Hai semua, terima kasih sudah berkunjung ya. Pertama, saya mau minta maaf dulu. Topik yang bakal saya bahas kali ini agak serius, tapi saya berusaha menyampaikan semenarik mungkin. Buat yang mau nge-teh atau ngopi dulu sebelum lanjut membaca, silakan.
Jadi begini…
Pemerintah Indonesia saat ini sedang giat membangun infrastruktur dari Sabang sampai Merauke. Beton yang komponen utamanya semen adalah bahan bangunan paling banyak digunakan karena kekuatan dan keawetannya.
Pembangunan atau pengembangan bandara, dermaga, terminal, bendungan, jalan, terowongan, gedung, hampir semua konstruksi di Indonesia, tidak ada yang tidak menggunakan semen.
Trus, masalahnya di mana?
Penelitian McKinsey menyebutkan, semen adalah produk kedua yang paling banyak ‘dikonsumsi’ secara global setelah air minum. Sayangnya sebagai industri dasar manufaktur, semen adalah penghasil gas rumah kaca terbesar kedua di dunia.
Tulisan saya kali ini tidak bermaksud memprovokasi Indonesia untuk stop menggunakan semen. Rasanya konyol sekali kalau begitu. Soalnya masih banyak rakyat kita butuh rumah dan tempat tinggal. Masih banyak pelosok daerah yang belum punya akses jalan permanen. Bisnis dan industri di negara ini perlu berkembang. Tidak mungkin tidak pakai semen, ya kan?
Kali ini justru saya ingin mengajak kita semua untuk mengidentifikasi berbagai cara yang bisa dilakukan industri semen dan beton supaya berdampak positif terhadap emisi karbon dan mitigasi perubahan iklim di negara ini.
Semen, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah serbuk atau tepung dari kapur dan material lain yang digunakan untuk membuat beton, merekat batu bata, membuat tembok, dan sebagainya.
Krisis ekonomi dan keuangan akibat pandemi Covid-19 memang membuat konsumsi semen di Indonesia menurun, tapi tidak signifikan. Permintaan beton tetap meningkat dan dengan sendirinya kembali mengerek bisnis industri semen di Tanah Air.
Kira-kira sudah pada tahu belum proses pembuatan semen?
1. Penambangan dan penyiapan bahan baku
Bahan baku utama pembuatan semen adalah batu kapur (lime stone), pasir silika, pasir besi, tanah liat, dan bahan penunjang berupa gypsum. Batu kapur dan tanah liat umumnya diperoleh perusahaan-perusahaan semen dari kawasan tambang di sekitar pabrik.
PT Semen Tonasa misalnya, produsen semen terbesar di Kawasan Indonesia Timur ini menempati lahan seluas 1.571 hektare (ha) di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68 kilometer dari kota Makassar.
Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5,98 juta ton semen per tahun ini mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, III, IV dan V. Semen Tonasa mendapatkan batu kapur dari Bukit Biringere. Penambangan batu kapur di sana salah satunya dilakukan dengan sistem tangga (benching) untuk menjamin keamanan dan kemudahan penambangan.
2. Penggilingan bahan mentah (raw meal)
Batu kapur dan tanah liat setelah diangkut dari tempat penambangan akan dikecilkan ukurannya dan disimpan di storage. Langkah selanjutnya adalah penggilingan.
Batu kapur, tanah liat, pasir besi, dan pasir silika digiling dan dikeringkan menjadi tepung baku (raw meal) yang merupakan bahan utama untuk membuat terak (clinker). Bentuknya seperti tepung, tapi mempunyai tingkat kehalusan tertentu.
3. Pembakaran bahan mentah menjadi clinker.
Raw meal akan menjalani beberapa tahapan lanjutan sampai akhirnya menjadi clinker yang kemudian disimpan di clinker silo setelah melalui sistem pendinginan. Proses pembakaran biasanya menggunakan bahan bakar batu bara yang telah digiling dan dikeringkan melalui coal mill.
