Muthe Bogara:
“Sayang, where are you? Whatsapp Tia pending terus. Udah mau berbuka mas.”
Rifki Bogara:
“Sayang, bentar ya, ada 500 BTS mati. Teman-teman mas masih pada di kantor. Se-Bali gak bisa nelepon dan internet sayang.”
Muthe Bogara:
“Ya mas, ndak papa. Tia cuma khawatir aja ndak ada kabar dari mas.”
Rifki Bogara:
“Suami sayang orang Telkomsel. Sayang juga pakai Telkomsel. Kalo gak bisa nelepon se-Bali, sayang dah tahu lah ya. Hehehe.”
Muthe Bogara:
“Ya, Tia tahu kok pasti mas sedang sibuk tadi. Hehehe. Mas mau pulang malam lagi?”
Rifki Bogara:
“Sepertinya begitu sayang. Sayang, nanti abis tarawih bobok duluan aja ya? Ini belum selesai. Nanti, kalo mas balik, mas kabarin yah. I love you.”
Muthe Bogara:
“Oke mas, silakan dilanjut. Mas buka puasa dan makannya jangan telat di sana ya. Met berbuka puasa sayang. I love u too”
Rifki Bogara:
“Support istri, alhamdulillah Ya Allah. Met berbuka puasa juga sayang.”
Perihal suami sering pulang kerja malam, sepertinya bukan aku saja istri di dunia ini yang menemukannya. Para istri tentunya berharap suaminya bisa pulang kerja lebih cepat, atau minimal sebelum maghrib sudah ada di rumah. Tapi, rasanya susah jika suami Anda adalah seorang engineer, seperti suamiku. Hehehe.
Kondisi istri jadinya serba salah ketika disatu sisi dia berkewajiban mendukung pekerjaan suami, namun di sisi lain istri membutuhkan sosok suami berada di rumah lebih lama.
Islam pun mengatur tentang hal ini. Rasulullah pada dasarnya tidak menyukai suami atau istri yang pulang ke rumah larut di malam hari. Rasulullah pernah bersabda, βApabila salah seorang kalian sekian lama pergi meninggalkan rumah (safar) maka janganlah ia pulang (kembali) kepada keluarganya pada waktu malam.β (HR. Al-Bukhari No. 5244).
Hadis di atas pada dasarnya bertujuan agar suami tidak mendapati kondisi istrinya sedang tidak bersih, mungkin sedang awut-awutan, muka bantal (karena sudah tertidur duluan, kelamaan menunggu suaminya pulang), atau suasana hatinya malas-malasan (karena sudah malam hari) sehingga tak menyambut suami yang baru pulang dengan wajah segar di rumah.
Walau si suami istri sudah lama hidup bersama dan saling mengetahui kekurangan masing-masing, namun syarat berdasarkan hadis Nabi di atas tetap menekankan suami dan istri harus saling menghindari perkara-perkara yang bisa membuat hati mereka saling berjauhan dan pada akhirnya mengurangi cinta di antara keduanya. KECUALI, kata Nabi, jika sang suami sudah memberi kabar terlebih dahulu perihal kepulangannya yang terlambat beberapa waktu sebelumnya kepada sang istri. Oke, bearti suamiku masuk kategori yang dibolehkan.
Ada banyak kejadian menyebabkan hubungan suami istri retak karena sang istri tak mendukung suami bekerja. Misalnya, istri penuh curiga ketika suaminya sering pulang malam, bahkan sampai emosi dan selalu ingin memantau suaminya setiap saat.
