Before We Get Married bukan serial baru. Episode pertama drama Taiwan atau T-drama ini tayang 2019. So, udah hampir dua tahun lalu ya.
Awalnya saya gak sengaja nge-klik trailernya di WeTV, kemudian kepincut lesung pipitnya Jasper Liu dan hidung bangirnya Puff Kuo. Padahal keduanya artis non-idola di Taiwan. Ya, biasa-biasa aja gitu kesan awalnya.
Saya tiba-tiba flashback ke zaman SMP pas nonton Meteor Garden, F4 versi Taiwan yang leading aktornya Jerry Yan, Vic Zhou, dkk. Saya pikir, asik kali ya kalo saya coba nonton lagi drama Taiwan? Alhasil saya coba lah putar episode pertamanya.
Kesan saya setelah nonton episode-1 Before We Get Married beneran hambar. Alasan saya bertahan dan lanjut ke episode-2 karena feeling aja. Saya tahu tipikal drama Taiwan itu pasti happy ending, tapi episode yang menarik justru ada di tengah-tengah. Mirip kayak kita makan klepon, baru kerasa enak kalo udah nemu gula merahnya di tengah-tengah. Hehehe. Begitulah T-drama di mata saya.
Background cerita T-drama itu unik-unik. Misalnya, kalo mereka bikin drama cinta-cintaan, itu ya gak sekadar cinta-cintaan doang.
Masih ingat serial Love Storm? T-drama ini menceritakan Zao Jia Lae (diperankan Vivian Hsu), seorang putri keluarga kaya jatuh cinta pada pemuda biasa bernama Lu Yin Feng (diperankan Vic Zhou), seorang karyawan di perusahaan Shopping More.
Ada juga serial Mars yang hits banget di kalangan pecinta balap motor era 2000-an. T-drama ini lagi-lagi dibintangi Vic Zhou (Chen Ling) dengan mantan pacarnya, Barbie Hsu (Han Qi Luo). Plot cerita Mars cukup rumit, tapi gak membosankan sama sekali.
Adududu, saya memang penggemar berat Vic Zhou. Hihihi. Dramanya yang lain, seperti Poor Prince dan Silence juga gak kalah ciamik ceritanya. Saya stop sampai di sini ya, kalo gak bisa ngambang kemana-mana ini pembahasannya.
Sinopsis Before We Get Married
Chu Ke Huan (diperankan Jasper Liu) adalah seorang pialang saham profesional di Gaoxin Venture Capital. Dia bertemu Zhou Wei Wei (diperankan Puff Kuo) ketika keduanya bergantian naik taksi yang sama.
Wei Wei secara gak sengaja meninggalkan jurnal pribadi di taksi yang kini ditumpangi Ke Huan. Mau gak mau Ke Huan membukanya untuk menemukan alamat Wei Wei dan mengembalikan buku tersebut pada pemiliknya.
Betapa terkejutnya Ke Huan membaca isi buku tersebut. Di dalamnya tertulis rencana hidup Wei Wei yang sangat sistematis dan terukur.
Wei Wei rela mengefisiensi pengeluarannya seminim mungkin demi mewujudkan impian hidupnya, yaitu tinggal di rumah impian bersama kekasih tercinta, Li Hao Yi (diperankan Steven Sun).
Wei Wei dan Hao Yi sebetulnya teman sekantor. Mereka pacaran backstreet, hanya keluar bersama di akhir pekan lantaran kantornya melarang sesama rekan kerja pacaran.
Ke Huan takjub dengan gaya hidup super minimalis, bahkan cenderung pelit ala Wei Wei. Ini berbanding terbalik dengan gaya hidup Gao Zi Yuan (diperankan Nita Lei), kekasih sekaligus calon istri Ke Huan yang selama 10 tahun terakhir menemaninya.
Zi Yuan anak orang kaya sekaligus sosialita yang suka berfoya-foya dengan kartu kredit Ke Huan. Dia terlalu sering ikut campur dalam kehidupan Ke Huan, termasuk soal kerjaan. Fakta lainnya, Zi Yuan dan Wei Wei ternyata berteman di bangku kuliah.
