Ibadah puasa saat Ramadhan memiliki banyak keistimewaan. Sayang mayoritas Muslim di seluruh dunia harus melakukan beberapa penyesuaian di tengah pandemi COVID-19, tak terkecuali keluarga-keluarga di Indonesia. Tahun ini juga Ramadhan pertama bersama buah hati kami di Surabaya setelah enam tahun sebelumnya kami menetap di Denpasar.
Saya insya Allah berniat puasa tahun ini, meski dalam kondisi menyusui si kembar yang berusia 15 bulan. Tahun lalu saya absen karena mereka masih 3 bulan. Bagi ibu-ibu yang tahun ini berniat shaum sambil menyusui buah hati, bisa diintip tips oke punya dari Mba Ida Raihan.
Tahun ini kita berpuasa dengan kondisi anak-anak bersekolah dari rumah (school from home). Demikian juga ayah ibunya yang mungkin pegawai kantoran sementara harus bekerja dari rumah (work from home). Praktik ini sudah diterapkan secara universal di berbagai negara.
Jarak sosial atau social distancing menjadi norma baru di masyarakat. Hanya ada beberapa tempat umum masih boleh dikunjungi, di antaranya mini market, super market, pasar tradisional, apotek, dan rumah sakit.
Jalan raya yang biasa tak pernah lengang kini kosong melompong. Cuma abang ojol berjaket ijo royo-royo yang masih terlihat mengantar pesanan makanan. Sesekali tukang sayur, tukang roti, tukang bakso, dan pekerja harian lain masih berusaha mencari nafkah.
Pemerintah pusat dan daerah mendesak warga tinggal di rumah. Jakarta bahkan sudah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang kalo di-Inggris-kan sebetulnya ya artinya lock down.
Saya maklum pemerintah kita memilih menggunakan istilah panjang ini. Selain katanya untuk melestarikan bahasa indonesia, masyarakat kita sebetulnya belum siap untuk lock down. Netizen yang maha benar itu kebanyakan cuma ikutan ngomong lokdan lokdon, tapi gak ngerti implikasinya seperti apa.
Masyarakat di negara maju seperti Italia saja masih keras kepala, meski pemerintahnya sudah memberikan sanksi penjara dan denda. Apalagi Indonesia? Mikir, kata Cak Lontong. Semua harus dilakukan dengan smooth, senatural mungkin, supaya masyarakat kita gak panik.
Kebayang jika apa yang terjadi di India atau Afrika Selatan berlaku di Indonesia. Masyarakatnya gak siap lock down. Alhasil, mereka panik.
Toko-toko dijarah. Arus manusia di tempat umum justru memadat karena orang-orang panic buying demi mencukupi kebutuhan logistik di rumah selama tiga pekan. Tembakan gas air mata dan peluru karet menjadi pemandangan sehari-hari.
Duh, serem banget pokoknya. Intinya lockdown mendadak itu gak semudah kita ngomong dan kentut, Ferguso.
Oke, sebelum emak anak tiga ini merepet panjang, kita lanjut saja ke informasi yang lebih bermanfaat ya. Semoga masih setia membaca tulisan saya sampai di sini.
Surat Edaran Kementerian Agama
Kementerian Agama telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 6/ 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriyah di Tengah Pandemi Covid19. Ini menjadi panduan kita dalam beribadah yang sejalan dengan syariat Islam.
Ada 15 poin yang perlu menjadi perhatian kita selama menjalankan ibadah puasa di tengah kondisi saat ini, yaitu:
- Umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan baik berdasarkan ketentuan fikih ibadah.
- Sahur dan buka puasa dilakukan oleh individu keluarga inti, tidak perlu sahur on the road atau buka puasa bersama (ifthar jama’i)
- Shalat tarawih dilakukan secara individual atau berjamaah bersama keluarga inti di rumah.
- Tilawah/ tadarus Alquran dilakukan di rumah masing-masing berdasarkan perintah Rasulullah SAW untuk menyinari rumah dengan tilawah Alquran.
- Buka puasa bersama, baik yang dilaksanakan di lembaga pemerintahan, lembaga swasta, masjid maupun musala, ditiadakan.
- Peringatan Nuzulul Quran dalam bentuk tablig dengan menghadirkan penceramah dan massa dalam jumlah besar, baik di lembaga pemerintahan, swasta, masjid maupun musala ditiadakan.