Terkait sifat istri di atas, Allah pun befirman, “Dan janganlah kalian memata-matai,” (QS Al-Hujurat 12). Rasulullah pun bersabda, “Dan janganlah kalian memata-matai sesama kalian,” (HR Al-Bukhari No. 5143 dan Muslim No. 6482). FYI, cukup lama juga ubek-ubek google nemu hadis dan firman Allah yang pas untuk kondisi di atas. Alhamdulillah ketemu. Islam memang sempurna π π π
Sifat istri yang curiga dan emosi berkepanjangan itu sering menimbulkan pertengkaran di dalam rumah tangga. Banyak suami (seperti suamiku. Cieee) yang memang sungguh-sungguh berjuang mencari nafkah untuk keluarganya.
Tak sepantasnya menaruh curiga berlebihan pada suami-suami seperti ini. Memiliki seorang suami pekerja keras seperti mas tentu saja satu hal yang kusyukuri. Alhamdulillah kebutuhan keluarga terpenuhi, kasih sayang mas tetap ada untukku 24 jam. Yakinlah, despite the distance, love is still there, right?
Coba bayangkan, jika suami bekerja malas-malasan, standar-standar aja tanpa ada target buat upgrade, mungkin hidup kita akan tetap cukup, namun tak akan dapat lebih. Coba pula bayangkan, jika suami pengangguran, mungkin sebagai istri kita harus ikut banting tulang memenuhi nafkah untuk keluarga. Sekali lagi, kuucapkan alhamdulillah memilikimu, mas.
Tak kupungkiri, yang namanya perempuan emosinya labil, mudah goyang, suka naik turun (eskalator kali), apalagi kalo lagi dapet. π π Pernah juga aku sedih dan akhirnya kesal karena mas terlalu sering pulang malam dari kantornya. Puncaknya suatu hari nangis sendiri atau tidak angkat telepon mas. Lama-lama mas juga mengerti jika aku tak angkat teleponnya, itu artinya aku lagi kesal.
Eh tapi bukan apa-apa loh, aku hanya berusaha menghindari pertengkaran saja di telepon. Mending pause dulu, enakan diobrolin pagi hari pas sarapan sambil nonton Spongesbob Squarepants, atau lima menit sebelum ‘ngorok’ di tempat tidur setelah mas pulang. Hehehe. Kalo nolak ngobrol di telepon, minimal whatsapp satu sama lain kan tetap di-read. Ujung-ujungnya kirim emoticon ‘cry,’ ‘kiss,’ atau ‘hug,’ udah deh, selesai perkara. Gampang banget ngademinnya yak? :p :p π
TIPS MENYAMBUT SUAMI PULANG KE RUMAH
Ada banyak hal yang bisa istri lakukan untuk tetap menyambut suami pulang dengan tari piring atau tari lilin, eh salah, dengan wajah ceria maksudnya. Jika istrinya memang bekerja (seperti aku) mungkin bisa melakukan banyak hal untuk mengisi waktu, seperti browsing, buka akun Twitter, Facebook, posting foto di Instagram, atau bacain berita online di ROL.
Beda kondisinya dengan istri yang tidak bekerja. Rasa jenuhnya menunggu suami yang super sibuk pulang dimalam hari akan lebih sering datang. Satu hari bisa terasa super lama hanya untuk menunggu suami mengetuk pintu rumah. Berikut beberapa tips sederhana ala Muthe Bogara supaya istri tetap semangat menyambut suaminya yang pulang malam di rumah.
1. Siapin makan malam
Buat istri yang gak punya riwayat maag akut, menunda sejenak jam makan demi santap malam bersama suami tak ada salahnya. Mas disore hari kadang mengabariku bahwa dia baru sampai di rumah sekitar jam delapan malam.
Mas memberi pilihan padaku, ingin makan duluan atau makan malam bersamanya. It’s okay, makan malam bersama suami meski telat satu atau dua jam dari jadwalnya masih bisa ditolerir kok.
Menunggu suami pulang untuk makan malam bersama juga menunjukkan kepedulian istri. Jangan lupa, sesekali masak untuk suami. Bila perlu, tanyakan suami ingin makan apa. Olah deh di dapur.