Rencana hidup Wei Wei terlalu maksa. Ke Huan melihat Wei Wei melakukan itu semua bukan demi dirinya, tapi demi kekasihnya.
Bayangkan, Wei Wei rela mematok biaya makan maksimal 150 TWD atau setara Rp 75 ribu per hari. Padahal dia seorang manager di perusahaan besar dan bekerja di lingkungan ‘mahal.’ Gadis berambut pendek sebahu ini sering melewatkan makan malam demi mengirit pengeluaran.
Wei Wei rela menolak semua ajakan nongkrong di luar bersama teman-temannya. Kalo lagi makan sama teman atau pacar, bayarnya sendiri-sendiri. Baju kerjanya itu itu aja, bahkan pakaian untuk pergi ke pesta, jamuan makan malam, atau acara penting ya itu-itu juga.
Skenario semesta seakan terus mempertemukan Wei Wei dan Ke Huan. Saking seringnya mereka ketemu gak sengaja, Ke Huan diam-diam tertarik dengan Wei Wei. Perasaannya itu didukung rasa cinta yang tak lagi ditemukannya pada Zi Yuan, setelah perempuan itu hamil dan menggugurkan kandungan atau calon anak mereka.
Ketertarikan Ke Huan pada Wei Wei mulanya bukan karena cinta, melainkan lebih ke arah penasaran dan dorongan seksual. Saya sih bilangnya Ke Huan ini rada omes orangnya. Maklum, Wei Wei ini cantik banget.
Untung aja ini drama fiksi ya, jadi dilarang baper. Kalo dalam kehidupan nyata sih, cowok kayak gini pasti udah digampar emak-emak pakai sandal. Wkwkwk
Wei Wei tipikal cewek setia, penurut, dan mau melakukan apa saja demi pacar. Ke Huan memanfaatkan sifat Wei Wei ini untuk mendekatinya.
Contohnya saja pas Hao Yi ngebet banget sama apartemen yang dijual Ke Huan. Wei Wei berusaha keras membantu kekasihnya membeli apartemen itu.
Ke Huan bilang dia akan menjual apartemennya dengan harga super murah, bahkan kebangetan banget murahnya, asalkan Wei Wei mau menghabiskan satu hari penuh bersamanya.
Jadilah Wei Wei dan Ke Huan nge-date sehari. Pertama kalinya Ke Huan melihat Wei Wei keluar dari rumah kostnya dengan penampilan super cantik.
Ke Huan yang menurut saya di otaknya cuma ada obsesi menjadi CEO, gila kerja, dan iseng sama wanita berubah menjadi pria pengejar cinta. Dia seakan gak kenal kata menyerah untuk mendapatkan cinta Wei Wei.
“Mengapa kamu mau menurunkan harga jual rumah itu hingga 8 juta TWD? Bukannya kau bilang rumah tak jadi dijual dan transaksi dibatalkan?” tanya Wei Wei pada Ke Huan setelah kencan sehari mereka selesai.
“Karena aku ingin kau bahagia. Rumahku kujual padamu, bukan pada Hao Yi pacarmu. Kau masih ingat apa yang kukatakan padamu kemarin malam? Aku bilang kau adalah wanita paling serius yang pernah kutemui. Aku serius.”
“Aku tak pernah melihat wanita yang serius mengejar-ngejar struk sebesar 105 TWD. Aku juga tak pernah melihat wanita begitu serius mengejar apel yang jatuh ke danau. Bahkan demi mimpi pacar sendiri. wanita itu sampai rela bermalam denganku, membakar daging dengan serius, dengan serius menyiapkan makan malam yang mungkin berbahaya. Di dalam bahaya masih begitu serius. Kau lah yang pertama. Aku yakin kau juga yang terakhir.”
“Aku tidak tahu apakah masih ada kesempatan atau keberanian bicara sebanyak ini padamu. Tapi kau lah satu-satunya saat ini yang bisa menemukanku. Sayang sekali, betul-betul sangat disayangkan.”
