Antisipasi penyebab autisme pada janin bisa dilakukan oleh ibu hamil. Tanda bayi autis sejak dalam kandungan sebetulnya bisa terdeteksi, sebagaimana deteksi bayi yang memiliki kelainan down syndrome.
Saya teringat saat kehamilan saya memasuki usia 12 minggu, dr Semadi Putra, obgyn saya di Bali minta izin untuk skrining janin kembar saya apakah memiliki kelainan down syndrome atau tidak. Saya mempersilakan beliau melakukan skrining via USG tersebut.
Dokter kandungan saya itu melakukan pemeriksaan fisik pada janin saya, khususnya rangka tulang hidung, hingga volume cairan ketuban. Belakangan saya baca, ternyata skrining dengan USG bisa menilai jumlah cairan ketuban di belakang leher janin pada usia 11-13 minggu, atau saat panjang tubuhnya berkisar 4,5-8,4 cm.
Normalnya jumlah cairan ketuban di belakang leher janin pada usia tersebut kurang dari 3,5 mililiter (ml). Sekiranya jumlah cairan lebih dari 3,5 ml, dicurigai janin tersebut down syndrome.
Langkah berikutnya untuk memastikan keakuratan diagnosis hingga 100 persen adalah melakukan pemeriksaan amniosintesis dengan cara mengambil sedikit sampel cairan ketuban ibu, atau pemeriksaan kromosom lewat Chorionic Villus Sampling (CVS) dengan mengambil sedikit jaringan plasenta.
Cara yang menurut saya cukup berani ini sudah biasa dilakukan di luar negeri, tapi dampaknya cenderung negatif. Saya pernah membaca jurnal internasional dari Enviromental Research and Public Health yang menyebutkan skrining dan pengujian amniosintesis di Taiwan justru meningkatkan keputusan aborsi di antara ibu-ibu yang janinnya didiagnosis autism spectrum disorder (ASD).
Mental orang tua dalam hal ini perlu disiapkan. Begitu calon ibu mengetahui anaknya terindikasi down syndrome atau autis, langkah selanjutnya apa? Janin itu adalah ciptaan Tuhan yang gak mungkin bisa dikoreksi manusia.
Apabila sudah didiagnosis down syndrome, maka yang lahir nanti adalah bayi down syndrome. Apabila sudah didiagnosis autis, maka yang lahir nanti adalah bayi autis.
Kodeetik dunia kedokteran di Indonesia tidak membolehkan praktik aborsi, termasuk aborsi pada janin terindikasi autis atau pun down syndrome. Ini juga menentang ajaran agama mana pun.
Deteksi dini janin down syndrome, deteksi dini penyebab autisme pada janin, dan janin dengan kelainan genetik lain sejak dalam kandungan hendaknya bertujuan mempersiapkan mental orang tua menghadapi kelahiran bayinya.
Kalo sudah ketahuan sejak dalam kandungan, orang tua bisa lebih siap menerima kehadiran anaknya. Mereka lebih siap memberi penanganan dan intervensi dini pascakelahiran, supaya anak-anaknya bisa tumbuh normal secara kognitif dan sosial.
Pada anak autis misalnya, mereka bisa disembuhkan, meski membutuhkan waktu lebih lama dibanding anak-anak normal. Inilah yang saya lakukan sekarang terhadap salah satu putra kembar saya, Rashif.
Mencegah Autisme Sejak dalam Kandungan
Dokter anak sekaligus konsultan ahli autisme, dr Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI mengatakan cara yang cukup radikal mencegah autisme sejak dalam kandungan adalah melakukan skrining calon embrio. Syaratnya pembuahan dilakukan di luar tubuh atau rahim ibu. Lazimnya ini kita kenal dengan teknik in-vitro atau bayi tabung.
Setelah sel sperma masuk ke dalam sel telur, terjadilah pembelahan sel menjadi dua sel, kemudian empat sel. Stadium blastomere yang terdiri dari empat sel ini kemudian diambil salah satunya untuk dianalisis secara genetik.