- Tidak melakukan iktikaf pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan di masjid atau musala.
- Pelaksanaan Shalat Idul Fitri yang lazimnya dilaksanakan secara berjamaah, baik di masjid atau di lapangan ditiadakan. Untuk itu diharapkan terbitnya Fatwa MUI menjelang waktunya.
- Masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan shalat tarawih keliling, takbiran keliling (kegiatan takbiran cukup dilakukan di masjid/ musala dengan pengeras suara), dan pesantren kiat (kecuali media elektronik).
- Silaturahim atau halal bihalal yang lazim dilaksanakan ketika Hari Raya Idul Fitri bisa dilakukan melalui media sosial dan video call/ conference.
- Ada juga imbauan penyaluran zakat fitrah dan atau zakat, infak, dan shadaqah (ZIS). Intinya adalah organisasi pengelola zakat, unit pengumpul zakat dan panitia pengumpul zakat menghindari penyaluran zakat fitrah kepada mustahik melalui tukar kupon dan mengumpulkan penerima zakat. Zakat diberikan langsung. Petugas harus berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan menggunakan alat pelindung kesehatan, seperti masker, sarung tangan dan alat pembersih sekali pakai (tissue) saat menyalurkan zakat.
- Dalam menjalankan ibadah Ramadan dan Syawal, seyogyanya masing-masing pihak turut mendorong, menciptakan, dan menjaga kondusivitas kehidupan keberagamaan dengan tetap mengedepankan ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah.
- Senantiasa memperhatikan instruksi pemerintah pusat dan daerah setempat terkait pencegahan dan penanganan Covid-19.
Amalan Ramadhan Saat #dirumahaja
Ngomongin soal ibadah puasa di tengah pandemi corona seperti sekarang ini, kita gak perlu khawatir, apalagi merasa amalan Ramadhan kita gak maksimal karena harus #dirumahaja.
Manusia adalah makhluk yang diistimewakan Allah SWT. Saya teringat tulisan Kang Erick Yusuf yang kebetulan banyak mengisi kanal Khazanah di Republika, media tempat saya bekerja dulu. Kang Erick bilang, tidak ada sesuatu yang tidak bernilai ibadah dalam Islam selama semua dilakukan atas dasar mencari ridha Allah.
Hal sederhana, seperti senyum kepada orang lain, bahkan memerhatikan adab masuk kamar mandi saja bisa dinilai ibadah. Emak-emak di rumah nih, setiap hari masakin suami, bersihin rumah, momong anak, itu semua ibadah loh. Apalagi kalo kita selalu mengawalinya dengan doa dan bismillah. Masya Allah banget ya.
Nah, apa saja amalan Ramadhan tempat kita menimba pahala yang bisa kita lakukan saat puasa #dirumahaja?
1. Shalat lima waktu tepat waktu
Siapa di sini yang shalatnya masih sering sopet alias solat mepet? Subuhnya jam 6, dzuhurnya jam 2 siang, asharnya jam 5.30 sore, isyanya tengah malam kalo kebangun, malah seringnya kelewat karena keenakan tidur dan tahu-tahu udah subuh. Nah, momen puasa bisa kita gunakan untuk mendisiplinkan waktu shalat di rumah.
Ketika kita mendahulukan waktu untuk Allah, maka Allah akan mengatur jadwal hidup kita sebaik-baiknya. Gak ada lagi tuh uring-uringan karena kerjaan kantor menumpuk, merasa dikejar deadline setiap hari, atau stres karena selalu saja terlambat. Coba cek lagi waktu shalatnya, sudah on time kah?
2. Shalat tarawih berjamaah bersama keluarga
Ramadhan tahun ini tampaknya kita akan melaksanakan ibadah tarawih dan witir di rumah masing-masing. Masjid-masjid di Surabaya sebagian besar ditutup sementara. Suami saya bahkan sudah tiga minggu tidak shalat jumat.
Masjid-masjid di luar negeri, seperti Kuwait bahkan sudah mengganti lafaz hayya ‘ala al-salah (mari kita tunaikan salat) di dalam azan dengan lafaz shallu fi buyutikum (shalatlah kalian semua di rumah masing-masing). Penggantian lafal ini merujuk pada peristiwa di era Nabi Muhammad SAW. Ketika terjadi hujan deras dan angin kencang, kaum beriman diminta untuk tinggal dan shalat di dalam rumah masing-masing.