4. Penggilingan clinker menjadi semen
Clinker ditambah gypsum dan bahan-bahan lainnya akan menjalani proses penggilingan. Inilah tahap produksi yang menghasilkan semen seperti yang kita lihat di pasar bahan material.
Produk utama Semen Tonasa misalnya, berupa Semen Portland (OPC), Semen non-OPC yaitu Tipe Komposit (PCC), tersebar di wilayah Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Semen-semen ini kemudian disimpan di cement silo. Keluarannya sebagian berbentuk semen curah, sebagiannya lagi semen dalam kemasan.
5. Pengantongan semen (packing plant)
Packing plant adalah kegiatan membungkus dan mengepak semen ke dalam kemasan atau zak sesuai dengan berat yang ditentukan. Biasanya ini menggunakan mesin khusus. Semen dibungkus dalam kemasak zak, beratnya mulai dari yang kecil sampai ada yang 40-50 kg.
Semen melepaskan karbon dioksida dalam dua proses. Pertama, proses pembakaran bahan bakar fosil yang menyumbang sekitar 30 persen dari total CO2 yang dihasilkan keseluruhan. Mayoritas pabrik semen menggunakan batu bara sebagai bahan bakar.
Kedua, penguraian batu kapur yang menyumbang 70 persen dari total CO2 yang dihasilkan keseluruhan. Batu kapur (kalsium karbonat) yang dipanaskan akan menghasilkan kalsium oksida dan gas karbon dioksida.
Jadi, bagaimana cara membuat industri semen lebih hijau, sehingga membantu mengurangi total volume karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer?
1. Menyerap karbon dengan menanam lebih banyak pohon
Saya menuliskan ini di poin pertama karena cara ini sama sekali tak mengharuskan perusahaan semen mengubah proses manufakturnya. Mereka cukup menerapkan teknik penyerapan karbon dengan menanam lebih banyak pohon.
Perusahaan semen tentunya mempunyai data berapa emisi karbon yang dihasilkan pabrik setiap tahunnya. Angka tersebut dikalkulasi, kemudian dihitung berapa kompensasi yang dikeluarkan dalam bentuk jumlah pohon yang harus ditanam.
Saya tahu perusahaan-perusahaan semen di Indonesia, terlebih perusahaan negara sudah berkontribusi banyak dalam kegiatan penanaman pohon. Pertanyaannya, apakah kegiatannya sekadar seremonial menanam saja, atau disertai evaluasi sebelum dan sesudah kegiatan?
Kalau sekadar menanam saja, itu sama artinya dengan kita buang air di sembarang tempat. Perusahaan perlu mengevaluasi, sudah tepatkah jenis pohon yang ditanam? Alasannya, menanam jenis pohon di tempat yang salah bukannya membantu, malah menyebabkan kerusakan lebih besar.
Kita tentunya masih ingat tragedi pohon akasia (Acacia nilotica) yang menginvasi enam ribu hektare (ha) vegetasi sabana di Taman Nasional Baluran. Tragedi yang disebabkan kegiatan salah tanam era 1960 ini membuat banteng (Bos javanicus) sebagai satwa endemik Pulau Jawa kehilangan sumber pakan utama.
Kini kita nyaris tak bisa lagi melihat banteng di hutan Baluran karena populasinya menurun drastis. Vegetasi yang menjadi pakan utamanya sulit tumbuh di lahan hutan yang sudah diinvasi akasia. Kalau pun sekarang kita berhasil melihat banteng di sana, sungguh itu bisa dikatakan pemandangan langka.
Evaluasi juga dong, setelah setahun, dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya, berapa banyak pohon yang bagus pertumbuhannya? Jika tumbuhnya merata, alhamdulillah. Jika tumbuhnya kurang bagus, ambil langkah lanjutan, seperti revegetasi di areal yang tanamannya mati.