Sekiranya ditemukan kelainan gen yang merupakan penanda (marker) dari kemungkinan bayi yang dilahirkan adalah autis, maka sel tersebut tidak ditanamkan ke dalam rahim ibu. Jika tidak ditemukan penanda genetik autis pada sel tersebut, maka sel itu bisa dibiarkan berkembang lebih lanjut sampai stadium blastocyst, baru kemudian ditransfer ke rahim ibu.
Skrining amniosintesis seperti ini, menurut dr Rudy sudah umum dilakukan di Jerman untuk beberapa penyakit genetik, termasuk autis.
Sampai saat ini masih belum diketahui cara paling tepat untuk mengantisipasi penyebab autisme pada janin, terutama pada keluarga yang ingin mendapatkan anak berikutnya. Pasalnya autisme adalah kelainan genetik dan bagaimana tepatnya faktor genetik itu berperan memengaruhi kondisi autisme masih belum dipahami sepenuhnya oleh dunia kedokteran saat ini.
Namun, berdasarkan ilmu pengetahuan tentang berbagai terapi spesifik yang telah menghasilkan perbaikan bahkan kesembuhan terhadap anak autis, kita bisa mencegah autisme sejak dalam kandungan, meski tentu saja belum ada jaminan untuk itu.
Usaha-usaha tersebut, kata dr Rudy secara umum dilakukan sebelum kehamilan, selama kehamilan, dan setelah melahirkan.
1. Sebelum kehamilan
- Sebaiknya konsumsi makanan organik. Utamakan protein, sayuran, buah, dan kacang-kacangan. Kurangi mengonsumsi gula, karbohidrat, pengawet, perasa, pewarna, dan makanan olahan.
- Obati masalah-masalah pencernaan, seperti pengobatan jamur, intoleransi gluten, alergi makanan, kembung, konstipasi, berbagai parasit, termasuk pemeriksaan TORCH dan pengobatannya jika perlu.
- Kurangi penggunaan antibiotik. Konsumsi probiotik bermutu tinggi untuk memperbaiki mikroflora usus, mencegah penyerapan bahan-bahan toksik, dan meningkatkan ekskresi bahan-bahan toksik tersebut.
- Jangan mengonsumsi alkohol dan jangan merokok.
- Hindari penggunaan bahan-bahan kimia pribadi, seperti lotion, krim, parfum, deodorant. Hindari juga bahan-bahan kimia rumah, kebun, dan lingkungan, meliputi insektisida, pembersih lantai, kamper, pengharum ruangan, pewangi dan pelembut baju, dry cleaning, cat rumah, resin. Gunakan semuanya dengan bahan yang berlabel green.
- Apabila sebelumnya sudah terekspos bahan-bahan kimia atau bekerja di lingkungan yang penuh dengan bahan kimia, maka lakukan detoksifikasi. Jika masih ada tanda-tanda toksik, seperti rasa lelah, migrain, dan sebagainya, maka lakukan terapi kelasi dan konsultasi dengan dokter ahli gizi.
- Buang tambalan amalgam pada gigi dengan menggunakan prosedur aman untuk pembuangan merkuri gigi.
- Konsumsi suplemen multivitamin dan mineral lengkap, serta omega-3 dari hewan dan fish-oil yang bebas merkuri.
- Jangan gunakan bahan-bahan plastik, melamin, dan aluminium. Gunakan bahan-bahan kaca untuk mengolah, memasak makakan, serta menghindangkan dan menyimpan makanan. Gunakan juga air filtrasi yang disaring.
- Kurangi konsumsi ikan-ikan laut besar, sehubungan dengan kadar merkurinya.
- Perbaiki kualitas udara dengan sirkulasi baik dan penyinaran cukup. Lebih baik lagi jika menggunakan penyaring udara di rumah.
- Konsumsi vitamin D3 yang dapat meningkatkan kekebalan, fungsi jantung, dan saraf.
- Konsumsi berbagai sayuran organik berwarna untuk mencukupi asupan antioksidan guna melawan kerusakan dari efek radikal bebas. Kebutuhan 4,5 gelas sayuran dan buah per hari harus dipenuhi.