“Aku terlambat bertemu denganmu. Jadi, kuputuskan untuk mendoakanmu dan tidak lagi mengganggu kehidupanmu. Agar kamu dapat terus melanjutkan hidupmu. Karena kamu berhak mendapatkan kebahagiaan yang paling sederhana.”
Kira-kira begitu percakapan keduanya setelah Ke Huan resmi menjual rumah itu atas nama Wei Wei.
Sejak kejadian itu Wei Wei dilema. Dia mulai meragukan hati dan kesetiaannya pada Hao Yi. Ke Huan selalu ada untuknya ketika dibutuhkan. Hao Yi hari demi hari semakin sibuk dengan pekerjaan barunya, dan gak mau tahu kondisi Wei Wei. Dia lebih mementingkan kariernya. Jadwal kencan mereka di akhir pekan pun dibatalkan.
Hao Yi gak menemani Wei Wei saat sakit, malah Ke Huan yang mengantar Wei Wei ke rumah sakit. Hao Yi gak pernah lagi menjemput Wei Wei pulang kerja, malah Ke Huan yang setia menunggunya setiap malam, bahkan memberi tumpangan sampai rumah. Hao Yi mengabaikan Wei Wei yang menyusulnya ke Shanghai, malah Ke Huan yang menjemputnya ke bandara.
Sekuat apapun Wei Wei lari dari Ke Huan, Ke Huan terus mengejarnya. Sikap pantang menyerah Ke Huan ini mengingatkan saya pada Dao Ming Tse di Meteor Garden. Endingnya udah bisa ketebak ya.
Hal yang bikin saya suka drama satu ini adalah penyajian endingnya yang rapi dan logis banget. Wei Wei dan Ke Huan gak langsung berakhir mengucap sumpah setia di gereja, meski mereka berbalut gaun pengantin di episode final (13).
Wei Wei memutuskan ingin bebas tanpa ada komitmen dengan siapapun sementara waktu. Tiga tahun terakhir bersama Hao Yi, Wei Wei merasa tak pernah menjadi dirinya sendiri.
Ke Huan dan Wei Wei sama-sama berjanji, jika kelak mereka bertemu lagi dengan kondisi masing-masing masih sendiri, maka di situlah cinta mereka akan bersemi kembali.
Belajar Investasi Hubungan dari Before We Get Married
Siapapun yang pernah beli mobil – kecuali mobil antik atau mobil sport yang diproduksi terbatas – pasti sejak awal tahu bahwa kendaraan yang kita beli tersebut adalah barang utang, bukan aset. Belinya mahal, tapi kita jarang bisa menghasilkan uang kembali karena mobil yang sudah dibeli pasti nilainya terus terdepresiasi.
Apalagi kalo mobilnya sudah dimodifikasi, nilai jual kembalinya pasti lebih rendah dibanding mobil bekas yang dijual dalam kondisi persis seperti beli pertama.
Banyak orang sekarang ini gak mikir panjang pas beli mobil. Pokoknya bawa kendaraan sendiri, meski pun bayarnya nyicil dan sebagian duitnya dari utang bank atau leasing. Semua demi kepuasan instan dan kebahagiaan jangka pendek.
Ketika tiba-tiba muncul kebutuhan lebih penting dan mendesak, kemudian mobil kesayangan yang kita bahkan belum puas mengendarainya itu harus dijual, baru lah sesal datang. Ternyata keputusan finansial kita pas beli mobil dulu sangat buruk, terlepas dari betapa senangnya kita punya mobil sendiri.
Mungkin gak mudah ya menarik benang merah antara hubungan asmara dengan mobil, selain dari kenyataan bahwa laki-laki sering memperlakukan mobilnya seperti pacar. Hehehe. Namun, setelah saya gak sengaja nonton Before We Get Married di WeTV empat hari terakhir, mungkin saya mau mencoba menghubungkan, khususnya dari kacamata dua pemeran utama.
