Selamat Hari Senin, emak-emak se-Indonesia Raya di rumah tangga bahagia. Rasanya buka blog sendiri setelah absen nulis 10 hari itu luar biasa ya? Kangen banget. Hehehe.
Sebagian mungkin pada bingung, kok emaknya Mae yang biasa posting sekali dua hari jadi menghilang? Ada apakah gerangan? Adakah dia baik-baik saja? Hallah, ge-er sendiri emak, emangnya emak seleb #LangsungLanjutNyapuNgepel.
Jadi ceritanya kami sekeluarga baru saja pindah ke Surabaya, terhitung 9 Maret 2020. Saya dan anak-anak mengikuti suami dirotasi tugas ke Kota Pahlawan ini untuk mengemban amanah baru.
Insya Allah ini adalah rencana terbaik Allah untuk keluarga kami. Sebagai hamba-Nya, kami mengikuti jalan hidup yang ditunjuki. Mohon doa restunya semua, semoga kami sekeluarga di sini sehat, lancar rezekinya, tetap bisa berbagi dengan sesama. Amiiin.
Yang di atas cuma prolog doang. Intinya kali ini emak mau update lagi nih tulisan tentang sembilan hal yang seharusnya tidak istri lakukan terhadap suami. Sebetulnya tulisan ini sebagian besar sudah saya siapkan sejak masih di Bali. Namun, begitu saya dengar suami dapat SK mendadak, terpaksa deh artikelnya dipending dulu. Family comes first.
Jangan Lakukan 9 Hal Ini pada Suami
Jalan untuk memanjangkan hubungan pernikahan dan rumah tangga bahagia itu gak mudah. Ingat ya mak, bukan cuma struk belanja bulanan doang yang panjang, kehidupan rumah tangga kita juga harus panjang.
Apapun bentuk hubungannya pasti ada saat-saat di mana kita mau nyerah. Capek ngadepin suami yang tiap hari gak peka-peka baca sinyal istri (sampai kiamat ini juga gak bakal berhasil). Capek ngadepin suami yang kalo istrinya curhat dia tetap main hp. Capek ngadepin suami yang kalo diajak ngemall matanya jelalatan lihat cewek bening.
Makin lama usia pernikahannya, katanya makin banyak godaannya. Tulisan ini saya tujukan bukan buat emak-emak senior yang rumah tangganya mungkin udah menginjak satu dekade, dua dekade, ulang tahun perak pernikahan, apalagi buat yang udah jadi nenek-nenek, bukan.
Tulisan ini saya tujukan untuk emak-emak muda, emak-emak milenial yang baru nikah yang mungkin masih bingung, gak ada pegangan, masih belajar mengenal suaminya. Semoga sedikit banyaknya bisa membantu ya. Jadi, apa sih hal-hal yang sebaiknya tidak kita lakukan terhadap suami?
1. Meminta suami memilih istri atau ibunya
Perang dingin antara menantu dan ibu mertua terlalu banyak diparodikan negatif, bahkan didokumentasikan dengan tidak baik. Secara pribadi saya berpikir ini adalah perang konyol, jika benar itu harus terjadi. Alhamdulillah rumah tangga saya jauh dari geger soal ini.
Kami duduk, bicara, menemukan keseimbangan. Setelah menikah, mungkin suami tak sadar lebih sering memprioritaskan istri ketimbang ibunya. Saat itu terjadi, tugas kita sebagai istri untuk mengingatkan.
Contoh sederhana, jika suami saya kebetulan meeting ke Jakarta, saya akan ingatkan dia untuk menyempatkan mampir ke rumah papa mama jika mereka sudah jarang bertemu. Urusan suami sempat gak sempat, terserah, yang penting sebagai istri saya sudah mengingatkan.
Suatu kali suami saya meeting lama hampir seminggu di Jakarta. Harusnya jadwal penerbangannya Jumat malam, namun mama tiba-tiba menelepon dan meminta puteranya mampir ke rumah dan pulang Sabtu. It’s ok, sebagai anak, saya juga merasakan bagaimana ayah ibu saya juga akan melakukan hal sama jika dalam posisi tersebut.
Jangan pernah mengisolasi suami kita dari orang-orang yang dikasihinya, terutama orang tua, kakak, atau adik-adiknya. Bukankah suami kita ada karena ibunya ada? Jadi, ini bukan masalah kompetisi siapa yang lebih diprioritaskan. Ini masalah kompromi dan menemukan keseimbangan untuk menciptakan rumah tangga yang sehat.
