Review web series "My Lecture My Husband"
Review web series "My Lecture My Husband"

Hai, ketemu lagi. Saya lanjut bahas episode 5-8 serial My Lecturer My Husband ya teman-teman. Buat yang belum sempat baca bagian pertama bisa dicek di sini. Serial ekslusif yang dibintangi Reza Rahadian dan Prilly Latuconsina ini tayang di WeTV dan i-flix.

Episode-5

Inggit demam panas karena pertengkaran semalam. Arya yang kembali ke rumah panik abis.

Arya segera membawa Inggit ke Rumah Sakit Cipta Sehat. Dia gak tahu itu adalah rumah sakit tempat Tristan bertugas. Tristan yang berpakaian APD lengkap langsung membawa Inggit ke ruang perawatan ketika Arya pergi membeli masker.

Saat Tristan memeriksa kondisi kekasihnya, Inggit mengigau memanggil-manggil nama Arya. Itulah kali pertama Tristan mulai curiga ada yang Inggit rahasiakan darinya.

Arya dari kejauhan mengetahui kehadiran Tristan. Dia mencoba menjaga jarak dan membawa Inggit pulang begitu kondisinya membaik dan Tristan sedang tidak di tempat.

Arya merawat istrinya dengan sangat telaten di rumah. Dia menyuapi Inggit makan dan mengabari ibu Inggit bahwa kondisi Inggit baik-baik saja.

Tristan keesokan harinya datang dan memaksa masuk ke rumah Inggit. Inggit menahannya di depan pintu karena ingat perjanjiannya dengan Arya.

“Aku gak bisa ngurusin ratusan orang, ribuan orang, tapi orang yang aku cinta gak aku urusin. Kamu sendirian di sini. Ngapain aku ngurusin orang Nggit? Sekarang kita jalani ini sama-sama ya.”

Inggit tetap bergeming dengan kalimat Tristan. Dia tetap melarang Tristan masuk ke rumah dan merawatnya.

“Kamu mau apa Nggit? Mau ke Jogja? Mau ketemu sama orang tua kamu? Ayo.”

Inggit menahan lengan Tristan yang tetap ingin masuk ke rumahnya. Laki-laki itu akhirnya melangkah pergi tanpa satu jawaban pun dari Inggit. Inggit menangis melihat kekasihnya dari balik pintu.

Iim menghubungi Inggit menanyai kabar sahabatnya, termasuk isu Inggit menikah diam-diam. Iim bahkan mengira Inggit hamil.

Inggit dan Arya akhirnya memutuskan jujur pada Iim tentang perjodohan dan pernikahan mereka. Namun, baru beberapa detik melihat Arya mengenalkan diri sebagai suami Inggit melalui video call, Iim langsung pingsan.

Episode-6

Profesor Adi yang juga dokter sekaligus dosen Tristan meninggal dunia karena Covid-19. Selama bertugas, Tristan sering berinteraksi dengan beliau.

Udah ketebak ya, Tristan harus isolasi mandiri lantaran positif Covid-19. Kabar ini tentu saja membuat Inggit semakin panik.

Kondisi semakin memburuk mana kala Inggit dan Arya mendadak harus ke Jogja lantaran bapak Inggit kembali kritis. Syukurnya Arya bisa mengabari Inggit perkembangan kesehatan Tristan berkat bantuan rekannya sesama dosen, Profesor Gunawan dari Fakultas Kedokteran.

Selama di Jogja, Inggit semakin sering menyaksikan sisi lain dari Arya. Suaminya itu bukan lagi dosen killer, melainkan menantu sekaligus anak yang berbakti pada kedua orang tua Inggit.

Inggit semakin simpati sama Arya mana kala Arya terluka gara-gara menyelamatkan Inggit dari jambret. Waktu itu Inggit sedang keluar rumah membeli obat nyamuk untuk bapaknya.

“Mas Arya jangan kayak gini lagi deh. Kalo Mas Arya mati gimana?”