Jika suami bilang dia mungkin makan malam di luar bersama teman-temannya yang juga lembur, istri di rumah tetap bisa melayani perut suami, misalnya dengan menyediakan camilan, air putih hangat, teh tawar hangat atau susu coklat sebelum tidur, supaya istirahat suami bisa nyenyak.
2. Tetap dandan
Dandan di sini bukan bearti pasang make up semenor kamu pas berangkat kerja loh. Pakailah pakaian rapi, wangi, meski pun itu pakaian tidur. Sisir rambutmu, basuh wajah supaya segar, jika perlu pakailah sedikit wewangian yang soft, ini bisa jadi aromaterapi untuk suami. Secara, mereka yang seharian di kantor atau di lapangan bekerja penuh menjadi melek lagi begitu disambut istrinya di rumah.
3. Bukain gerbang pagar atau pintu rumah
Banyak istri yang memiliki suami sering pulang malam memberikan kunci pagar dan kunci rumah duplikat kepada suaminya. Kasarnya sih, si istri mau tidur duluan dan tidak ingin diganggu, jadi suami begitu pulang bisa membuka gerbang pagar dan pintu sendiri tanpa perlu membangunkan istri. Sebaiknya hindari perilaku seperti ini.
Adab seorang istri terhadap suami salah satunya adalah menyambut imamnya di depan pintu sepulang kerja dengan senyuman terbaik. Menjadi istri yang baik itu sedemikian penting sehingga dari titik pandang Islam, istri yang baik itu adalah perhiasan terbaik di dunia. Jadi, tak heran saat suami pulang ke rumah, istri harus menyambutnya dengan ramah dan dengan penampilan yang baik juga cantik.
4. Romantis
Sekadar bilang ‘I love u’ atau ‘I miss u’ kepada suami begitu sampai di rumah sembari memberi pelukan ringan atau cipika cipiki tak ada salahnya. Ini romantis dan dijamin bisa menghilangkan setengah lelah suami yang dibawanya pulang dari tempat kerja.
Pujilah suami, ciptakan suasana romantis yang kamu bisa, mana tahu suami keesokan hari dan esok esok esok harinya ingin cepat pulang terus. Hehehe.
5. Jangan tanyakan pekerjaan suami
Hal yang satu ini selalu kuingatkan pada diri sendiri. Udah lah mas pulang malam, pusing karena pekerjaannya di kantor, eeeh di rumah ditanyain lagi sama istri (walaupun cuma basa-basi), gimana kerjaan mas di kantor? Kenapa gak ganti topik aja dengan bilang, “Mas mau air putih hangat atau teh hangat?” atau “Sayang mau dipijit kepalanya biar pusingnya hilang?” #eaaaa.
Orang bilang, jangan bawa masalah rumah ke kantor atau masalah kantor ke rumah. Bawa pulang pekerjaan ke rumah sama artinya dengan bawa pulang masalah ke rumah. Yaa meskipun di rumah tak jarang mas masih membuka laptopnya jika menerima telepon darurat dari OMC, TSRA, Network atau apalah itu daftar panggilan di buku teleponnya, aku tak pernah menanyakan mas sedang apa. Yang ada, mas selalu cerita duluan.
Naaah, kalo suami yang cerita duluan, berarti dia memang butuh teman bicara untuk membahas pekerjaannya dan di sinilah istri bisa masuk. Mas sendiri, saking baiknya, tak jarang minta izin padaku terlebih dahulu. “Sayang, mas buka laptop sebentar ya? 30 menit lagi kita Isya trus bobok ya?” Aduuuuuh, gimana gak mencair rasanya punya suami sebaik dia. I love you, Bogara.
Well, inilah cerita pendekku malam ini. Actually, it’s 11.30 PM and my husband still at the office (karena ratusan BTS yang offline tadi). Semoga kerjaan mas cepat kelar dan bisa sahur bareng nanti. Aamiin.
Leave a Comment