Bagaimana jika perusahaan bingung mencari lahan tanam yang kosong di daerah sekitar pabrik?
Banyak jalan menuju Roma. Perusahaan bisa menanam di luar daerah, bahkan di luar pulau. Contohnya, Semen Tonasa ada di Sulawesi Selatan, tapi bisa menanam di Sulawesi Utara, bisa juga di Sumatera dan Kalimantan. Perusahaan bisa juga menggandeng yayasan atau lembaga nonprofit dalam program adopsi pohon. Banyak pihak bisa memfasilitasi.
2. Menyerap karbon dalam bentuk bioenergi
Limbah produksi semen berupa gas buang yang kaya CO2 bisa diolah menghasilkan material baru yang disebut bioenergi. Teknik bioenergy with carbon capture and storage (BECCS) atau bioenergi melalui penangkapan dan penyimpanan karbon telah berhasil diterapkan pada sisa hasil pertanian bernama cellulosic ethanol.
Teknik BECCS memang lebih rumit dibanding kegiatan menanam pohon. Namun, cara ini layak dicoba loh, terlebih oleh perusahaan semen.
Caranya karbon diserap dan disimpan di bawah tanah atau produk-produk tahan lama, seperti beton. Emisi karbon akan tercapai jika BECCS dapat menghasilkan lebih banyak biomassa atau menyimpan lebih banyak karbon dari yang dilepaskan ke atmosfer.
3. Inovasi semen rendah karbon
Perkembangan semen rendah karbon kian maju. Teknologi baru kini bisa menangkap dan menyimpan karbon (carbon capture and storage) 90-95 persen, setara 600 ribu ton CO2 per tahun dari gas buang pabrik semen.
Ini sudah dibuktikan pabrik milik perusahaan semen global berbasis di Alberta, Amerika Serikat. Tentu saja ini menjanjikan dalam misi mengurangi jejak karbon.
4. Inovasi beton hijau
Teknologi pembuatan beton terus berkembang dari waktu ke waktu. Beton kini diproduksi lebih mudah dari sisi pengerjaan, lebih cepat mengeras dan mengering, dan tak lupa lebih kuat.
Sejumlah ilmuwan di Universitas Salerno Italia bisa menghasilkan beton hijau berkualitas tinggi. Beton ramah lingkungan itu diproduksi dengan menambahkan serat industri daur ulang, seperti plastik.
Beton hijau yang dihasilkan telah melalui serangkaian penelitian dan uji coba. Beton ditekuk, dipres, diregang untuk mengetahui kekuatan dan keawetan beton, serta reaksinya terhadap kondisi ekstrem lingkungan.
Hasilnya mereka bisa memproduksi beton hijau dengan sifat mekanik yang lebih homogen dan lebih andal. Jika perusahaan dan BUMN konstruksi bisa mengadopsinya, ini bisa menjadi alternatif berkelanjutan industri semen di Indonesia.
5. Mengganti bahan bakar batu bara dengan energi terbarukan
Ini bukan hanya misi perusahaan semen, tapi perusahaan manufaktur di Indonesia pada umumnya. Energi batu bara sudah waktunya dialihkan ke energi terbarukan, seperti energi surya.
Perusahaan semen bisa berinvestasi pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Setidaknya mereka mulai mengurangi pemakaian bahan bakar batu bara dan mengombinasikan dengan bahan bakar ramah lingkungan.
Nusantara kita yang biru dan hijau ini bisa menjadi kelabu dalam hitungan detik. Suatu hari kita mungkin sampai pada titik di mana semen dan beton telah menghasilkan massa karbon total lebih banyak dari yang bisa diserap kembali oleh seluruh pohon yang ada di Indonesia.
Bisa saja hari ini semen dan beton adalah sekutu kita. Namun, keduanya bisa berubah menjadi sebaliknya dan menghancurkan bumi pertiwi dalam hitungan entah berapa dekade lagi ke depan.