“Saya kalo mati gak demi kamu, trus demi siapa lagi?”

Aduuuh, melting dah dengerin Arya ngomong begitu.

Inggit mulai lagi deh kebawa mimpi manis sama Arya. Pikirannya mulai macem-macem, ngebayangin hal-hal romantis bersama Arya.

Lucu banget pas lihat adegan mereka di kamar. Inggit sibuk sendiri dan salah tingkah melihat Arya tidur tepat di sampingnya.

Episode-7

Kondisi bapak Inggit semakin membaik. Bapak Inggit senang bisa berkumpul berempat dengan anak dan menantunya.

“Bapak semakin yakin, Mas Arya ini bisa menjadi pemimpin yang bertanggung jawab untuk keluarganya suatu hari nanti.”

“Amin pak. Yang jelas saya akan berusaha bisa menepati janji saya sama bapak, sama ibu, untuk bisa menjaga Inggit.”

Selama di Joga, Inggit berperan ganda sebagai sekretaris Arya. Berhubung tangan Arya terluka, si dosen killer gak bisa efektif work from home, termasuk mengetik dan memeriksa tugas mahasiswa.

Inggit dan Arya kerap duduk bersebelahan. Inggit mengetik di laptop, Arya membacakan naskah teks di samping Inggit. Pokoknya mereka berdua makin dekat satu sama lain, meski masih dibumbui debat dan pertengkaran kecil.

Inggit gak sadar percakapan bersama Arya, bapak dan ibunya malam itu adalah terakhir kalinya. Suatu pagi, saat ibu Inggit membangunkan suaminya sarapan, ternyata dia tak lagi bernapas.

Inggit shock, gak mengira bapaknya pergi secepat ini. Dia berteriak kencang memanggil dokter, tapi sudah terlambat. Bapak memilih pergi menghadap penciptanya.

Episode tujuh ini menurut saya berjalan sangat cepat. Di tengah proses pemakaman, Tristan ternyata menyusul Inggit ke Jogja. Dia gak sengaja mendengar percakapan tetangga Inggit yang melayat bahwa Inggit telah menikah dengan Arya.

Kecurigaan Tristan terjawab sudah. Dia pulang setelah bertatap mata dari kejauhan dengan Arya. Hatinya hancur mendapati wanita yang dicintainya telah dimiliki orang lain.

“Bapak berpesan pada Mas Arya. Rasa-rasanya Mas Arya harus bisa lebih sabar untuk membimbing Inggit. Bapak bisa mengerti permasalahan-permasalahan apa saja yang kalian berdua akan hadapi. Ya rasa-rasanya terlalu klise kalo seandainya bapak ini mengatakan, kalian ini bisa belajar saling mencintai satu sama lainnya seiring berjalannya waktu. Klise. Tapi ada satu hal yang ingin bapak kasih tahu ke kamu Mas Arya. Bapak percaya, Mas Arya adalah laki-laki terbaik yang bapak pilih untuk bisa menemani anak bapak satu-satunya.”

“Pak, saya mungkin tidak bisa berjanji banyak-banyak. Tapi saya akan menjaga Inggit baik-baik dan berusaha sekuat tenaga saya, dengan hati untuk bisa membahagiakan Inggit, dan meletakkan kebahagiaan Inggit di atas kebahagiaan saya.”

Demikian percakapan terakhir Arya bersama bapak mertuanya.

Episode-8 (Selesai)

Inggit dan Arya gak bisa berlama-lama di Jogja. Mereka sebetulnya masih ingin menemani ibu yang baru saja ditinggal bapak sendiri.

Inggit gak mau Arya terlalu lama meninggalkan pekerjaannya. Dia bahkan mengizinkan Arya sekiranya mau pulang duluan ke Jakarta.

“Mau saya pulang ke Jakarta atau di sini?”

“Di sini. Tapi saya gak enak aja sama kerjaan Mas Arya.”

“Ya udah, jadi maunya kita pulang atau kita di sini?”