Berkomunikasi lah dengan ibu pasangan kita secara teratur. Dengan demikian, jika kita memiliki masalah, kita bisa langsung bercerita padanya. Beliau pun tak akan segan melakukan hal sama dengan kita. Saya percaya banyak miskomunikasi bisa diselesaikan hanya lewat BICARA.
2. Berharap suami jadi teman curhat seperti sahabat perempuan yang setia
Sudah sering saya ngomong sendiri sambil masak di dapur, atau sambil nemenin suami sarapan, tapi tiba-tiba respons si bapak cuma, “Oh, gitu!” atau lebih sadis lagi pasang muka cengo dan bilang, “Apa, kenapa sayang tadi? Sorry aku lagi balas chat teman kantorku di grup.” Pengen rasanya emak nelan biji salak seketika.
Pernah juga saya mengatakan hal-hal lucu berharap si pujaan hati tertawa dan melupakan sejenak jam lelahnya di kantor. Namun, sepasang mata indah itu tak sedikit pun beralih dari premiere HBO Tonight di televisi.
Suami tercipta dalam bingkai monoponik, tak seperti istri yang poliponik. Jadi, suami itu susah mau multitasking. Jika kita memang lagi pengen didengerin suami, langsung to the point katakan padanya bahwa kita lagi mau curhat dan pengen didengerin.
Ciptakan ruang yang nyaman untuk bercakap-cakap. Jangan pernah curhat ke suami pas perutnya lagi kelaparan atau pas doi lagi serius sama kerjaannya.
Curhatnya jangan lama-lama, seperti kita curhat ke sahabat perempuan. Ceritakan seefisien mungkin. Mungkin kita menganggap detail cerita bisa membangun keintiman suami istri. Salah besar mak. Bagi suami, mendengar istrinya bercerita panjang lebar berputar-putar itu sungguh memekakkan telinga, ngalahin bunyi petir Dewa Zeus yang menggelegar. Faktanya adalah suami lebih suka istri yang kalo ngomongin sesuatu langsung ke intinya.
3. Meminta suami meninggalkan hobinya
Hobi suami bisa jadi hal yang membuat kita tertarik padanya sebelum menikah dulu. So, kenapa kita harus memintanya berubah setelah menikah?
Misalnya nih, sejak masih pacaran, suami itu emang udah hobi kerja, gila kerja, passionnya ya kerja. Setelah menikah, dan dia masih bersikap sama, itu bukan berarti dia mengabaikan keluarga. Bisa jadi suami ingin mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membahagiakan istri juga anak-anaknya.
Kuncinya adalah keseimbangan. Semangat bekerja boleh, namun waktu untuk keluarga harus ada supaya rumah tangga bahagia.
Saat pacaran, suami terbiasa main badminton empat jam seminggu setiap Sabtu. Kita pun senang menemaninya berolah raga, menontonnya dari kursi tribun. Lalu, setelah menikah, kita berharap suami menggunakan empat jamnya saat Sabtu untuk menemani istri. Jika semua selalu dilakukan dari perspektif istri, rasanya pun tak adil. Sadarkah kita? Hobi bisa memperindah komunikasi dan memperkuat koneksi suami istri. Jangan buat suami menyesal menikahi kita.
4. Melarang suami berhenti melirik perempuan lain
Laki-laki mana pun di dunia ini pasti senang melihat yang cantik-cantik. Ketika mereka melihat ada cewek berpakaian seksi, rasanya seperti melihat matahari. Cukup meliriknya sepintas, lalu buru-buru memalingkan mata, supaya gak kebakar atau sampai matanya buta.
Tidak semua suami yang melakukan itu bertujuan membuat istrinya merasa kurang diri, dipojokkan, apalagi merasa di serang karena dibandingkan dengan cewek seksi tadi. Pria memang dilahirkan cenderung dominan sifat visualnya, suka keindahan, meski pun sifatnya ini kadang mendatangkan masalah bagi wanita, misalnya istri jadi cemburu atau marah.
Melirik beberapa detik biasanya alami. Itu juga risiko kita tinggal di lingkungan yang tidak sepenuhnya Islami. Jika suami melakukan lebih dari itu, misalnya melongo, menggoda, nyolek, minta nomer telepon si cewek, baru deh itu suami sakit.
Suami saya santai saja loh ketika saya bilang Richard Madden itu ganteng banget, atau ketika saya bilang saya mengidolakan duo rapper Korea, TOP & G-Dragon. Saya pun ya santai saja ketika suami bilang Gal Gadot masuk jajaran aktris terseksi, atau ketika dia bilang Emma Stone itu manis banget. Ya saya logis aja, Gal Gadot sama Emma Stone mana mau sama suami saya, ya kan? Trus, buat apa saya belingsatan sampai kayang? Hehehe.