Ambil contoh banjir Jakarta yang kerap melanda setiap awal tahun. Ini merupakan akibat dari minimnya lahan resapan di ibu kota karena sebagian besar tanahnya telah ditutupi beton dan aspal.
Satu-satunya jalan ke depan adalah kita terus mendorong seluruh industri di Tanah Air untuk mempercepat usaha mereka memitigasi perubahan iklim. Menunda atau menghindari mimpi buruk ini bukanlah pilihan. Semen Tonasa menjadi salah satu pelopornya.
Semen Tonasa adalah bagian dari Semen Indonesia Group (SIG) yang memiliki empat pabrik dengan kapasitas terpasang total hingga 7,4 juta ton semen per tahun. Lokasinya di Pangkep, Sulawesi Selatan.
Semen Tonasa juga mempunyai pelabuhan di Biringkassi serta packing plant di Biringkassi, Makassar, Mamuju, Sofifi, Palu, Bitung, Kendari, Samarinda, Ambon, dan Celukan Bawang, Bali.
Berikut sederet fakta membuktikan Semen Tonasa menjadi perusahaan hijau yang berkomitmen pada pelestarian lingkungan.
1. Konservasi lahan bekas tambang
Semen Tonasa berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan. Komitmen tersebut sebelumnya dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman (MoU).
Pada 2019 saja perusahaan menanam lebih dari lima ribu pohon yang berlokasi di beberapa titik bekas tambang, yaitu Reklamasi Batu Kapur, Reklamasi Tanah Liat Bontoa, Reklamasi Tanah Liat Tabo-Tabo, Reklamasi Tanah Liat Bulu Tellue, Danau Cinta Tonasa I, Pelabuhan Biringkassi, Pabrik Unit 2/3/4/5, dan Taman Kehati Bulu Sipong.
Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) dan Geopark Bulu Sipong paling menarik perhatian saya. Lokasinya di Kelurahan Bontoa, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep.
Taman Kehati dan Geopark Bulu Sipong ini memiliki luasan 31,64 ha dan merupakan Taman Kehati tipe-C, berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 3/ 2012. Kehadirannya dalam rangka mendukung visi Semen Tonasa menjadi perseroan persemenan terkemuka di Indonesia yang efisien dan berwawasan lingkungan.
Pengembangan Taman Kehati Bulu Sipong selain sebagai lahan konservasi, tempat edukasi untuk pelajar dan mahasiswa, juga ceruk ekonomi bagi masyarakat sekitar. Kegiatan yang dikembangkan, mulai dari penghijauan, pembibitan tanaman langka, pemanfaatan lahan hortikultura, perikanan tambak, dan penelitian arkeologi.
2. Membina hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar
Semen Tonasa adalah perusahaan yang berkembang di tengah masyarakat. Perseroan ikut serta mengelola desa-desa lingkar untuk mengurangi dampak operasi, kelestarian lingkungan, dan dukungan energi.
Semen Tonasa terus mengembangkan prasarana dan sarana masyarakat di sekitar pabrik bersamaan dengan kegiatan pelestarian lingkungan. Perusahaan mendistribusikan air bersih ke kampung-kampung yang dihuni ratusan kepala keluarga (KK), seperti di Kampung Biringkassi Dalam, Kecamatan Bungoro.
PLN secara resmi memasok kebutuhan listrik Semen Tonasa dalam Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL). Nantinya PLN akan memasok 1×25 MW ke pabrik Semen Tonasa. Sebelumnya perusahaan menggunakan pembangkit milik pribadi dan melalui layanan progresive captive power acquisition.
PLN menyediakan layanan progresive captive power acquisition. Pelanggan seperti Tonasa yang memiliki captive power untuk listrik bisa beralih ke sini.