“Pulang aja ke Jakarta kali ya, bareng. Kepikiran aja sih soalnya pasti berat buat ibu kehilangan bapak.”

“Ya, pasti berat banget kehilangan seseorang yang kita sayang. Sangat berat.”

“Emangnya Mas Arya pernah kehilangan orang yang Mas Arya sayang?”

“Belum.”

“Belum berarti akan mas?”

Nah, mulai deh salah tingkah keduanya.

Di Jakarta, Iim ternyata sudah menunggu Inggit di depan rumah. Iim bercerita bahwa Tristan menyusul Inggit ke Jogja dan sempat melihat Arya.

Baru saja Inggit dan Arya masuk rumah, keduanya kembali bertengkar. Kali ini pertengkaran mereka lebih hebat dari sebelumnya.

Inggit marah karena Arya gak kasih tahu Tristan datang ke Jogja. Arya mengatakan saat itu bukan waktu yang tepat untuk memberi tahu Inggit.

“Mas suami saya, trus saya harus ngikutin terus apa maunya mas? Saya gak ditanya apa yang saya rasain?”

Puncaknya Inggit mengemasi pakaiannya kembali dan berniat meninggalkan rumah untuk selamanya. Arya menghalangi karena dia sudah terikat janji dengan almarhum bapak untuk menempatkan kebahagiaan Inggit di atas kebahagiannya sendiri.

Pikiran Arya kembali ke hari-harinya bersama Inggit. Dia menyadari pada satu titik dirinya terlalu egois, terlalu mengatur, dan kerap tak memberi pilihan pada Inggit.

“Izinkan saya buat ngantar kamu ketemu Tristan. Setidaknya kasih saya kesempatan untuk memastikan bahwa kamu akan baik-baik saja. Kamu mau ketemu dia, mau ngapain aja terserah, saya akan tunggu, tapi izinkan saya ngantarin kamu.”

Dialog Inggit Arya di depan pintu ini adalah scene yang paling dalam menurut saya. Kalo gak ingat si kembar bobok di samping saya, mungkin saya udah nangis sesegukan kali ya. Hehehe.

Alhasil Arya mengantarkan Inggit ke Puskesmas Jayagiri di Lembang, Bandung. Lokasi sangat terpencil dan hari sudah malam mengharuskan Inggit dan Arya menginap di hotel terdekat, kemudian melanjutkan perjalanan besok pagi.

Di kamar hotel ini lah terjadi percakapan serius di antara keduanya. Di sini juga terungkap mengapa Arya mau begitu saja ketika dijodohkan dengan Inggit.

Arya rupanya telah mengenal Inggit sejak kecil, tepatnya ketika Arya menghadiri pesta ulang tahun Inggit ke-7. Arya waktu itu baru setahun kehilangan ibunya dan mendapati bapaknya menikah lagi.

Arya kecil yang kehilangan senyum dan semangat bertemu Inggit di titik terendahnya. Untuk pertama kalinya Arya bisa senyum lagi dan menemukan kebahagiaannya.

“Kemudian kamu jadi mahasiswi saya. Saya gak akan membuang kesempatan itu, apapun risikonya. Saya jatuh cinta sama kamu sejak itu, sejak ketemu kamu lagi di kampus. Tapi sekali lagi, kebahagiaan kamu di atas segalanya.”

Aduh merinding abisss. Ini salah satu scene yang saya suka.

Udah ketebak lah yaaa endingnya. Inggit berhasil bertemu Tristan. Mereka bicara dari hati ke hati.

Suka banget dialog antara Tristan dan Inggit dengan latar belakang perbukitan khas Lembang, Bandung. Omongan mereka berdua mengalir begitu aja. Serasa bukan lagi nonton drama, tapi emang lihat dua sepasang kekasih yang hubungannya tengah di ujung tanduk, tapi mereka udah sama-sama ikhlas aja gitu.

