From Five to Nine dorama Jepang yang mengajarkan kita bahwa semua hal baik yang terjadi dalam kehidupan dunia ini pasti butuh waktu. Gak ada bayi lahir sehari setelah ibunya dinyatakan hamil. Butuh sembilan bulan lebih.
Gak ada rumah besar yang dibangun dalam waktu 24 jam, pasti berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Plus, jangan lupa, Indonesia juga gak merdeka dalam semalam. Hehehe.
Kesimpulannya, cinta butuh waktu untuk tumbuh, setahap demi setahap, selangkah demi selangkah. Kadang cinta perlu menunggu. Nikmati setiap langkahnya. Nikmati setiap detiknya.
Siapa tahu, seiring waktu kita curahkan untuk mengenal orang yang kita cintai, semakin besar pondasi cinta yang kita bangun bersama. Bukankah hubungan seperti ini layak untuk ditunggu?
Begitulah kisah cinta yang dirasakan Hoshikawa Takane terhadap Sakuraba Junko. Takane seorang biksu yang jatuh cinta sejak pertama kali jumpa Junko, guru les bahasa inggris paruh waktu yang bekerja di English Language Academy (ELA). Ya kayak LIA-nya Indonesia lah.
Mulanya cinta Takane cuma bertepuk sebelah tangan. Pada akhirnya segala usaha yang dia lakukan untuk memenangkan hati Junko mengubah kisah mereka menjadi cinta dua arah.
Bagi yang udah nonton dorama Jepang From Five to Nine, pasti tahu kisah cinta Takane dan Junko jarang banget kejadian di dunia nyata. Namun, ya karena ini adalah drama Getsu-9, diadaptasi dari manga, sah-sah aja plotnya kadang kurang make sense buat kita, tapi sangat umum kita jumpai di cerita manga.
Kita kenalan dulu yuk sama sejumlah pemeran dorama Jepang From Five to Nine yang tayang 2014-2015 di Fuji TV.
- Yamashita Tomohisa sebagai Hoshikawa Takane.
- Ishihara Satomi sebagai Sakuraba Junko, guru ELA.
- Furukawa Yuuki sebagai Mishima Satoshi, murid ELA, sahabat Junko.
- Tanaka Kei sebagai Kiyomiya Makoto, pimpinan ELA.
- Hayami Mokomichi sebagai Kimura Arthur, guru ELA.
- Takanashi Rin sebagai Yamabuchi Momoe, guru ELA.
- Saeko sebagai Mouri Masako, admin ELA.
- Tsunematsu Yuri sebagai Sakuraba Nene, adik Junko.
- Takada Hyoga sebagai Satonaka Yuki, murid ELA.
- Nagatsuma Reo sebagai Renji Hachiya, murid ELA.
- Yoshimoto Miyu sebagai Ashigaka Kaori, tunangan Takane.
- Kaga Mariko sebagai Hoshikawa Hibari, nenek Takane.
- Shison Jun sebagai Hoshikawa Amane, adik Takane.
- Terada Kokoro sebagai Sankyu Naha.
Sebetulnya saya udah nonton serial Jepang ini sejak 2015. Waktu itu saya gak kepikiran mau nulis review-nya karena lagi hamil.
Eh gak tahu kenapa sekarang saya tertarik bikin ulasannya karena From Five to Nine tayang di WeTV, bahkan jadi salah satu judul favorit di kanal dorama Jepang. Artinya banyak yang baru nonton dorama ini. Jadi ya, tulis aja lah. Semoga masih ada yang mau baca.
Kenapa saya rekomendasikan From Five to Nine? Alasannya karena akting Yamapi dan Ishihara gak pernah mengecewakan.
Saya penggemar berat Yamapi sejak dia bermain di Nobuta wa Produce, Dragon Zakura, Proposal Daisakusen, Summer Nude, serta dua serialnya yang menurut saya paling keren, yaitu Code Blue dan Buzzer Beat.