Suami istri yang jarang shalat berjamaah bisa mulai kompakan shalat bareng selama bulan suci ini. Suami mengimami istri dan anak. Bagi yang sudah punya anak laki-laki hafiz quran, mungkin baru pulang dari pesantren, bisa bergantian mengimami shalat ayah dan ibunya. Duh, kebayang kalo ntar si kembar udah besar, kami diimami mereka. Masya Allah.
3. Tadarus online
Tadarus adalah amalan Ramadhan penuh barokah. Sunnah praktiknya adalah orang-orang duduk dalam satu halaqah dan membaca Alquran bersama. Ada yang membaca, kemudian ada yang mendengarkan dan membenarkan bacaan yang salah.
Setiap orang di bulan suci ini memiliki target mengkhatamkan Alquran. Jadi, jangan heran banyak kelompok-kelompok tadarus bermunculan di berbagai masjid dan musala.
Kondisi saat ini membuat kelompok-kelompok tadarus tersebut perlu melakukan penyesuaian karena tak memungkinkan berkumpul bersama yang biasanya digelar setelah tarawih. Ide tadarus online muncul, salah satunya dari Kelompok Pengajian Jami’yah Darussalam di kompleks rumah saya.
Kebetulan saya bergabung di whatsapp group ERTELIMA (dibaca: RT 5) yang isinya ibu-ibu kompleks yang umumnya sudah pada sepuh. Kami dengan sukarela mendaftar dan bacaan juz ditentukan langsung berdasarkan nomor urut.
Alhamdulillah ibu-ibunya semangat banget, bahkan ada yang harus menunggu bergabung di kesempatan berikutnya karena Alquran kan cuma ada 30 juz. Saya alhamdulillah kebagian juz 28. Peserta yang sudah selesai membaca selanjutnya memberikan tanda centang (selesai) di grup.
Ide tadarus online ini memberikan ruang gerak bebas bagi ibu-ibu peserta, sehingga tidak harus merasa malu, mungkin karena bacaannya kurang lancar atau lainnya. Urusan tajwid dan tetek bengeknya sementara di tengah kondisi begini biarlah Allah SWT yang menilai.
Tadarus online ini baru dimulai ibu-ibu saja. Ke depannya kami berharap bapak-bapak alias suami kami pun mengikutinya. Meski kita #dirumahaja, kita tetap bisa beradaptasi untuk meningkatkan amalan Ramadhan.
4. Zakat dan sedekah online
Bayar zakat sekarang bisa dilakukan semudah kita tersenyum. Jika kita tak mungkin menyalurkan zakat atau bersedekah kepada yang membutuhkan dengan bertemu langsung, maka percayakan kepada lembaga amil zakat.
Ada banyak lembaga yang menerima zakat dan sedekah secara online lewat transfer rekening, misalnya Dompet Dhuafa. Ada juga yang berbasis aplikasi, seperti DANA, Tokopedia Zakat, Kitabisa, dan Amalin.
Cara ini menurut saya lebih praktis karena penerimanya lebih tepat sasaran. Orang yang berhak menerima zakat, mulai dari fakir, miskin, amil, riqab, gharim, mualaf, fisabilillah, dan ibnu sabil di Indonesia itu bukan cuma di satu wilayah saja. Nah, jika kita berzakat atau bersedekah online, penyebarannya lebih merata.
5. Mengajarkan atau mendampingi anak mengaji
Anak-anak kita, khususnya yang belajar mengaji tentunya ikut menyesuaikan diri dengan pandemi corona ini. Kegiatan mengaji di TPA dan TPQ diliburkan, sehingga mau tidak mau ibu atau ayah menggantikan peran guru di rumah.
Kita tidak boleh memaksa anak, tapi terus menstimulasi mereka rutin membaca Alquran. Bagi balita yang masih iqra, orang tuanya harus ekstra sabar nih. Jangan terlampau galak jika anak salah baca. Bisa-bisa mereka tidak termotivasi lagi belajar mengaji. Berikan juga pujian dan kasih sayang begitu buah hati selesai belajar.
6. Ikut LIVE pengajian
Kita mungkin tak bisa ke masjid untuk mendengarkan ceramah ustaz favorit. Hal ini bisa dilakukan dari rumah, bisa kapan saja, menggunakan media apa saja. Banyak sekali pengajian rutin digelar LIVE di Instagram.
