Ilustrasi pertama yang dibuat seorang Leonardo da Vinci adalah tengkorak. Ilmuwan sekaligus seniman yang terkenal dengan lukisannya berjudul Monalisa itu pernah membedah sekitar 30 jasad manusia untuk studi anatomi dan menggambar ilustrasinya.
Para filsuf seperti Plato dan Aristoteles dulunya juga penasaran dengan sususan tulang belulang dalam tubuh manusia ini. Hanya saja keduanya tidak berani membuat model realistis, sebagaimana yang dilakukan da Vinci.
Pada masa itu gambar-gambar, seperti tengkorak dan tulang belulang dianggap ilegal. Autopsi atau pembedahan disebut perbuatan melanggar hukum. Inilah mengapa sketsa book berisi ilustrasi anatomi tubuh manusia goresan da Vinci baru bisa dipublikasikan 250 tahun setelah kematiannya, hingga populer 1965.
Da Vinci membuat banyak sketsa atau ilustrasi untuk merekam ide, ingatan, dan hasil pengamatannya tentang dunia sekitar. Ia salah satu seniman yang kemana-mana selalu membawa sketsa book karena tak ingin kehilangan momen saat matanya menangkap obyek atau kejadian menarik.
Pendekatan da Vinci ini mengilhami banyak pelukis, ilustrator, dan mereka yang hobi menggambar selalu membawa buku sketsa kemana-mana. Mba Ayu Sulistyowati salah satu contoh ilustrator asal Bali yang saya kenal tak pernah meninggalkan peralatan perangnya itu kemana pun pergi.
Mba Ayu adalah mantan wartawan senior Kompas yang ilustrasi-ilustrasinya sangat populer di kalangan awak media Bali. Goresannya menghiasi berbagai sampul buku, seperti Perempuan dalam Bingkai karya Grace Jeanie dan BNPB: Gunung Agung.
Saya masih ingat betul sejak pertengahan 2019 Gunung Agung erupsi hingga akhir tahun, Mba Ayu cukup intensif berkunjung ke pos pemantauan Gunung Agung di Karangasem. Ibu tiga putera ini mencoba bersahabat dengan letusan Tolangkir. Jari jemarinya tetap setia mengilustrasikan setiap momen penting gunung suci umat Hindu Bali tersebut.
Sketsa-sketsa Mba Ayu ini membuat Pak Willem Rampangilei yang menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) waktu itu tertarik. Buku Gunung Agung pun lahir bersama ilustrasi-ilustrasi Mba Ayu setahun kemudian.
Jenis-Jenis Menggambar Ilustrasi
Secara garis besar ilustrasi dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu ilustrasi tradisional dan modern. Ilustrasi tradisional mengacu pada karya seni yang digambar tangan, sedangkan ilustrasi modern mengacu pada penggunaan perangkat lunak, seperti photoshop dan adobe illustrator.
Mba Ayu termasuk ilustrator tradisional yang menggambar dengan tangan. Beberapa jenis ilustrasi tradisional yang bisa kita jumpai, antara lain woodcutting, ilustrasi pensil, ilustrasi arang, ilustrasi litografi, ilustrasi cat air, ilustrasi akrilik, dan ilustrasi pena tinta. Ada lagi yang baru nih, ilustrasi kopi yang disebut juga dengan istilah arfe.
Ilustrasi modern ada yang menggunakan digital freehand, dan ada pula yang menggunakan vektor. Salah satu ilustrator favorit saya yang menggambar dengan digital freehand adalah Fiersa Besari. Dia menggunakan stylus dan tablet pen.
Saya suka banget tuh lihatin IG Live Mas Fiersa kalo dia lagi menggambar ilustrasi untuk mengisi waktu selama pandemi ini. Asik banget nontonnya.
Manfaat Menggambar Ilustrasi
Menggambar ilustrasi melatih keselarasan tangan, mata, dan otak. Pada tingkat lanjut, membuat ilustrasi bisa menghilangkan stress, meningkatkan kreativitas, mempertajam daya ingat, bahkan media untuk terapi seni.
Jika kita tak tahu harus mulai dari mana, cobalah menggambar ilustrasi bebas dan sederhana di atas kertas. Awali dengan menggoreskan pensil di tengah-tengah kertas baru yang masih kosong. Buatlah garis-garis longgar tak putus yang pada akhirnya memenuhi seluruh halaman
Cara lainnya adalah kita bisa menggambar titik-titik mulai dari bagian tengah kertas, kemudian menyebar ke seluruh sisi kertas. Begitu ratusan titik terbentuk, hubungkan dengan garis sampai menyerupai bentuk tertentu. Imajinasi yang sederhana, bukan?
Berikut sederet manfaat menggambar ilustrasi dalam kehidupan sehari-hari.