Gara-gara From Five to Nine, Yamapi dan Ishihara beneran pacaran loh, meski hubungan mereka sekarang sudah usai. Ishihara termasuk wanita yang paling lama menjadi kekasih Yamapi. Kalo gak salah mereka solid selama tiga tahun sejak selesai syuting dorama ini.
Sinopsis From Five to Nine
Hoshikawa Takane dan Sakuraba Junko dua orang yang berasal dari dunia berbeda. Mereka bagai Mars dan Venus yang punya orbit masing-masing, gak mungkin bertemu di lintasan sama.
Takane seorang biksu (biarawan) aliran zen yang menjalani hidup penuh aturan, norma, dan nilai agama. Kesehariannya dihabiskan untuk mengabdi di Kuil Tokyo. Takane dibesarkan dan dipersiapkan menjadi pemimpin kuil berikutnya.
Junko adalah guru les bahasa inggris yang berpikiran bebas dan terbuka. Cita-citanya bekerja dan tinggal di New York. Dia serius sama impiannya. Terbukti Junko rajin menabung buat bekal biaya hidup kalo kelak dia terbang ke Negeri Paman Sam.
Sekilas udah kelihatan ya kalo Takane dan Junko punya rencana berbeda untuk masa depan masing-masing. Rasanya mereka gak mungkin klik. Namun, kalo takdir sebut mereka jodoh, mau bilang apa? Toh, asam di gunung, garam di laut, dalam belanga akhirnya bertemu jua.
Suatu hari Takane memimpin upacara kematian yang dihadiri Junko dan keluarga. Giliran Junko memberi penghormatan pada mendiang, kakinya tiba-tiba kesemutan. Tubuh Junko oleng dan gak sengaja numpahin cawan abu ke kepala Takane yang tengah berdoa saat itu.
Beberapa hari kemudian, sepulang ngajar, Junko dijebak ayah, ibu, dan adiknya untuk blind date sama seorang pria yang gak disangka-sangka adalah Takane. Rupanya Takane melalui kakeknya secara pribadi menyampaikan niat untuk melamar Junko dan menjadikan gadis itu sebagai istri.
Orang tua mana gak was was punya anak gadis 28 tahun yang sama sekali belum pernah pacaran? Begitu ada biksu ganteng, pintar, kaya, calon pemimpin kuil besar datang melamar, terang aja ayah ibu Junko gak mikir dua kali. Kalo dalam Islam, mungkin istilahnya kurang lebih kayak taaruf gitu kali ya.
Pantang Menyerah
Takane posesif banget sama Junko sejak mengantongi restu kedua orang tua Junko. Padahal neneknya sendiri gak suka sama Junko dan menjodohkan Takane dengan seorang gadis bernama Ashigaka Kaori.
Bodo amat, Takane orangnya setia banget. Kalo hatinya udah suka sama Junko, ya gak ada tempat lain selain Junko.
Setiap hari Takane mepetin Junko terus. Jelas-jelas udah lancar berbahasa Inggris, Takane tetap mendaftar sebagai murid les Junko, bahkan bayar kelas private.
Walau pun biksu, Takane sempat kuliah di Jurusan Filsafat dan Ajaran Buddha salah satu kampus ternama di luar negeri. Dia melanjutkan kuliah di Jurusan Ideologi dan Budaya, Fakultas Sastra, Universitas Tokyo.
Saya tuh sampai takut loh lihat Takane ini. Kelakuannya gak jauh beda sama penguntit. Serem gak tuh? Di mana ada Junko, di situ ada Takane.
Saat heels sepatu Junko patah, ujug-ujug Takane bawain sepasang sepatu pengganti. Mereknya branded pula, Jimmy Cho.
Saat Junko ketinggalan bus sepulang minta maaf dari rumah salah satu murid ELA yang terlibat insiden dengannya, ujug-ujug mobil Takane udah nyamperin Junko di halte bus.