- Hindari vaksinasi setidaknya setahun sebelum kehamilan.
- Hindari berbagai radiasi gelombang elektromagnetik dari komputer, TV, dan telepon seluler. Jangan menyimpan barang-barang tersebut di kamar tidur. Gunakan telepon seluler sejarang mungkin, hanya jika sangat perlu dan jangan dikantongi atau disimpan dekat tubuh.
- Perawatan kiropraktik untuk mengoptimalkan fungsi saraf, kekebalan, dan keseimbangan otot-otot serta jaringan ikat panggul.
2. Selama kehamilan
- Teruskan diet organik yang berkualitas. Kurangi atau kalo bisa hilangkan konsumsi gula dan makanan olahan.
- Teruskan multivitamin dan multimineral lengkap yang mudah diserap tubuh. Setidaknya semua mengandung 1.800 miligram (mg) kalsium, 800 mikrogram (mcg) asam folat, 1.000 IU atau lebih vitamin D, omega-3, dan fish-oil bebas merkuri, serta probiotik.
- Lanjutkan pengobatan terapi atau maintenance penyakit-penyakit yang ada, termasuk TORCH.
- Jika mungkin, hindari perlakukan terhadap gigi, terutama penambalan atau pembuangan tambalan amalgam.
- Jika mungkin, hindari penggunaan antibiotik dan obat-obat resep mau pun bebas saat sakit. Tidak ada obat yang telah terbukti 100 persen aman saat kehamilan, terlebih lagi antidepresan yang berbahaya digunakan saat hamil.
- Teruskan program senam untuk memperbaiki sirkulasi dan merangsang peristaltik guna melancarkan buang air besar. Biasanya hormon kehamilan memperlambat pergerakan usus. Konsumsi serat dari sumber berkualitas, misalnya flax seeds, whole grain, psyllium husk, rice bran, nuts, dan sebagainya.
- Konsumsi setidaknya 80 gram protein per hari dari bahan organik berkualitas, seperti kalkun, ayam, kacang-kacangan, whey, daging, telur. Semua dipecah menjadi lima porsi.
- Siapkan kudapan atau camilan kaya protein pada ibu yang gula darahnya cenderung rendah.
- Hindari vaksin flu dan sebagainya. Jika ibu dengan darah rhesus negatif harus menjalani rhogam, pastikan tidak mengandung thimerosal.
- Jika sakit, perbanyak istirahat, minum air hangat atau air dengan perasan lemon, konsumsi vitamin C dan echinacea drops.
- Hindari USG kecuali sangat diperlukan. Beberapa penelitian menunjukkan USG prenatal memengaruhi perkembangan otak pada anak yang memiliki sindrom autisme.
- Minimalisir prosedur invasif selama proses kelahiran, misalnya induksi dengan pitocin, penghilang nyeri, anestesi epudiral, forceps, sectio-caesar, penjepitan atau pemotongan tali pusar secara dini. Beberapa artikel ilmiah menunjukkan peningkatan risiko autisme terhadap prosedur-prosedur tersebut. Penggunaan obat-obat dan tindakan dapat dihindari dengan teknik pernapasan dan relaksasi yang benar, serta dukungan yang adekuat saat persalinan. Dengan kata lain usahakan persalinan berlangsung normal.
- Berjalan-jalan dalam posisi tegak selama dalam proses kelahiran, serta posisi empat saat mengeran akan memaksimalkan kemampuan panggul untuk meregang dan membuka serta mempermudah jalan lahir. Hal ini akan meminimalisir penggunaan kekuatan oleh dokter saat melakukan bantuan tarikan, ekstraksi vakum, dan forceps. Berbagai bentuk tarikan dan rotasi pada bayi akan berpengaruh jangka panjang terhadap fungsi sistem saraf.
- Carilah dokter spesialis anak yang menerima pandangan tentang masalah-masalah kesehatan ini, serta perawatan invasif dengan obat-obat dan vaksin.
