Banyak anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) menunjukkan perkembangan bahasa dan sosial yang sama sekali berbeda saat masih bayi. Sayang orang tua pada umumnya, termasuk saya luput memperhatikan ciri anak autis ini.
Alasan saya dan orang tua lain yang anaknya didiagnosis ASD mungkin sama. Anak kami menunjukkan perkembangan motorik normal. Mereka tengkurap, duduk, merangkak, dan berjalan tepat waktu.
Kita sering mengabaikan keterlambatan berbicara dan berlindung di balik dugaan speech delay. Padahal, speech delay itu bukan sebuah diagnosa, melainkan gejala penyakit yang perlu dicari penyebabnya.
Anak sudah berumur 1,5-3 tahun belum bisa ngomong kok kita sebagai orang tua santai-santai saja? Padahal sebelum berusia dua tahun anak hendaknya sudah paham dan tahu setidaknya 20 kosakata, meski pelafalannya mungkin belum pas.
Cara Mendeteksi Autis pada Bayi
Autisme adalah gangguan neurobiologis berat. Penyakit ini disebabkan faktor genetik yang diperburuk dengan kondisi lingkungan sekitar.
Tes DNA 80 persen efektif mendiagnosis dini anak autisme. Ada juga tes Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik.
Sayangnya semua tes di atas biayanya sangat mahal. Ngalah-ngalahin harga sepeda motor. Waktu tunggu hasilnya juga lama. Di sisi lain, kebanyakan dokter harus mengandalkan pengamatan orang tua yang mendampingi anaknya setiap hari.
Makanya dokter-dokter sekarang pakai metode standar yang lebih sederhana, tapi tetap akurat sebagai cara mendeteksi autis pada bayi. Salah satunya menggunakan Checklist for Autism in Toddlers (CHAT). Namun, CHAT ini baru bisa digunakan untuk bayi berumur 18 bulan ke atas.
Dokter Rudy Sutadi SpA MARS SPdI, ahli yang pertama kali mengembangkan Metode Smart ABA (Applied Behavior Analysis) dan Smart BIT (Biomedical Intervention Therapy) untuk penyembuhan autisi di Indonesia mengatakan orang tua peka bisa mendeteksi ciri autisme pada anaknya.
Dokter yang sepanjang dua dekade menangani anak-anak spesial ini menyebutkan paling mudah kita bisa mendeteksi tiga ciri anak autis sejak bayi berusia 18 bulan, yaitu:
- Bayi memandang kita dan menunjuk dengan telunjuk saat ingin menunjukkan sesuatu.
- Bayi melihat ke arah kita saat kita menunjukkannya sesuatu.
- Bayi bisa menggunakan imajinasinya untuk bermain pura-pura, misalnya main masak-masakan, main pistol-pistolan, remote AC jadi HP, sapu jadi kuda-kudaan, dan sebagainya.
Hasilnya bagaimana?
- Jika anak menunjukkan ketiga ciri, kemungkinan besar anak autisme.
- Jika anak menunjukkan dua dari tiga ciri, kemungkinan anak autisme.
- Jika anak menunjukkan satu dari tiga ciri, masih mungkin anak autisme.
- Jika anak mampu atau bisa melakukan ketiga hal tersebut, kemungkinan besar anak tidak autisme.
Ciri-Ciri Bayi Autis
Suami saya sudah curiga putera kami autisme sejak Rashif berumur satu tahun. Hanya saja saya sebagai ibu masih menolak (denial) dugaan tersebut dan menganggap itu hanya kekhawatiran berlebih suami saya lantaran anak kami belum juga bisa ngomong.
Sekarang setelah Rashif berumur 21 bulan dan ketika saya flash back, saya baru ngeh ada banyak sekali ciri autisme pada Rashif. Ciri-ciri tersebut bahkan sudah terlihat sejak Rashif berumur delapan bulan. Saya tidak peka dan tidak menyadarinya kala itu.
Suatu hari saya iseng membuka postingan Instagram saya yang telah lalu. Saya dapati saya memposting beberapa video ritual Rashif sebelum tidur, yaitu menggoyangkan badannya dalam posisi setengah tengkurap dengan gerakan maju mundur. Belakangan saya tahu itu adalah stimming, gerakan berulang yang merupakan ciri anak autis.