Saat Junko dan Nene, adiknya ditahan sama lelaki hidung belang di sebuah bar, Takane datang jadi pahlawan penyelamat.
Gak sedetik pun Junko luput dari pandangan Takane. Seandainya boleh masuk toilet perempuan nih, saya yakin Takane juga bakal ngikutin Junko sampai ke sana. Hahaha. Bingung deh, emang Takane ini gak ada kerjaan lain apa selain ngekorin Junko kemana pergi?
Puncaknya Takane nekat menculik Junko dan mengurungnya di kuil. Yups, ini tuh benar asli penculikan menurut saya mah. Ya gak sih? Kalo di dunia nyata pasti Junko udah lapor polisi.
Untungnya ini drama Getsu-9 ya. Kejadian-kejadian yang bikin kaget kayak gini udah biasa. Namanya juga live action dari manga.
Junko kewalahan nolak Takane terus. Akhirnya dia nyerah dan nerima tantangan Takane dan nenek Takane untuk mengikuti pelatihan pengantin di kuil selama seminggu.
Perjanjiannya, mulai jam 5 subuh sampai jam 9 pagi Junko menjalani misi di kuil. Dari sini lah judul dorama Jepang ini mungkin diambil.
Junko dituntut bisa berbaur dengan seluruh penghuni kuil. Gadis itu sempat stres karena banyak aturan bertolak belakang dengan kebiasaannya sehari-hari.
Contoh paling sederhana adab makan. Kalo di rumahnya, Junko udah biasa makan sambil ngobrol, haha hihi sama ayah ibu adeknya, bahkan makan sambil melipat sebelah kaki di atas kursi.
Nah, kalo di Kuil Keluarga Hoshikawa, jangankan makan sambil ngobrol, ngunyah makanan aja gak boleh ada bunyinya. Gimana gak emosi jiwa coba!
Satu-satunya alasan Junko mau menerima tantangan ini karena Takane berjanji, kalo dalam seminggu Junko gak betah hidup di kuil, dia gak bakal menemui Junko lagi, gak bakal ngikutin Junko lagi, dan gak bakal maksa Junko jadi istrinya lagi.
Begitu bangun pagi, Junko langsung bersih-bersih kuil. Jam 9 dia pergi ngajar, kadang disela mengikuti ujian seleksi ELA. Pemenangnya akan mewakili ELA Jepang untuk berkarier di Amerika.
Gagal ke New York
Junko seharusnya lulus wawancara ELA ke New York. Sayang namanya dicoret salah satu direksi atas permintaan Hosikawa Hibari, nenek Takane.
Nenek Hibari berteman dekat dengan seorang anggota direksi yang menguji Junko. Demi melindungi neneknya, Takane bilang ke Junko bahwa dirinya lah yang menyebabkan Junko gagal ke Amerika. Alasannya Takane gak mau Junko meninggalkannya.
Setiap bohong atau menyakiti hati Junko, Takane pasti bermeditasi di Air Terjun Shinhira.
Kebohongan Takane membuat Junko berbalik membenci Takane. Bagi Junko, Takane sudah keterlaluan. Dia menginjak-injak impian Junko dan mengubah hidup Junko sesuka hati.
Junko langsung minggat dari kuil, padahal belum seminggu loh. Artinya perjanjian mereka di awal sudah batal.
Gara-gara gak bisa dapetin Junko, Takane bertekad hengkang dari kuil keluarga dan hijrah ke kuil di daerah pegunungan demi mengambil sumpah selibat. Yes, Takane memutuskan gak akan menikah seumur hidupnya kalo gak bisa bersama Junko.
Junko yang mendengar kabar tersebut jelas-jelas menentang dong. Diam-diam dia menyadari bahwa hatinya mulai terbuka untuk Takane.