Sebagian besar kita menghabiskan usia awal 20-an dengan sibuk kerja dan bersenang-senang. Ada yang pacaran, tapi kayaknya jarang memikirkan hubungan jangka panjang lantaran belum siap menikah cepat.
Generasi sekarang sering menghabiskan waktu bersama seseorang tanpa tujuan jangka panjang. Ada pasangan tinggal bersama, satu rumah, satu kamar pula, tapi mereka gak melihat masa depan yang nyata. Mereka pikir hidup bersama tanpa terikat perkawinan sah lebih baik dari pada melajang.
Beginilah hubungan asmara Ke Huan dan Zi Yuan selama 10 tahun bersama. Mereka terjebak dalam hubungan tanpa pondasi kuat.
Ketika Zi Yuan hamil dan Ke Huan menginginkan anak itu, Zi Yuan malah menggugurkan kandungannya. Sejak kejadian itu Ke Huan tak bisa lagi mencintai Zi Yuan dan tak kunjung menikahinya.
Hao Yi pun sama. Dia resign dari kantor dan menyampaikan ke atasan alasan resign karena ingin menikahi Wei Wei yang tak lain adalah rekan kerjanya. Eh, tahunya Hao Yi bohong. Alasan utama dia resign karena mendapat tawaran kerja di perusahaan lebih besar.
Faktanya Hao Yi tak segera menikahi Wei Wei setelah resign. Dia justru menunda pernikahan mereka enam bulan dan pergi ke Shanghai demi pekerjaan.
Wei Wei sempat menyusul Hao Yi ke Shanghai, tapi Hao Yi malah mengabaikannya. Suatu malam Hao Yi membiarkan Wei Wei menunggu di hotel, sementara dia pergi karaoke bersama bos dan teman-teman kantornya.
Padahal kesan pertama saya melihat Hao Yi, dia kayaknya laki-laki manis, penyayang, dan penuh rencana untuk masa depan. Tahunya? Dia tak lebih dari laki-laki yang gampang silau begitu mendapat kedudukan lebih tinggi.
Kalo dikaitkan dengan analogi mobil tadi, bertahan dengan hubungan tanpa kualitas ibarat kita punya mobil bagus tapi bensinnya kosong. Kita bisa aja duduk manis selama mungkin di mobil mahal itu, tapi ya sekadar duduk-duduk aja. Mobilnya gak bisa jalan karena bahan bakarnya gak ada. Jadinya ya kita gak bisa kemana-mana.
Begitu usia menjelang 30 tahun, kita biasanya baru menyadari pentingnya nilai investasi, baik itu investasi finansial atau pun investasi hubungan pribadi. Kita menyadari bahwa aset lebih penting dari pada utang. Aset akan terus meningkat nilainya dari waktu ke waktu dan kita gak akan pernah kehilangannya.
Seperti investasi finansial, jika kita ingin meraih profit, maka kita perlu menyuntikkan dana tambahan ke dalamnya. Bukan cuma sekali, tapi konsisten dari waktu ke waktu. Saat kita melakukan itu, investasi kita lama kelamaan akan meningkat secara jumlah dan nilai. Kita pun akan meraup keuntungan besar, entah itu berupa bunga, return, atau imbas hasil (yield).
Investasi hubungan sometime jauh lebih menguntungkan dibanding kita berinvestasi tabungan, reksa dana, bahkan saham sekali pun. Hubungan asmara yang sehat memberi kita harapan masa depan yang cerah pula. Kita meraih kegembiraan, mencapai kebahagiaan, dan mendapat cinta dari seseorang yang menyayangi kita.
Kita bisa bertanya pada diri sendiri, apakah sekarang ini kita tengah menjalani hubungan asmara yang benar atau tidak? Niatnya beneran mau nikah atau tidak?
Mulailah memikirkan hubungan asmara kita seperti investasi. Hubungan yang gak jelas cuma buang-buang waktu dan kita gak mungkin bisa memutar balik waktu.
Leave a Comment