Perilaku stimming Rashif semakin bertambah seiring bertambahnya usia. Dia senang memutar badan, memutar roda sepeda, roda mobil-mobilan, roda stroller. Dia senang melihat benda-benda berputar, seperti kipas angin, baling-baling, mesin cuci.
Tangannya aktif sekali mengepak-ngepakkan benda panjang, seperti pulpen, balok silinder, tangkai mainan golf, dan sebagainya. Itu semua juga gerakan stimming dari anak autis (autisi).
Saya memanggil Rashif dengan Samson. Alasannya bayi saya setiap terjatuh, kepentok, atau kepalanya terbentur tidak pernah menangis.
Dulu saya malah bangga bayi saya begitu. Saya pikir Rashif sangat kuat. Ternyata anak saya sama sekali tidak bisa merasakan sakit (hiposensitif) karena dalam pengaruh opiate, seperti halnya pecandu narkoba mengonsumsi morfin sebagai pain killer atau senyawa antisakit.
Itu semua karena makanan dan minuman ‘haram’ yang masuk ke dalam tubuhnya. Yups, anak saya salah makan dan itu membuatnya menunjukkan perilaku tak biasa. Setelah Rashif didietkan dengan benar, diet komprehensif, barulah perilaku-perilaku aneh itu alhamdulillah semakin berkurang.
Dulu saya memanggil Rashif Mr. Cool. Senyumnya mahal banget. Wajahnya datar, tanpa ekspresi. Dia jarang menatap saya, bahkan tak menoleh ketika dipanggil namanya.
Hanya Rashif yang tahu kapan dia mau tersenyum. Kadang, saya sudah bercanda dan bergurau sangat lucu, dia tetap gak ketawa. Namun, dia bisa cekikikan karena hal-hal yang menurut saya gak lucu sama sekali.
Dulu saya merasa anak saya ganteng banget begitu. Padahal, perilaku jarang tersenyum dan kontak mata tidak fokus itu merupakan gejala autisme.
Berdasarkan pengalaman saya mengamati Rashif, kita bisa mengetahui ciri-ciri bayi autis yang muncul pada rentang usia 6 bulan hingga 1 tahun.
Sebelumnya saya mau disclaimer dulu nih. Pemaparan berikut ini berdasarkan pengalaman saya pribadi.
Dari sekian banyak ciri yang akan saya sampaikan, mungkin tidak semuanya muncul pada anak lain. Ciri berikut hanya bisa kita gunakan sebagai pertimbangan.
Segera kunjungi dokter sekiranya kita menemukan beberapa ciri berikut pada anak. Hanya dokter yang berhak mengdiagnosis anak kita autisme atau tidak.
1. Gak senyum atau jarang banget senyum
Bayi biasanya refleks membalas senyum ketika kita tersenyum padanya. Kondisi ini mungkin gak selalu kita jumpai pada bayi usia 0-3 bulan berhubung penglihatannya masih samar, hanya bisa melihat warna hitam dan putih. Namun, bayi pasti mudah tersenyum setelah usianya tiga bulan.
Cara paling gampang, coba kita pandangi bayi kita dengan wajah netral. Selanjutnya kita tersenyum lebar padanya, tahan selama beberapa detik. Ulangi sampai 3-4 kali. Bayi normal pasti membalas senyum kita.
2. Gak ada atau jarang banget ada kontak mata
Bayi secara lahiriah sangat tertarik pada wajah manusia, terutama ayah ibunya atau anggota keluarganya. Jika anak kita jarang melihat kita. Matanya jelalatan kemana-mana, gak fokus, gak mau lihat muka kita, artinya ada yang salah padanya.
3. Gak menoleh ketika dipanggil namanya
Bayi setelah berumur 9 bulan biasanya merespons ketika namanya dipanggil. Anak saya sama sekali tidak menoleh, malah melengos ketika namanya dipanggil. Pernah saya panggil namanya sampai 20 kali dari jarak 1-2 meter, Rashif tetap cuek bebek.