Saya melihat ada Aa Gym atau Abdullah Gymnastiar yang senang LIVE di akunnya @aagym. Ada juga Oki Setiana Dewi @okisetianadewi, Gus Miftah @gusmiftah, Abdul Somad @ustadzabdulsomad_official, dan sebagainya.
Kalo gak punya Instagram, banyak juga ustaz yang suka streaming di YouTube, antara lain Ustaz Adi Hidayat, Khalid Basalamah, dan Yusuf Mansur.
Gak bisa akses YouTube? Yowis, nonton TV aja. Semoga ustaz favorit kita, Quraish Shihab bisa muncul lagi tujuh menit menjelang buka puasa. Suara beliau itu khas banget, menjadi kenangan puasa tak terlupakan sejak saya masih kecil.
7. Berbagi menu buka puasa dengan tetangga
Sejak merantau 2005, saya sudah sering kehilangan momen buka puasa bersama kedua orang tua. Meski demikian buka puasa tetap bisa terasa istimewa kendati pun kita jauh dari keluarga.
Kami baru sebulan pindah ke Surabaya. Oleh sebabnya momen buka puasa bisa menjadi cara kami bersosialisasi dengan tetangga. Salah satu caranya berbagi menu buka puasa ke beberapa tetangga terdekat.
Emak bikin kolak, ya lebihkan sedikit, antarkan ke tetangga di kiri dan kanan rumah. Besoknya emak bikin es buah, antarkan ke tetangga di depan dan belakang. Dengan cara sederhana ini kita secara tak langsung menjadikan tetangga saudara terdekat kita.
8. Memperbanyak dzikir
Amalan Ramadhan lain yang tak kalah penting adalah dzikir. Selama ini kita mungkin hanya sempat berdzikir setelah shalat wajib. Nah, di bulan suci ini ada banyak sekali amalan dzikir bisa dilakukan. Ada dzikir saat melihat hilal, dzikir setelah shalat, dzikir pagi, dzikir petang, dzikir malam lailatul qadar, dzikir sebelum tidur, dan lainnya.
Dzikir termasuk amalan Ramadhan yang mudah sekali dilakukan, bahkan di sela kegiatan lain, apakah itu sambil memasak, sambil kerja di depan laptop, sambil nge-update blog. Niscaya keseharian kita akan dikelilingi malaikat, mendapat rahmat, dan ketenangan jiwa. Insya Allah. Amin.
9. Menggiatkan shalat sunat
Siapa di sini yang jarang shalat sunat? Hehehe. Saya pun masih sering bolong shalat sunatnya lantaran dirong-rong si kembar. Mumpung momennya pas, kita bisa kembali menggiatkan shalat sunat selama berpuasa, khususnya rawatib dan tahajud.
Shalat sunat rawatib dilakukan sebelum atau sesudah shalat lima waktu. Bisa ambil yang muakkadah-nya saja atau yang ditekankan, yaitu 2 rakaat sebelum subuh, 2 rakaat sebelum dan sesudah dzuhur, 2 rakaat setelah maghrib, dan 2 rakaat setelah isya.
10. Silaturahmi keluarga jarak jauh
Berbahagialah generasi milenial karena teknologi memudahkan segalanya. Orang tua kita zaman dulu yang menjalani long distance marriage (LDM) masih berkirim surat lewat pos saat ingin melepas kangen. Itu pun gak bisa tiap hari.
Sekarang anak cucunya yang sudah menikah bisa silaturahmi jarak jauh. Mereka tinggal buka aplikasi ZOOM atau Whatsapp Video Call udah langsung bisa bertatap muka, bahkan bisa join conference rame-rame. Susah sinyal, gak bisa video call? Ya minimal mengirimkan 1-2 foto terbaru ke ayah ibu. Insya Allah mereka tak perlu lama merindu setelah itu.
Silaturahmi di bulan suci juga menambah ibadah puasa loh. Salah satunya kita bisa mendapatkan rezeki lebih luas.
Tuh, gampang banget kan ngumpulin pahala dan syafaat di bulan Ramadhan. Di tengah kondisi kita yang serba terbatas, khususnya keterbatasan gerak, kita tetap bisa mengoptimalkan ibadah di rumah. Yuk, nabung pahala. Selamat menyambut bulan suci Ramadhan ya temans.
Leave a Comment