangan kita.
Hindari membicarakan mantan saat berkencan dengan yang baru, termasuk betapa kira merasa disakiti, alasan kita bercerai atau mengakhiri hubungan lama. Membahas hubungan masa lalu boleh saja jika pasangan baru kita sendiri yang memintanya, atau ketika kita ingin melanjutkan hubungan ke jenjang lebih serius, yaitu pernikahan.
6. Susun harapan dan ekspektasi realistis
Kita memang perlu berpikiran positif ketika patah hati, maupun saat memulainya lagi. Positif bahwa hubungan lama tidak bertahan lama karena kehendak Yang Kuasa. Hubungan baru insya Allah lebih seru karena kita melakukannya tidak terburu-buru.
Susun harapan dan ekspektasi realistis dari hubungan baru yang kita jalani. Contohnya, berapa lama waktu kita berkencan hingga melanjutkan hubungan ke jenjang lebih serius?
Gak usah terbuai janji palsu jika memang pasangan baru ternyata gak bermutu. Gak usah memberi harapan jika memang yang baru ternyata bukan pasangan yang kita harapkan.
Orang yang kita temui, belum tentu heβs the one atau sheβs the one. Mungkin saja Allah masih menakdirkan kita bertemu dengan orang yang salah sebelum mempertemukan kita dengan jodoh sebenar.
Ada loh, orang yang berjanji akan menelepon kembali esok hari, tapi ternyata setelah pertemuan pertama dia gak muncul-muncul lagi. Sangat mungkin hal seperti ini terjadi. So, tetapkan harapan dan ekspektasi serealistis mungkin.
7. Jangan lupa mempercantik diri
Kembali berkencan itu sama seperti kita mau wawancara kerja. Faktanya ini lebih serius dari wawancara kerja di dunia nyata. Hehehe.
Kita bisa saja dikenal sebagai sosok menyenangkan, tapi jika kita gak menyenangkan secara tampilan, ya kita bisa dibilang kurang beruntung.
Mohon lihat kata ‘cantik’ dari berbagai perspektif ya. Layaknya seorang pelamar kerja, tentu saja harus berpenampilan rapi, berpakaian rapi, dan sedikit merias wajah. Bagaimana pun cinta umumnya berasal dari mata, lalu turun ke hati.
Mungkin kita yang tadinya berambut panjang, tertarik potong pendek supaya tampil lebih segar. Mungkin kita yang tadinya cuma mau pakai kaos warna hitam atau abu, tertarik mencoba pakaian yang lebih colorful. Mungkin kita yang tadinya gak pernah lipstikan, tertarik memoles bibir, atau minimal memakai lip balm.
Gak perlu berlebihan, hanya untuk membuat si dia terkesan. Gak perlu berubah drastis jika itu malah membuat kita menjadi sosok berbeda. Kita mempercantik diri supaya bisa menjadi versi terbaik dari diri kita.
8. Jangan terburu-buru
Jangan terburu-buru seperti dikejar waktu. Ketika kita merasa cocok dengan orang yang bilang serius sama kita, jangan buru-buru mengeksklusifkannya.
Dulu saya dan suami sangat terbuka ketika kami berdua pertama kali dikenalkan seorang teman. Saya very welcome jika ada orang lain ingin mengenal saya lebih dekat. Suami saya bahkan mengaku sempat dikenalkan saudara dan mamanya dengan beberapa wanita.
Kok bisa begitu? Ya karena niatnya adalah saya mencari suami dan dia mencari istri.
Bagi saya pribadi, saya baru bisa mengeksklusifkan seseorang ketika telah terikat, minimal dilamar atau bertunangan. Kalo cuma pacaran buat teman kondangan, teman malam minggu, atau buat senang-senang doang mah lewattt.
Sampai saat itu tiba, saya tetap membuka diri pada kesempatan lebih baik karena sangat logis jika siapapun menginginkan yang terbaik dalam hidupnya. Toh, pada akhirnya kalo jodoh gak kemana. Ya kan? Buktinya ujung-ujungnya saya juga yang dilamar dan dia juga yang saya pilih.
9. Pertimbangkan pendapat keluarga
Jika saatnya tiba, perkenalkan pasangan pilihan kita pada keluarga, khususnya orang tua dan anak (jika kita punya anak dari hubungan sebelumnya). Yakinkan mereka bahwa mereka adalah yang pertama di hati kita.
Bicara dari hati ke hati dengan anak. Dengarkan pendapat mereka. Biarkan mereka tahu bahwa gak apa-apa kalo mereka mau bilang sedih, belum siap, gugup, atau bahkan marah ketika mengetahui ayah atau ibu berniat punya teman hidup baru.
Dorong anak mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan pada kita. Ini sangat penting untuk mengungkapkan semua kekhawatiran mereka dan menstabilkan emosi mereka.
10. Jadilah diri sendiri
Aturan nomor satu ketika kita punya pasangan baru adalah jadilah diri sendiri dan tanpa malu-malu melakukannya. Kita gak akan pernah menemukan pasangan sejati jika kita tidak menunjukkan siapa diri kita sebenarnya.
Pada akhirnya ketika kita mendengarkan kata hati kita, percaya pada naluri kita, kita bisa menemukan cinta berikutnya. Utamakan kebahagiaan diri karena kita layak bahagia.
Leave a Comment