5. Meminta suami meninggalkan teman-temannya
Suami akan selalu membutuhkan teman-temannya setelah menikah. Suami butuh waktu untuk me time bersama teman-temannya, maka berikan waktu itu.
Jika istri meminta suami meninggalkan teman-temannya setelah menikah, itu hanya akan membuat suami semakin tak bahagia.
Suami juga tak serta merta harus stop berkomunikasi dengan teman-teman wanitanya. Selama teman-teman perempuannya itu penuh hormat, ramah, dan tidak menimbulkan ancaman, tidak ada alasan untuk menghentikannya.
6. Memaksa suami menyukai hobi istri
Saya suka naik gunung, suami suka ke pantai. Sejak menikah enam tahun lalu saya sudah sering ajakin suami sesekali glamping atau camping ke alam pegunungan. Bosan kan ke pantai melulu? Alhamdulillah sampai hari ini keinginan tersebut belum terwujudkan. Hahaha #NangisDiPojokan.
Pernah saya hepi sekali pas dia bilang mau ajak saya dan Mae ke Jatiluwih, Tabanan, mau nginap di tenda katanya. Waktu itu saya senangnya minta ampun, dapat surprise. Tahunya? Kami dibawa ke Sang Giri Tent Resort. Emang sih, kita tidur di tenda, tapi tenda guedeee yang di dalamnya udah dipasang semua fasilitas layaknya presidential suite.
Yah, kami memang tidur di tenda, tapi tetap di dalam selimut tebal beralaskan kasur ukuran king size, bukan kantung tidur alias sleeping bag. Kami memang tidur di tenda, tapi udah ada lampu led antinyamuk, gak perlu pakai autan. Kami memang tidur di tenda, tapi sarapan pagi udah terhidang di depan mata, gak perlu lagi pasang kompor portable dan bikin Indomie rebus.
Baca Juga: Di Balik Tenda Sang Giri
Istri suka cuap-cuap di medsos, pasang foto, update status, masuk restoran atau hotel, nongkrong di coffee shop, trus nge-tag akun medsos suami. Siap-siap bertepuk sebelah tangan ya mak. Jangan harap deh suami kita bakal ngelakuin hal sama, berinisiatif duluan nge-tag istri di Facebook atau Instagram. Hahaha. Kalo saya dalam setahun bisa posting ratusan foto, suami saya dalam setahun mungkin lebih banyak jumlah jari tangannya ketimbang postingannya.
Istri hobi nonton drakor, nangis bombay nonton film India, atau emosi jiwa nonton sinetron di Indosiar, jangan pernah berharap suami mau diajakin nonton bareng. Suami punya selera sendiri. Lagian aneh juga misalnya lihat suami saya nangis nonton di Hyun Bin dan Son Ye Jin pelukan setelah terpisah sekian lama di K-drama Crush Landing On You. Amit-amit, yang ada saya geli lihat suami sendiri.
Ketika kita menikah, kita menyatukan dua dunia berbeda. Suami dan istri berusaha hidup berdampingan dengan cara-cara kooperatif supaya keduanya menjadi sosok yang lebih baik.
Bukan soal mudah ketika kita berhadapan dengan suami yang latar belakang, hobi, juga preferensi jauh berbeda dengan kita. Apapun keadannya, suami istri harus satu.
Ada tiga hal perlu diperhatikan. Pertama, hormati pilihan dan hobi pasangan kita. Jangan langsung meremehkan, mengatakan kita tak suka, apalagi sampai mengejek hobi pasangan. Jika suami lagi nonton sepak bola, tunjukkan rasa hormat dengan tidak mengganggunya atau mengambil alih remote TV.
Kedua, belajar sedikit menyukai hobinya. Saya sering penasaran, kenapa sih suami saya itu hobi banget mengoleksi hot wheels? Di mata saya itu mainan anak-anak.
Mengapa sih suami itu sukanya film action yang banyak adegan kelahi dan berdarah-darahnya? Istri bisa mencari tahu apa alasan di balik hobi suami. Siapa tahu ketika kita mencari tahu lebih lanjut, kita jadi ketularan suka. Ya kan?
Ketiga, temukan hobi bersama. Gak mungkin deh suami istri itu kesukaannya plek ketiplek beda semua. Pasti ada hal yang sama-sama disukai. Temukan itu.