Secara terbuka PLN juga mengajak Semen Tonasa menggunakan layanan Renewable Energy Certificate (REC) PLN dalam penyediaan tenaga listrik dengan energi lebih bersih. Kerja sama dengan PLN ini sangat mengefisiensi energi mengingat selama ini Semen Tonasa menggunakan pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara.
3. Efisiensi pemakaian sumber daya alam dan energi
Konsistensi perusahaan pelat merah yang berdiri sejak 1968 ini tak diragukan lagi, seperti motto Kokoh Kuat Terpercaya. Jalan, jembatan, bangunan kokoh yang mengelilingi wilayah Indonesia timur sampai hari ini merupakan bentuk nyata kontribusi Semen Tonasa untuk Indonesia.
Semen Tonasa melakukan efisiensi bahan bakar melalui penggunaan bahan bakar alternatif sejak 2009, seperti sekam padi dan cangkang mete. Semen Indonesia Group juga memanfaatkan gas buang pabrik menjadi listrik dengan penggunaan teknologi Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG).
Pembuatan terak (clinker) dalam tahap produksi semen membutuhkan konsumsi panas sangat tinggi yang berasal dari bahan bakar utama batu bara. Produksi Portland Composite Cement (PCC) dan Portland Pozzolanic Cement (PPC) menjadi salah satu cara perusahaan untuk menyubtitusi pemakaian terak dengan menggunakan material aditif.
Total produksi terak sepanjang 2020, mengacu pada Buku Laporan Tahunan PT Semen Tonasa 2020 mencapai 5,3 juta ton. Angka ini turun 5,2 persen dibanding 5,6 juta ton setahun sebelumnya.
Ketika konsumsi terak pada pembuatan semen menurun, ini berkontribusi mereduksi CO2. Dengan demikian komitmen Semen Tonasa menjaga kelestarian lingkungan ikut terpelihara.
Semen Tonasa mengantongi berbagai sertifikat green industry, salah satunya Sertifkat Industri Hijau 2018 dari Kementerian Perindustrian. Pada tahun tersebut Semen Tonasa berhasil menghemat energi senilai Rp 1,8 triliun dan air senilai Rp 27 miliar.
Januari 2020, Semen Tonasa kembali meraih Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) salah satu upaya KLHK untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Pertengahan September 2021, Tim Inovasi Semen Tonasa meraih penghargaan Asia Pasific Quality Organization (AQPO) International Conference ke-26 yang digelar secara virtual dari Perth, Australia.
Inovasi pertama yang ditampilkan adalah pemanfaatan consumption figure batu bara. Teknologi ini selain menekan biaya bahan bakar, juga meningkatkan performance clincker ramah lingkungan. Efisiensinya mencapai Rp 633 juta per bulan setara Rp 7,16 miliar per tahun.
Inovasi kedua adalah menghilangkan frekuensi downtime dari 74 kali menjadi nol selama tujuh bulan. Efisiensinya mencapai Rp 1 miliar.
Kedua inovasi Semen Tonasa diganjar Three Stars. Ini merupakan nilai tertinggi di ajang berkelas internasional tersebut.
4. Menangani limbah industri baik internal maupun eksternal.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat industri semen nasional memproduksi emisi sebanyak 725,7 kilogram (kg) CO2 per ton semen pada 2020. Angka tersebut turun menjadi 641,5 kg CO2 per ton semen pada 2021.
Industri semen di Indonesia secara absolut berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak enam juta ton dalam satu dekade, 2010-2020. Angka tersebut setara 11,6 persen. Hal ini tak lepas dari usaha pelaku industri menangani limbahnya, secara internal dan eksternal.
Semen Indonesia Group (SIG) selaku induk perusahaan Semen Tonasa memiliki slogan, yaitu Untuk Bumi, Kualitas, dan Indonesia. Terkait dengan limbah industri, Semen Tonasa memaksimalkan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) melalui serangkaian kegiatan, mulai dari penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3, termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.