Restu Nenek
Hoshikawa Hibari, nenek Takane adalah tantangan terbesar hubungan dua sejoli itu. Emang sih, Nenek Hibari gak pernah gunain cara-cara licik yang membahayakan nyawa Junko, tapi tetap aja dia nyebelin.
Alih-alih membimbing Junko jadi calon Nyonya Kuil, Nenek Hibari malah membawa Kaori tinggal di sana. Dia seakan ingin membandingkan bagaimana Kaori dan Junko sangat jauh berbeda. Kaori lah yang paling cocok menjadi Nyonya Kuil.
Kaori pun gak tinggal diam. Dia berusaha memenangkan hati Takane dengan segala cara. Cuma ya emang dasarnya Takane ini udah mengunci rapat pintu hatinya untuk perempuan lain, mau seberapa keras pun Kaori mencoba, tetap tak diindahkannya.
Apa yang membuat Takane menyukai Junko? Jawabannya ternyata sederhana banget.
Lalu, apa yang membuat Nenek Hibari gak suka sama Junko?
Rupanya personal Junko sangat mirip dengan mendiang ibu Takane. Orang tua Takane meninggal karena kecelakaan mobil.
Ibu Takane suatu hari udah gak tahan dengan kehidupan kuil dan memutuskan pergi. Ayah Takane, putra tunggal Nenek Hibari menyusul istrinya. Keduanya meninggal di hari sama.
Tragedi itu menyisakan trauma dan rasa takut luar biasa di hati Nenek Hibari. Dia gak ingin kejadian sama terulang pada cucunya.
Saat Takane bersikukuh memilih Junko, Nenek Hibari ingin melepaskan Takane dari kewajibannya menjadi pemimpin kuil berikutnya. Padahal, memimpin kuil adalah impian Takane sejak kecil.
Posisi agung itu diberikan pada Hoshikawa Amane, adik kandung Takane yang selama ini tinggal jauh di Kuil Kyoto.
Masalah baru muncul mana kala Amane ternyata bukan calon pemimpin kuil yang baik. Bukannya mempertahankan kuil, dia malah ingin meruntuhkan Kuil Tokyo dan menjadikannya proyek real estate dengan nama Kuil Satu Jembatan.
Niat Amane ini berangkat dari dendamnya terhadap Nenek Hibari dan Takane. Amane marah karena sejak kecil setelah orang tuanya meninggal, dia seolah diasingkan ke Kuil Kyoto yang letaknya jauh, sementara Takane tinggal bersama kakek neneknya di kuil utama.
Selama pisah, gak sekali pun Takane dan nenek kakeknya mengunjungi Amane di Kyoto. Jadi, Amane merasa kakek neneknya pilih kasih.
Junko yang waktu itu sudah membuka hati untuk Takane merasa inilah saatnya mendukung penuh calon suaminya. Junko mengajukan surat pengunduran diri dari ELA dan siap mengabdi seutuhnya, mendampingi Takane di kuil.
Kesungguhan Junko rupanya meluluhkan hati Nenek Hibari. Junko dapat kesempatan kedua untuk mengulang kisah bersama Takane.
Ending From Five to Nine Takane melamar Junko di malam Natal penuh salju. Bukan cuma itu aja, Takane gak ingin mengulang kesalahan ayahnya yang mengekang impian ibunya.
Takane memberikan Junko kesempatan untuk mendapatkan pengalaman bekerja dan mengajar di luar negeri, yaitu New York.
Ah, so sweet banget. Saya suka ending begini, di mana pasangan kekasih sama-sama support impian masing-masing tanpa menjadikan hubungan asmara sebagai alasan yang membuat salah satu pihak mengalah mengubur impiannya.
Pernikahan Biksu di Jepang
Pertama kali saya tahu biksu bisa menikah justru setelah menonton From Five to Nine. Gak update banget ya saya.