Akting Kevin emang keren. Saya pertama kali nonton aktingnya di film Bebas. Film bertema 90-an gitu deh, ala AADC juga. Bagus deh, recommended movie buat ditonton.

“Aku mikir berulang-ulang. Aku mikir tentang aku harus ngomong apa ya? Apa ya kata yang harus keluar dari mulut aku ketika aku lihat kamu lagi? Bermacam-macam kata, kalimat yang bervariasi, tentang rasa penyesalan, sedih, dan rindu. Dan…”

“Dan apa?”

“Dan yang muncul cuma satu kata Nggit. Maaf. Maaf karena aku gak ada di sisi kamu ketika kamu paling butuh aku.”

“Gak usah minta maaf sama aku.”

“Ya atau aku harus minta maaf sama diriku sendiri ya? Karena sikapku, karena perbuatanku, aku jadi kehilangan orang paling berharga dalam hidup aku, yang aku gak tahu bakal ketemu lagi atau gak.”

“Kamu udah yakin kehilangan aku? Sejak kapan?”

“Baru beberapa menit lalu Nggit. Pas aku lihat cara kamu menatap Pak Arya.”

Dududu, emak mulai nangis deh pas ini. Tristan tulus banget. Kevin aktingnya bagus bangettt, natural abiss.

“Belajar dari pengalamanku ya Nggit. Jangan pernah telat bilang cinta.”

Emang dasar ini film komedi romantis yaaa. Dari kita masih mewek sama perpisahan baik-baik Inggit dan Tristan, beberapa menit berikutnya langsung ketawa lagi lihat Inggit ngagetin Arya pas mau starter mobilnya pergi.

“Mas, saya siapa?”

“Ya anak kedua orang tua kamu, jelas.”

“Itu doang?”

“Ya istri saya kalo semisal saya masih boleh bilang itu.”

“Benar?”

“Iya”

“Kok saya gak pernah merasa diperlakukan kayak istri ya. Mas dosen saya, saya masih mahasiswi mas. Gak ada suami istrinya sama sekali gitu.”

“Boleh gak kita jangan ngeributin itu dulu di sini?”

Mulai deh dialognya bikin dagdigdug kayak mesin EKG buat jantung di rumah sakit. Arya masih aja kaku kayak kanebo di depan Inggit.

“Saya merasa bahwa saya hanya ingin mengarahkan kamu, mendidik…”

“Itu dosen apa suami?”

“Ya saya cuma mau kamu lebih baik aja.”

“Oh jadi Mas Arya gak percaya saya bisa menentukan yang terbaik buat saya? Gak percaya kalo saya tuh bisa jadi orang dewasa? Mas gini ya, dari kecil sampai sekarang saya gak pernah dikasih kesempatan jadi orang dewasa. Semua pilihan di hidup saya itu pasti ditentukan sama bapak sama ibu. Setelah nikah pun semua di rumah harus maunya Mas Arya. Kita lagi berantem aja nih mas ya, Mas Arya suruh saya hapalin materi dulu. Apa hubungannya ngapalin materi sama belajar?”

Oke, oke. Iya, salah saya.”

“Bagus, gitu dong ngaku. Minta maaf duluan, jangan saya terus.”

“Maaf”

“Bagus. Saya tadi sudah bicara sama Tristan dan saya sudah memutuskan sesuatu yang berdasarkan pilihan saya. Dan saya memutuskan untuk… mencintai Mas Arya.”

Adududu, udah ketebak akhirnya kayak gimana. Bak adegan sepasang kekasih di drakor-drakor, Arya akhirnya kissing his wife for the first time.

Co cweeeeeet.

My Lecturer My Husband Versi Wattpad, Novel, atau TV Series?

Langsung aja deh, saya lebih suka versi TV seriesnya. Hahaha. Saya sudah pernah baca versi Wattpad-nya Gitlicious, tapi memang belum pernah baca versi novelnya.

Katanya versi novel ceritanya lebih panjang. Ada bagian Inggit dan Arya harus LDM alias Long Distance Marriage lantaran Arya harus lanjutin kuliah S3 ke Belanda.