Semen Tonasa sudah pasti terikat dengan UU Nomor 32/ 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Oleh sebabnya perusahaan harus bisa menjaga lingkungan tempat melakukan eksplorasi dan eksploitasi.
Kita tentu tak ingin kejadian seperti di Teluk Buyat pada masa lampau terjadi lagi. Teluk Buyat tercemar oleh 33 ton uang air raksa beracun akibat perusahaan tambang emas asing. Apalagi Semen Tonasa memiliki pelabuhan laut di Biringkassi yang menjadi lokasi pengiriman semen ke seluruh Indonesia.
Semen Tonasa berkomitmen penuh menjamin mutu lingkungan. Pengelolaan limbah cair, limbah padat, limbah udara, dan sebagainya selalu dalam pengawasan. Pemantauan dilakukan setidaknya sekali dalam tiga bulan didukung lembaga terpercaya, seperti Pusat Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup (Puslitbang LH) Universitas Hasanuddin.
5. Menetapkan blueprint CSR
Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Semen Tonasa memuat Strategic Flagship CSR Semen Tonasa yang mengambil tema Konservasi Energi untuk Negeri. Program-programnya mengacu pada Undang Undang (UU) Nomor 40/2007 tentang UU Perseroan Pasal 74 dan penerapan konsep triple bottom lines yang menyelaraskan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Semen Tonasa mengadopsi berbagai praktik CSR secara global, misalnya ISO 26000:2010 SR. Kebijakan Program CSR mampu memberi dukungan terhadap pemenuhan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup secara nasional dan global. Perseroan tetap mengedepankan aspek kearifan lokal dalam pelaksanaan CSR.
Inisiatif strategis tersebut dikemas dalam Tonasa Bersaudara. Lima pilar utamanya adalah Tonasa, Mandiri, Tonasa Cerdas, Tonasa Sehat, Tonasa Bersahaja, dan Tonasa Hijau.
Perseroan menetapkan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dengan memetakan wilayah penyaluran anggaran program berdasarkan klasifikasi Ring I, Ring II, dan Ring III.
- Ring I adalah wilayah yang terkena dampak langsung dari operasional perusahaan, mencakup aktivitas pabrik, pelabuhan, boiler turbin generator (BTG), dan penambangan dengan jarak maksimal lima kilometer (km). Ada 11 desa dan kelurahan, yaitu Desa Biring Ere, Desa Mangilu, Kelurahan Bontoa, Kelurahan Kalabbirang, Kelurahan Sapanang, Desa Taraweang, Desa Tabo-Tabo, Desa Bulu Tellue, Kelurahan Samalea, Desa Bowong Cindea dan Desa Bulu Cindea.
- Ring II adalah wilayah yang tidak terkena dampak langsung dari operasional perusahaan, tapi wilayahnya sering menjadi jalur yang terkena atau dilewati sarana atau kendaraan produksi dan pemasaran perusahaan.
- Ring III adalah wilayah yang tidak terkena dampak langsung operasional perusahaan, tidak terkena rencana perluasan pabrik atau tambang, tapi sering menjadi jalur distribusi, meliputi wilayah di luar Kabupaten Pangkep.
Sepanjang 2020, Semen Tonasa mengalokasikan dana Rp 23,1 miliar untuk tiga program lingkungan. Rinciannya adalah Rp 12,6 miliar untuk Program Kemitraan, Rp 4 miliar untuk Program Bina Lingkungan, dan Rp 6,5 miliar untuk Program TJSL.
Penutup
Semen dapat memberi respons parsial terhadap tantangan konstruksi berkelanjutan jika diproduksi dengan benar. Semen Tonasa sebagai salah satu perusahaan BUMN mampu menjadi pelopor yang membantu mengurangi jejak karbon di Indonesia.
Dirgahayu 53 Tahun Semen Tonasa. Perusahaan yang berpikiran maju pasti meraih kesempatan melompat lebih tinggi, menjadi yang terdepan di industri ini.
Leave a Comment