1. Meningkatkan kreativitas
Penelitian The National Center for Biotechnology Information (NCBI) Amerika Serikat menjelaskan bahwa menggambar ilustrasi mendorong seseorang berpikir dengan cara berbeda dan lebih kreatif. Ilustrasi mengembangkan kepribadian seseorang dan keterampilan memecahkan masalah.
Manfaat ini memunculkan keterampilan berpikir kritis dan membuat kita bisa melahirkan ide-ide baru.
2. Memperkuat fokus
Menggambar ilustrasi meningkatkan fungsi kognitif. Membuat sketsa merangsang pelepasan hormon bahagia (endorfin), sekaligus membangun koneksi lebih luas di otak.
Saat menggambar, kedua sisi otak kita sama-sama bekerja. Otak kanan untuk kreativitas, sementara otak kiri untuk berpikir logis. Ini membantu memperkuat fokus dan konsentrasi.
3. Relaksasi dan menghilangkan stres
Ilustrasi sama dengan bentuk seni lainnya yang membantu relaksasi dan menghilangkan stres di kepala. Otak kiri seakan ‘dipaksa’ memerhatikan detail obyek atau suasana yang ingin digambarkan.
Ativitas ini membebaskan otak kita kita dari pikiran-pikiran lain yang membuat tegang. Misalnya nih, dari yang tadinya kita sibuk mikirin badan gendut, kapan kurusnya? Akhirnya fokus kita bisa dialihkan untuk hal-hal lebih bermanfaat, seperti menggambar ilustrasi. Hasil akhirnya kita bisa lebih santai menjalani hari.
4. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi
Ilustrasi adalah bahasa visual, terdiri dari simbol, notasi, garis, dan representasi figural. Tanpa kata-kata, seorang ilustrator harus menemukan cara berkomunikasi lewat gambar-gambarnya.
Ini memberi kemampuan ilustrator memahami perasaan dan emosi, tanpa harus bertumpu pada teks atau abjad. Mba Ayu bilang, zaman sekarang orang semakin malas membaca buku. Semua sibuk bermain ponsel, bahkan membaca pun sudah menggunakan e-book. Nah, salah satu cara agar pembaca betah membaca buku adalah menghadirkan ilustrasi-ilustrasi untuk mempercantik cerita.
5. Memperkuat koordinasi
Semakin sering kita menggambar, semakin terlatih koordinasi mata, tangan, dan otak kita. Keterampilan motorik halus berkembang dengan baik.
Penulis buku The New Side of Drawing on the Right Side of the Brain, Jeremy P Tarcher mengatakan ketika ilustrator mulai menggambar sketsa, otak kirinya perlahan menolak mengambil alih pemikiran spasial yang terlalu matematis.
Otak kanan mengambil alih dan pada gilirannya membuat ilustrator lebih percaya pada gerakan tangan mereka, alih-alih mengandalkan pola dan aturan menggambar yang teoritis.
6. Menghibur diri dan meningkatkan suasana hati
Mba Ayu secara pribadi mengakui ilustrasi sepanjang pandemi Covid-19 ini sebagai sarana menghibur diri. Jika dia bisa jenuh karena sudah tiga bulan #dirumahaja, demikian juga orang lain.
Ini pula yang membuat Mba Ayu tergerak menggambar ilustrasi kartun tentang kehidupan terkini kita di tengah pandemi. Setiap pekan Mba Ayu mengirimkan gambar-gambar ilustrasi lucu kepada teman-temannya melalui whatsapp, termasuk saya. Alhasil saya sangat terhibur dengan komik ilustrasi ala Mba Ayu.
Sumber inspirasi Mba Ayu bisa dari teman, anak, suami, bahkan cuitan netizen di media sosial. Ketimbang membuat ilustrasi tangan yang menceritakan sisi mengerikan dari Covid-19, Mba Ayu memilih menggambar ilustrasi kartun lucu yang menghibur, tapi tetap dalam konteks sama. Ada versi maskernya juga. Keren deh.
Oya, ilustrasi-ilustrasi Mba Ayu selama tiga bulan #dirumahaja ini gak lama lagi akan dibukukan loh. Salut banget sama beliau yang masih bisa berkarya di situasi seperti sekarang ini. Benar kata orang, diam di rumah itu bagus. Namun, diam di rumah sambil berkarya jauh lebih bagus.
Kita tak harus menggambar ilustrasi dengan tingkat akurasi selevel da Vinci. Ilustrasi pada dasarnya bisa dibuat siapa saja selama kita memiliki ide dan kemauan.
Ilustrasi membuat pikiran kita mengembara kemana suka. Kita bebas bermimpi apa saja, bahkan sementara waktu melupakan situasi pandemi ini dengan membayangkan hidup pasti lebih bahagia ke depannya.
Leave a Comment