Versi Wattpad-nya bagus kok. Cuma mungkin karena faktor-U ya, jadinya di usia yang udah kepala tiga, saya udah gak deg-degan lagi baca cerita cinta yang terlalu remaja. Beda cerita kalo saya masih umur 17, 18, atau 20 tahun, mungkin masih senyum-senyum sendiri bacain coretan Gitlicious.

Walau cuma dikemas dalam delapan episode, My Lecturer My Husband versi serial TV ini apik banget. Kayak kita nge-abisin biskuit Oreo Thin sendiri. Ceritanya gak terlalu tebal, gak terlalu tipis juga, langsing alias pas. Kalo kita makan pizza, ya ukurannya medium lah. Hehehe.

Ada perbedaan nama karakter dan beberapa plot cerita versi Wattpad dan versi WeTV Series-nya.

Inggit versi Wattpadd digambarkan sebagai mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat, sedangkan Inggit versi WeTV Series digambarkan sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Karatama Reinha alias Kara yang merupakan kekasih Inggit versi Wattpad juga berkuliah di jurusan yang sama dengan Inggit. Pada versi WeTV Series-nya, Kara bernama Tristan. Dia digambarkan sosok mahasiswa kedokteran yang pintar, penyayang, dan totalitas pada tujuan serta cita-citanya. Sedikit berbeda dengan karakter Kara di Wattpad yang relatif cuek dan suka main game.

Background cerita My Lecturer My Husband adalah kehidupan di Jakarta dan Malang, sedangkan versi WeTV Series-nya mengambil latar Jakarta dan Yogyakarta.

Mirip Film Korea My Little Bride

Ada yang pernah nonton drakor lawas My Litte Bride (2004) gak?

Film komedi romantis yang dibintangi Moon Geun Young sebagai Seo Bo Eun dan Kim Rae Woon sebagai Park Sang Min ini bercerita tentang pernikahan dini karena perjodohan keluarga juga.

Ayah ibu Sang Min dan ayah ibu Bo Eun adalah sahabat dekat, bahkan kakek-kakek mereka juga bersahabat. Mereka berjanji akan menikahkan Sang Min dan Bo Eun ketika dewasa.

Sang Min dan Bo Eun terpaut usia cukup jauh. Bo Eun masih murid SMP berusia 15 tahun dan Sang Min adalah guru seni yang baru mengajar di sekolah Bo Eun.

Jalan cerita My Little Bride dengan My Lecturer My Husband mirip, tapi mengambil latar belakang berbeda. Pokoknya i-drama (drama Indonesia) ala TV series begini gak ngecewain deh. Humornya juga khas Indonesia banget.

Pokoknya saya senang ngikutin My Lecturer My Husband hampir dua bulan terakhir. Buat yang belum sempat nonton, kuy lah berlangganan di WeTV or i-flix. Apalagi ntar ada Imperfect Series juga, dan masih dibintangi Reza Rahadian. Yuhuuu, gak sabar nunggu 27 Januari.

Terima kasih sudah membaca ya teman-teman. Buat yang udah nonton, boleh lah berbagi cerita adegan mana paling kamu sukai dan bagaimana komentarnya soal serial TV ini? Ditunggu di kolom komentar ya.

Share:

3 responses to “Review WeTV Series: My Lecturer My Husband (Part-2)”

  1. […] ke part-2 sekaligus bagian terakhir ya temans. Terima […]

  2. […] Buat yang belum sempat nonton seriesnya, atau pengen kepo jalan ceritanya, boleh intip dulu coretan saya berikut yang dibagi ke dalam part-1 dan part-2. […]

  3. […] Bayangkan, drama ini telah ditonton 897 juta kali di Tencent Video loh. Jumlah penontonnya termasuk yang tertinggi untuk drama-drama Cina yang dirilis 2020. Gak nyesal deh saya nonton drama ini eksklusif di WeTV. […]

Leave a Comment