3. Setelah melahirkan
- Berhubungan erat dan akrab dengan bayi sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin. Sering bercakap dengan si kecil. Tidur bersamaan dengan waktu tidur bayi supaya ibu cukup istirahat dan bisa berhubungan sedekat mungkin dengan si kecil saat dia terjaga.
- Menyusui langsung selain memberi nutrisi terbaik bagi bayi juga meningkatkan ikatan (bonding) antara ibu dan anak.
- Tetap konsumsi 6-9 porsi sayuran berwarna dan buah per hari sebagai antioksidan, 80-100 mg protein berkualitas yang dibagi dalam 4-5 porsi per hari, minum banyak air putih yang difiltrasi (6-8 gelas per hari). Jika perlu konsumsi serat ekstra agar buang air besar teratur.
- Gendong bayi sesering mungkin dengan beragam gendongan. Hal ini membuat si kecil nyaman dan sering bergerak, sehingga meningkatkan perkembangan bayi.
- Gunakan tempat tidur dan buaian organik. Jangan gunakan seprei dari bahan tahan api karena mengandung antimoni tinggi dan berbagai bahan toksik lainnya.
- Teruskan multivitamin dan multimineral, serta fish-oil dengan ekstra vitamin D.
- Bayi tidak perlu divaksin hepatitis-B di ruang bayi mau pun beberapa bulan pertama usianya, kecuali ibunya mengidap hepatitis-B.
- Sebaiknya hindari berbagai vaksin sampai anak besar, kemudian hanya berikan jika diyakini tidak ada masalah dengan imunitas anak, tidak ada masalah pada saluran cerna anak, serta tidak ada masalah pada sistem saraf anak.
- Berikan makanan pendamping ASI (MPASI) saat anak berusia enam bulan untuk menghindari terjadinya alergi makanan. Makanan lunak sebaiknya mulai berikan sayuran organik terlebih dahulu, kemudian buah beberapa minggu kemudian. Berikan tiap makanan baru dengan jarak masing-masing empat hari untuk memastikan tidak ada reaksi buruk pada anak. Biji-bijian diberikan setelah anak tumbuh gigi, jangan sebelumnya karena bayi yang belum tumbuh gigi belum memiliki enzim pencernaan yang sesuai. Jika orang tua mempunyai riwayat eksim, alergi makanan, celiac, atau autisme, maka hindari susu dan produk turunannya, soya, dan gluten.
- Lanjutkan ASI sampai bayi setidaknya berusia setahun, lebih baik lagi jika sampai dua tahun. Alasannya sistem kekebalan tubuh anak belum matang sampai berusia 18 bulan. ASI memberi kekebalan terbaik untuk anak.
Sekilas kalo baca puluhan poin di atas jadi lelah sendiri ya. Namun, itulah yang namanya ikhtiar kita, terlebih bagi pasangan menikah yang jelas memiliki genetik autis pada anggota keluarganya, seperti ibu yang sebelumnya sudah memiliki anak autis.
Autisme adalah spektrum, sehingga tidak ada dua individu autis yang persis sama. Kondisi autis putra saya pasti berbeda dengan kondisi autis anak laki-laki lainnya, meski mungkin beberapa ciri umum memiliki kesamaan.
Kita bisa lihat beberapa sosok dengan spektrum autisme menguasai seni, sains, dan bidang lainnya yang sungguh luar biasa. Ada Mozart, Einstein, Darwin, Isaac Newton, Thomas Jefferson, dan Stanley Kubrick.
Ada juga Susan Boyle (penyanyi), Tim Burton (produser dan sutradara), Dan Ackroyd (aktor), Daryl Hannah (aktris), Jerry Seinfeld (komedian), dan Hans Christian Anderson (penulis cerita anak).
Autis hanya satu dari sekian banyak kekurangan pada anak kita. Menginginkan seseorang tanpa kekurangan rasanya tak mungkin, sebab sejatinya manusia adalah makhluk yang berkekurangan. Semua bergantung dari sisi mana kita melihat kekurangan itu menjadi sebuah kelebihan.
Leave a Comment