Menulis buku adalah seni. Oleh sebab itu seni menulis bisa diasah dan dipelajari selama kita mau membaur dengan grup penulis, pembaca, penanggung jawab buku, editor, hingga kritikus. Saya ucapkan selamat bagi kawan-kawan yang sudah bergabung dalam grup Dandelion Authors ini. Insya Allah ke depannya lebih banyak ilmu kita dapatkan bersama, khususnya kawan-kawan yang masih penulis pemula.
Perkenalkan kawan-kawan, saya Mutia Ramadhani, salah satu penanggung jawab (PJ) penulis di Dandelion Publisher. Saya tidak asing dengan dunia kepenulisan, sebab sudah berkecimpung sebagai jurnalis di media nasion REPUBLIKA sejak 2011. Namun, untuk menulis buku, saya masih tergolong pemula.
Kenapa? Bukannya saya sudah menjadi jurnalis sejak 2011?
Nah, itu dia kesalahan saya di masa lalu. Dahulu saya berpikir, buat apa lagi saya menulis buku? Bukankah tulisan saya setiap hari sudah muncul di koran dan online? Setiap hari saya menulis berita, bisa dibilang sampai ‘mual’ lihat alfabet A-Z, apa gak makin mual kalau saya memaksakan diri menulis buku?
Sekitar 2012 saya pernah mengikuti kompetisi menulis novel oleh penerbit mayor, BUKUNE. Lebih dari 200 naskah masuk ke penerbit yang salah satu foundernya Raditya Dika tersebut, tetapi hanya 15 naskah terbaik yang berhak naik cetak.
Saya lulus hingga tahap seleksi 25 besar. Tiba saatnya seleksi akhir penyaringan 15 naskah terbaik, novel saya gagal. Sejak itu naskah novel saya ‘museumkan.’ Semoga ke depannya saya semangat untuk menyunting kembali, merevisi, dan insya Allah bisa diterbitkan via Dandelion Publisher, penerbit kesayangan kita ini. Amiiin.
Baru mengajukan novel sekali, baru gagal sekali, kok sudah menyerah?
Ya, itulah pikiran sempit saya dahulu. Barulah pada Januari 2022 kesempatan itu tiba. Saya diajak seorang teman yang juga bloger sekaligus PJ di Dandelion Publisher, Mas Janu Muhamad untuk membuat antologi BLOG AT FIRST SIGHT bersama 20 bloger lainnya.
Sejak itu saya berpikir, tidak semua penulis harus langsung menulis buku solo. Sekiranya buku solo terasa berat, kan kita bisa mulai menulis buku antologi.
Saya dalam hal ini tidak bermaksud ‘meremehkan’ buku antologi dengan mengatakan bahwa bikin buku antologi lebih gampang ketimbang buku solo. Meski hanya menulis 5-10 halaman, naskah antologi justru perlu pertimbangan matang agar meninggalkan kesan mendalam di hati pembaca.

Menulis bersama komunitas menulis
Antologi BLOG AT FIRST SIGHT membangkitkan semangat saya menulis buku. Mengapa? Karena di buku tersebut saya menulis bersama kawan-kawan saya yang merupakan komunitas bloger.
Biasanya komunitas menulis terdiri dari penulis berpengalaman, penulis pemula, bahkan calon penulis. Ada yang sudah pernah bertemu langsung, dan ada pula yang baru sebatas bertemu daring, entah itu WhatsApp Group, Zoominar, Webinar, seminar kepenulisan lewat berbagai saluran virtual, dan sebagainya.
Komunitas menulis memungkinkan anggotanya memberi dan menerima umpan balik atas satu karya, mendiskusikan karya tersebut, dan mengasah keterampilan mereka di bawah bimbingan penulis yang lebih berpengalaman. Sejak itu saya bersemangat menulis antologi-antologi yang menurut saya menarik.