4. Seperti antisosial
Bayi autis itu seperti punya dunia sendiri. Ketika dia berada di lingkungan ramai, misalnya sedang bersama anak-anak lain, dia seperti menarik diri. Kalau pun dia ada di tempat sama, dia gak mau main bersama.
Permainan yang dia suka aneh-aneh. Sukanya lihatin kipas angin, lihatin roda mobil-mobilan, lihatin mainan yang berputar di atas box bayinya, mainin pulpen, kalo ‘dadah dadah’ tangannya terbalik.
5. Melakukan gerakan berulang (repetitif)
Bayi autis betah lama-lama memainkan hal yang dia suka. Rashif dulu betah muterin ban sepeda di teras sampai setengah jam lebih.
Dia bisa mainin pulpen, menjentik-jentikkan pensil, atau bermain dengan jari-jari tangannya (stimming) sampai lebih 10 menit. Badan Rashif sering bergoyang kiri kanan atau depan belakang, seperti orang sedang berzikir.
Rashif tidak memainkan mainan sesuai fungsinya. Mobil-mobilan bukannya dijalankan, tapi malah dibalikin rodanya ke atas, trus diputar-putar kayak gasing.
Buku-buku cerita bukannya dibolak-balik dan pura-pura dibaca, malah ditumpuk tinggi-tinggi. Mobil-mobilan, balok-balok kotak, blok lego disusun vertikal sampai tinggi banget, kalo perlu luruuuuus sampai setinggi pohon kelapa.
6. Melukai diri sendiri (self injury)
Saya belakangan baru tahu kebiasaan Rashif pas bayi yang terindikasi self injury. Rashif sering sekali bersandar ke dinding atau ke pintu, kemudian dia sengaja membentur-benturkan punggungnya ke dinding kursi.
Rashif juga sering membentur-benturkan belakang kepalanya (head banging) ke dinding rumah dan itu diulangi terus. Perilaku self injury lain yang ditunjukkan anak autis, seperti menggigiti tangan, menggigiti jari, menggigiti kuku, membenturkan kepala atau jidat berulang kali, menarik-narik rambut.
Ada pula bayi autis yang perilakunya membuat tidak nyaman orang sekitar, seperti menjambak rambut orang, memasukkan telunjuknya ke lubang hidung atau lubang telinga orang lain, juga menggigit. Nah, Rashif sering melakukan dua hal terakhir.
7. Sulit tidur nyenyak
Bayi autis itu susah tidur, sering banget bangun malam hari. Rashif mulai mengalami masalah tidur sejak 1,5 tahun. Setiap 3 jam malam hari dia terbangun, menangis, berteriak, kadang tertawa sendiri, lalu teriak lagi.
Rashif pernah dua minggu berturut-turut setiap harinya begini, sampai kami memantapkan diri memeriksakannya ke dokter. Benar saja, akhirnya Rashif didiagnosis autis.
8. Susah BAB dan kotoran bau khas
Anak autis itu susah buang air besar. Mereka bisa tidak BAB sampai seminggu. Dibanding Rashif, Rangin jauh lebih teratur BAB setiap hari. Padahal mereka berdua makan makanan yang sama, kan saudara kembar.
Bau kotoran bayi autis itu khas banget. Pokoknya aromanya gak kayak kotoran bayi biasa. Bau banget, seperti sampah dipanggang.
Rupanya ini karena makanan-makanan terlarang yang masuk ke tubuhnya. Seperti diketahui, anak autisi itu harus makan low phenol, gak boleh minum susu, diet terigu, diet jagung, diet kedelai, diet makanan laut, banyak lagi.
Alhamdulillah ketika dietnya dibenerin, sudah dua bulan berjalan, Rashif teratur banget BAB dan aroma fesesnya pun tidak semenyengat dahulu.
9. Panca indera bermasalah
Sebagian anak autisi bermasalah pada satu atau beberapa pancaindera. Ini membuat mereka ada yang hipersensitif dan ada yang hiposensitif.
Autisi yang hipersensitif bisa jadi tidak suka disentuh orang lain. Mereka menghindari segala bentuk kontak tubuh. Jadi, kesannya suka jijik dan risih kalo dipegang-pegang sama orang.