Saya dan suami ternyata sama-sama suka nonton ke bioskop. Kami ternyata sama-sama menggemari olah raga MotoGP dengan tim andalan, Yamaha Movistar. Kami ternyata sama-sama suka minum jamu, atau sama-sama suka rendang. Buat yang terakhir, ya jelas lah, kan sama-sama orang Padang. Kalo sampai ada orang Padang gak suka rendang, bisa dikutuk Bundo jadi batu nemenin Malin Kundang. Kekeke.
7. Berharap suami selalu dewasa dan bijaksana
Pernah mendengar ungkapan boys always be boys kan? Jadi orang dewasa itu melelahkan, tahu! Suatu hari suami akan bertingkah kekanakan. Maksudnya kekanakan itu bukan guling-guling di rumput, nangis kejer, atau teriak-teriak minta dibeliin balon, BUKAN.
Ada kalanya suami enggan meminta maaf lebih dulu. Ada kalanya suami menuntut perhatian sama banyaknya dengan anak, pengen dimanja istri, pengen disuapin makan, pengen digarukin punggungnya waktu gatal, pengen dicariin rambut putih di kepala, pengen makan es krim, pengen main tamiya lagi, atau main hot wheels lagi.
Dewasanya seorang suami itu kayak gimana sih? Suami dewasa di mata saya adalah suami yang tidak melakukan kesalahan sama secara berulang. Suami yang bijaksana adalah suami yang tidak sering-sering minta maaf atas kesalahan sama. Permintaan maaf itu bukan cuma ungkapan di mulut, namun lebih dari itu adalah pernyataan untuk tidak mengulangi hal sama.
Saya pada dasarnya adalah istri yang benci konflik. Saya gak tahan lihat muka suami cemberut meletut kecut. Saya paling gak tahan rumah kayak makam, suami istri saling diam. Makanya saya lebih sering minta maaf lebih dulu sama suami.
EITS, bukan berarti istri minta maaf lebih dulu berarti sudah pasti kesalahan ada pada diri istri loh. Ini adalah cara untuk meredakan konflik, mempercepat gencatan senjata. Pokoknya kalimat, “Maafkan aku” itu sakti banget untuk menyelesaikan semua perkara berumah tangga.
8. Memintanya berubah menjadi sosok yang berbeda
Saya suka sebel kalo suami gampang lupa soal keluarga, misalnya saya sudah minta dia luangkan waktu hari ini untuk mengantar anak imunisasi, tapi suami ngaret melulu. Kadang saya berangkat duluan dan minta dia menjemput kami saja.
Saya kadang juga sebel kalo jam makan malam kami itu susah diprediksi. Saya sudah terbiasa makan malam dengan suami, tapi suami itu pulang kantor kadang jam 7 malam, kadang jam 8 malam, kadang jam 9 malam. Udah keburu lapar kan mamak.
Saat sudah lama bersama, wajar sesekali kita bertanya, “Kenapa sih saya mau dinikahi pria ini?” Jawabannya mungkin dia orangnya humoris meski pun suka lupaan, dia orangnya penyayang meski pun suka kentut sembarangan, dia orangnya tulus gak perhitungan sama istri meski pun jarang mandi. Eaaaa. Apapun jawabannya, carilah kelebihan suami ketika sifat-sifat jeleknya mulai meracuni.
9. Meminta suami mengingat semua tanggal penting kalian berdua
Saat masih dimabuk asmara zaman pacaran, istri mengingat sangat detail di restoran mana makan bareng perdana, film apa yang ditonton berdua pertama kali, tanggal jadian, tanggal dia ke rumah kenalan sama orang tua kita, tanggal tunangan. Pokoknya perempuan itu kalender berjalan.
Suami rata-rata bakal lupa tanggal-tanggal tersebut. Jika pun dia ingat, mungkin yang diingat adalah tanggal menikah dan tanggal ulang tahun istrinya. Jangan harap deh suami bakal kasih kejutan pas tanggal kalian jadian, tanggal kalian tunangan, gak banget. Mau pake telepati tingkat dewa pun gak bakal bisa. Bagaimana pun ingatan emosional wanita itu lebih baik dari pria. Komunikasi terbuka dengan suami lebih bagus.
Perubahan ke arah lebih baik tak pernah terjadi dalam semalam. Berlatih lah setiap hari, sedikit demi sedikit, sehingga itu akan menjadi bagian dari kebiasaan kita dalam bergaul dengan keseharian suami, sekarang dan selamanya.
Leave a Comment