Orang bijak berkata, menulislah dari hal-hal yang dekat dengan kita. Saya menulis antologi BLOG AT FIRST SIGHT karena saya seorang bloger. Saya menulis antologi EDUCATE YOUR SON, PROTECT YOUR DAUGHTER karena saya seorang bloger parenting, sekaligus ibu dari tiga anak.
Sebagian pemula tidak percaya diri dan merasa tulisannya tidak layak diterbitkan menjadi buku. Mereka merasa ‘sendirian’ dan ‘kebingungan’ karena tidak ada tempat berdiskusi dan berbagi ide tentang bukunya.
Hati-hati, kalo kalian merasakan hal demikian, berarti kalian tengah mengalami apa yang disebut imposter syndrome. Ini adalah kondisi psikologis di mana kita merasa tidak pantas menjadi penulis sukses. Kita waswas kalau kita mau jadi penulis, orang lain bakal mencemooh kita.
Imposter syndrome ini ibarat puncak gunung es di tengah laut yang siap menenggelamkan kapal kita. Perasaan ini yang bikin kita sebagai kapten kapal mengalami writer’s block, kurang motivasi, kurang inspirasi, sehingga akhirnya kita menyerah dan membiarkan kapal kita karam karena menabrak gunung es tadi.
Tenang, mulai sekarang kalian tidak perlu menanggung beban itu sendirian. Yang perlu kalian lakukan cuma satu, yaitu:
BERGABUNGLAH DENGAN KOMUNITAS MENULIS!
Januari 2022 hati saya tergerak untuk menghimpun teman-teman saya, sesama lulusan Fakultas Kehutanan IPB untuk membentuk komunitas menulis online. Kami menamainya Komunitas Rimbawan Menulis (Rimbalis) yang bisa dilihat pada Instagram @rimbawanmenulis.
Antologi pertama Komunitas Rimbalis adalah EMAK RIMBAWAN. Itu adalah pengalaman pertama saya menjadi PJ buku. Alhamdulillah dari target awal cetak 100 eksemplar ternyata peminatnya banyak, sehingga total cetak 341 eksemplar atau mengalami tiga kali oversubscribed selama dua pekan preorder.
Setelah EMAK RIMBAWAN, Komunitas Rimbalis tengah mempersiapkan dua antologi terbaru, yaitu:
- SANG GIRI (Kumpulan Kisah Pendakian Rimbawan Petualang)
- RIMBAWAN DALAM DASARUPA (Kisah Inspiratif Sarjana Kehutanan Multiprofesi)
Insya Allah kedua antologi ini masih berproses dan rencananya masing-masing dirilis maksimal akhir tahun ini. Mohon doa ya kawan-kawan.
Manfaat bergabung dengan komunitas menulis
Siapa saja yang tertarik upgrade kemampuan dan keterampilan menulis, meningkatkan kepercayaan diri dalam menulis, mendapat dukungan dari penulis berpengalaman, dan ingin mengembangkan network ke jaringan kepenulisan profesional, maka bergabunglah dengan komunitas penulis. Setelah merasa ilmu cukup, maka tak ada salahnya kalian membentuk grup penulis sendiri. Pe-de aja lagi!
Berikut adalah manfaat bergabung dengan komunitas penulis.
1. Komunitas penulis bikin kita berani dan produktif menulis buku
Siapa di sini yang pakai smart watch? Setiap hari smart watch saya mengingatkan saya kalo misalnya saya kelamaan duduk, sehingga saya harus beranjak dan bergerak. Smart watch itu juga mengingatkan saya kalo di hari ini saya kurang berjalan kaki, kurang membakar kalori, dan sebagainya. Nah, begitu juga peran komunitas menulis.
Komunitas menulis menjadikan kita lebih produktif. Kalo kita belum bisa bergabung di komunitas menulis buku, ya bergabunglah dengan komunitas bloger yang juga menulis di blog, atau bergabung di komunitas menulis user generated content (UGC) seperti Retizen (by Republika Online), Kompasiana (by Kompas), Kumparan, Hipwee, Brilio, IDN, dan sebagainya. Semuanya tidak ada prasyarat aneh-aneh, bahkan GRATIS.