Ada juga autisi yang hiposensitif, sehingga bisa kebal terhadap rasa sakit. Nah, Rashif masuk dalam golongan ini.
Anak autis itu ada yang aktif, ada pula yang pasif. Kalo dia aktif, dia gak bisa diam. Suka loncat-loncatan ke sana kemari, berguling, tertawa sampai terkekeh tanpa sebab jelas, lari-larian, jalan jinjit kayak penari balet, mengepak-ngepakkan tangan (hand flapping), manjatin teralis atau apa saja bidang yang bisa dipanjat.
Kalo dia pasif, ya bayinya tenaaaang saja. Sekilas terkesan bayi anteng, padahal itu gejala autis. Bayi jadi gak merespons, seperti tuli tapi tidak tuli. Jadi, mau tukang nasi goreng lewat, mau truk lewat, mau petasan meledak, dan berbagai suara berisik lainnya, dia anteng aja.
10. Mengalami regresi (kemunduran)
Coba amati bayi kita selama 3-6 bulan ke depan sejak menunjukkan gejala-gejala autisme di atas. Kalo sekiranya gejala tersebut tetap bertahan dalam hitungan bulan, tidak ada perubahan berarti, tidak bisa hilang, segera konsultasikan ke dokter anak yang benar-benar mengerti soal autisme.
Orang tua umumnya mulai tersadar ada yang beda dari anaknya ketika anak memasuki usia 2 tahun atau lebih. Ini karena si anak mengalami kemunduran (regresi) kemampuan.
Anak yang tadinya mulai mengoceh, seperti mau berbicara, tiba-tiba menjadi pendiam. Ada yang kosakatanya gak nambah-nambah, masih mengoceh, menceracau, berkata-kata tidak jelas.
Anak yang tadinya nyenyak dan teratur tidurnya, kini seperti kalong yang suka bangun terus malam hari. Anak mudah tantrum, semakin cuek sama lingkungan sekitar.
Regresi pada autisi disebabkan jamur candida albicans, masalah enzim, dan kebocoran usus. Istilahnya adalah leaky gut syndrome.
Leaky gut syndrome terjadi karena disbiosis atau pertumbuhan jamur berlebih pada usus anak autisi. Jamur-jamur ini merusak dinding usus anak. Bahan-bahan yang seharusnya tidak terserap usus menjadi terserap.
Masalah enzim dipicu diet makanan yang tidak benar. Protein susu (kasein) dan protein terigu (gluten) tidak bisa dicerna sempurna oleh tubuh anak autisi. Ini alasannya kenapa anak autis gak boleh minum susu, gak boleh makanan berbahan dasar terigu, gak boleh makan segala bentuk gula, sebab itu semua akan menjadi pupuk yang menyuburkan jamur-jamur tadi.
Protein-protein pada susu dan terigu membentuk ikatan peptida besar yang karena ususnya bermasalah malah menjadi terserap, masuk ke aliran darah, lanjut ke otak.
Di otak kita ada reseptor morfin di mana peptida-peptida susu dan terigu tadi masuk ke dalamnya. Inilah yang membuat anak autisi menunjukkan gejala morfinis, seperti orang sakau. Mereka kebal rasa sakit, suka ketawa sendiri gak jelas, tiba-tiba menangis tanpa sebab, atau teriak-teriak.
Regresi ini jika terus dibiarkan akan semakin memburuk hingga anak dewasa. Jangan harap anak kita bisa mandiri jika tidak segera diperbaiki.
Mau sampai kapan kita bisa mengatasi perilaku anak autisi kita? Semakin hari usianya semakin bertambah. Semakin hari tenaganya semakin besar. Semakin hari mereka semakin menantang.
Maka dari itu, dietkan anak autisi kita dengan benar. Pahami bahwa hanya Metode ABA dan BIT saja yang secara ilmiah terbukti bisa menyembuhkan autisi tanpa bekas. Terima kasih sudah membaca. Semoga informasi ini bisa membantu bagi yang membutuhkan.
Leave a Comment