Padahal mah apa bedanya biksu sama ustaz? Di antara mereka pasti ada yang hidup tanpa menikah, dan ada pula yang hidup dengan menikah.
Mungkin karena saya udah keracunan Boboho dari kecil, sehingga tahunya biksu itu gak nikah. Hehehe.
Saya mengutip pandangan seorang biksu zen sekaligus Rektor Universitas Hanazono, Jepang, Bapak Soko Morinaga. Menurut beliau, pernikahan biksu di Jepang telah ada sejak awal Era Heian (794-1185).
Pernikahan biksu semakin umum mulai dari Era Shinran (1173-1262), Ippen (1239-1289), Kamakura (1185-1333), Muromachi (1336-1570), hingga Edo (1600-1867). Jadi, masyarakat Jepang sih udah familiar sama pernikahan biksu. Mereka menganggap itu bukan sesuatu yang wow atau luar biasa.
Biksu di Jepang gak cuma boleh menikah dan punya anak. Mereka juga boleh kok makan daging, bahkan minum alkohol. Namun, ini gak berlaku untuk biksu yang sudah bersumpah selibat.
Selibat adalah pilihan hidup dan pemikiran yang menjadikan seorang biksu memutuskan secara pribadi hidup tanpa menikah. Mereka yang memutuskan selibat mempersembahkan hidup sepenuhnya pada Tuhan dengan menjaga kaul kesucian.
Salah satu ciri biksu atau biksuni yang sudah bersumpah selibat adalah meninggalkan jubahnya. Kepala mereka juga dicukur botak. Kalo biksu atau biksuni-nya masih berambut, artinya mereka belum bersumpah selibat.
Ada banyak aliran Budha berkembang di Jepang, mulai dari Zen, Risshu, Shingon, termasuk aliran baru, seperti Shoka Gakkai, Rissho Kosei Kai, dan Nipponzan Myohoji Daisanga. Khusus Takane, saya pernah baca bahwa dia seorang biksu zen di serial From Five to Nine.
Review From Five to Nine
Plot cerita From Five to Nine atau 5-ji Kara 9-ji Made mengalir seperti air. Saya gak perlu menjelaskan alasan Takane memilih Junko atau sebaliknya.
Gak ada hubungan lebih kuat dari rasa cinta di hati kita. Takane menyukai Junko. Dia ingin mendapatkan hati Junko tanpa perlu memaksa gadis itu mengubur impiannya.
Menunggu, satu hal yang dengan sabar diajarkan Takane pada kita semua. Kalo udah yakin cinta pada seseorang, perkara menunggu tak jadi masalah.
Junko sebenarnya gak kekurangan pria dalam hidupnya. Gak seperti apa yang dikhawatirkan kedua orang tuanya.
Sedari awal kita tahu Mishima Satoshi, sahabat Junko terang-terangan mengungkap perasaannya pada Junko. Pimpinan ELA sekaligus eks-mentor Junko, Kiyomiya Makoto juga menaruh hati pada Junko. Dia cuma butuh sedikit waktu karena baru saja berpisah dengan istri yang dinikahinya di Amerika.
Chemistry Junko dan Takane cocok untuk cerita ini. Emang gak berapi-api sih, cuma melihat mereka bisa nyaman satu sama lain, padahal dari dua dunia berbeda, itu udah cukup membuktikan mereka emang jodoh.
Adegan yang paling saya suka adalah debat bahasa inggris antara Junko dan Takane di kelas. Interaksi keduanya lucu sekali dan sukses mengocok perut.
Secara keseluruhan From Five to Nine menyajikan cerita cinta yang gak biasa. Alurnya ringan dan segar. Saya menikmati menonton dorama Jepang 10 episode ini.
Sekali lagi, saya kagum banget sama kesabaran dan ketekunan Takane memenangkan hati Junko. Coba deh kalian juga nonton dan share kesannya di kolom komentar ya. Terima kasih.
Leave a Comment