Bagi kawan-kawan yang sudah bergabung di Dandelion Authors ini, ya cobalah beranikan diri untuk ikut menulis di salah satu buku antologi yang flyer-nya sudah disebar sejumlah PJ di grup ini. Pilih topik yang kawan-kawan anggap paling menarik, dan mulai menulis.
2. Komunitas menulis meningkatkan keterampilan menulis
Suami dan orang tua adalah support system terbesar saya dalam menulis buku. Namun, mereka sama sekali tidak kritis. Kalau saya merasa tulisan saya kurang bagus, paling-paling mereka cuma bilang, “ayo semangat” atau mereka akan membuat saya merasa lebih baik, tetapi belum tentu membuat saya lebih efektif, lebih produktif, dan lebih terampil dalam menulis.
Beda cerita kalo kita ikut komunitas menulis. Komunitas menulis berisikan orang-orang yang terbuka pada kritik. Komunitas penulis bisa menjadi tempat penulis pemula untuk mengajukan pertanyaan, memperbaiki struktur kepenulisan, mengajarkan mereka cara menyunting mandiri yang benar, dan sebagainya.
3. Komunitas penulis menghubungkan kita ke penerbit
Ini jelas banget dan sudah kawan-kawan rasakan sekarang. Komunitas menulis sudah pasti berisi beberapa penulis yang sudah pernah menerbitkan buku.
Mereka, para penulis profesional ini berperan menghubungkan penulis pemula ke penerbit. Kita bukan cuma mendapat manfaat berupa pengetahuan kolektif tentang ilmu kepenulisan, tetapi juga berkenalan langsung dengan perwakilan penerbit.
4. Komunitas penulis memotivasi kita membentuk grup penulis sendiri
Kawan-kawan, setelah kalian menyerap banyak ilmu kepenulisan dari grup ini, ikutlah menulis barang satu atau dua antologi di Dandelion Publisher. Setelah buku antologi kalian terbit, ini modal bagi kalian untuk percaya diri membentuk grup penulis sendiri.
Jangan takut untuk mencoba. Bentuklah grup penulis yang bidangnya memang kalian kuasai. Contohnya saya, karena saya sarjana kehutanan, saya membentuk Komunitas Rimbawan Menulis dan melahirkan buku antologi EMAK RIMBAWAN. Buku ini berisi 30 cerita dari 30 penulis perempuan yang seluruhnya sarjana kehutanan tentang bagaimana mereka menanamkan pendidikan lingkungan di keluarga masing-masing.
Anda guru TK? Bikin komunitas menulis berisi guru-guru TK dan terbitkan antologi menarik seputar profesi kalian.
Anda hobi mengoleksi tanaman? Bikin komunitas menulis berisi orang-orang yang hobi bercocok tanam dan terbitkan antologi seputar teknik menanam dan sebagainya.
Anda ibu dari anak istimewa? Bikin komunitas menulis berisi orang tua dengan anak-anak istimewa dan berkebutuhan khusus. Buat buku informatif seputar keseharian orang tua menangani anak-anak spesial titipan Tuhan ini.
So, tunggu apa lagi? Kawan-kawan pasti bersyukur karena sudah bergabung di komunitas menulis Dandelion Publisher. Ini adalah keputusan terbaik yang kalian ambil sebagai penulis pemula.
Jangan lupa, bangun kepercayaan diri kawan-kawan sebagai penulis dengan ikut menulis antologi dengan berbagai topik unik. Kawan-kawan punya ide, tapi bingung karena belum pernah menjadi PJ sebelumnya? Boleh silakan japri saya di 0852-1406-7133 atau PJ lainnya di Dandelion Publisher untuk mendampingi kawan-kawan menerbitkan buku. Kami tunggu ya. Selamat berkarya.
Leave a Comment