https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=G-8K50HN0MMT window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag(‘js’, new Date()); gtag(‘config’, ‘G-8K50HN0MMT’);

Pentingnya Anak Laki-Laki Berteman Sejak TK


Berteman adalah sifat bawaan anak. Gak kita ajarkan pun, anak secara alami akan membentuk pertemanan sendiri, entah dengan anak sebaya, anak yang lebih tua, atau lebih muda darinya.

Ada banyak sekali manfaat berteman bagi anak, di antaranya mendukung perkembangan emosional dan sosial, meningkatkan kemampuan anak berkomunikasi, membantu anak meningkatkan rasa empati, membuat anak lebih bahagia dan percaya diri, mendorong anak berpandangan hidup lebih positif, dan merangsang anak berperilaku lebih baik.

Hal gak kalah penting dari berteman adalah mengurangi stres anak. Ingat gak waktu kecil, saat kita abis dimarahi orang tua, bosan belajar di kelas dan di rumah, atau butuh teman main, kita akan mencari teman kita untuk menghabiskan waktu bersamanya? Begitulah hakikat pertemanan bagi anak.

Mendorong Anak Laki-Laki Berteman

Berteman itu penting untuk seluruh gender, mau anak perempuan atau anak laki-laki. Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Infant and Child Development menyebut cara berteman semakin penting seiring pertumbuhan usia anak laki-laki.

berteman

Anak perempuan secara keseluruhan memiliki keterampilan sosial lebih baik dari anak laki-laki tanpa memandang kualitas pertemanan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan anak laki-laki yang tidak berteman atau tidak bersahabat di jenjang pendidikan TK cenderung menunjukkan masalah perilaku.

Bagaimana cara mendorong anak laki-laki kita yang masih TK mau berteman dan tahu cara berteman yang baik?

1. Beri contoh yang baik di rumah

Orang tua adalah guru pertama anak. Saat anak mencontoh interaksi positif dengan orang tuanya, maka akan tergambar pada interaksi anak dengan orang lain.

Misalnya kita mengajarkan anak mau berbagi. Ini mungkin sulit bagi anak laki-laki usia TK, tapi belajar untuk berbagi dan mau bergiliran adalah dasar-dasar berteman.

Pastikan anak melihat contoh baik saat orang tuanya berinteraksi dengan orang lain. Hindari bergosip atau membicarakan orang lain di rumah, terutama ketika anak-anak bisa mendengar pembicaraan kita.

Kalo kita punya sahabat yang masih berteman baik sejak kecil sampai dewasa, kenalkan pada anak. Beri tahu anak betapa pentingnya berteman sedari kecil.

Anak belajar berteman dan memperlakukan temannya dengan baik, penuh rasa hormat, juga belas kasih.

2. Undang teman anak ke rumah

Anak laki-laki cenderung memilih pertemanan seiring pertambahan usia. Kita bisa mengundang beberapa teman anak kita datang ke rumah.

Berusaha lah membantu anak mengembangkan hubungan pertemanan yang positif di rumah, misalnya dengan bermain bersama mereka.

Anak laki-laki kita perlu belajar menavigasi hubungan pertemanan. Nasihati anak bahwa temannya pasti juga punya teman lain. Ini gak apa-apa, gak masalah, gak perlu cemburu, dan gak perlu khawatir kehilangan teman.

3. Dampingi anak

Kita hendaknya tetap mendampingi anak yang masih TK saat bermain dengan teman-temannya. Tawarkan solusi jika terjadi perselisihan supaya mereka tetap damai.

Berteman gak selalu mudah. Remaja laki-laki lebih bisa mengatasi konflik. Beda cerita dengan anak laki-laki yang masih TK. Mereka membutuhkan lebih banyak bantuan dari orang ketiga saat berhadapan dengan konflik.

Saat berteman, anak bergaul dengan orang lain, belajar menyelesaikan konflik, dan menikmati kebersamaan satu sama lain. Semua pengalaman ini menjadi pondasi dasar hubungan positif di kemudian hari.

4. Puji dan semangati anak

Anak laki-laki usia TK haus akan pujian. Oleh sebabnya kenali perilaku positif anak dan beri dia pujian positif setiap kali berbuat baik.

Ini cara sederhana mengajarkan anak berbuat baik terhadap temannya.

5. Perhatikan dinamika kelompok berteman anak

Ada banyak alasan mengapa anak laki-laki tidak mau bergabung dengan kelompok berteman. Anak kita mungkin ragu melakukannya. Anak kita mungkin gak mau berteman dengan anak-anak tertentu.

Perhatikan dan cari tahu alasannya. Dekati anak dan masuk saat situasinya pas.

Ketahui juga bahwa anak butuh waktu untuk sendiri. Kadang anak gak mau diganggu. Jadi, jangan terlalu memaksa anak bergabung dengan kelompok bermain.

6. Bantu anak membangun keterampilan berbicara

Sering kali orang tua mengeluh anaknya pemalu. Wah, ini saya banget nih. Kalo gitu ya bantu dong anak kita membangun keterampilan berbicara.

Penting banget loh ini. Alangkah bagusnya jika anak kita belajar bagaimana secara alami berani memulai percakapan dengan orang lain.

Lengkapi anak dengan sederet pertanyaan pembuka yang bisa mereka ajukan pada teman barunya. Jangan cuma nanyain, nama kamu siapa? Rumahnya di mana? Tapi juga pertanyaan kreatif lainnya, seperti kamu sukanya main apa? Kamu punya hewan peliharaan gak di rumah? Suka makan es krim gak?

7. Minta bimbingan profesional

Jika kita gak yakin apakah anak laki-laki kita punya teman atau gak, ajak bicara gurunya di sekolah untuk melihat bagaimana anak kita bergaul dengan teman sebayanya. Kita juga perlu bertanya pada anak kita di rumah soal teman-temannya untuk mendapat gambaran lebih tentang seberapa baik dia berteman.

Sekiranya kita terlalu cemas karena anak tak kunjung minat berteman dengan orang lain, carilah bimbingan profesional untuk berkonsultasi. Mana tahu ada masalah perilaku pada anak kita dan dengan demikian kita bisa melakukan intervensi dini untuk menyembuhkannya.

Ajarkan Anak Cara Berteman yang Baik

Kita perlu mengajarkan anak cara berteman yang baik. Anak laki-laki belajar berteman sejak TK karena ini adalah waktu tepat bagi mereka belajar memberi dan menerima. Anak belajar berbagi pengalaman, perasaan, dan berinteraksi satu sama lain.

Berikut adalah contoh keterampilan berteman yang bisa dipelajari anak laki-laki kita.

  • Kesabaran, contohnya ketika anak-anak belajar menunggu giliran, mengantre, dan berbagi dengan orang lain.
  • Komunikasi, contohnya mau berbicara dan mendengarkan orang lain.
  • Empati, contohnya menanggapi perasaan orang lain dengan pemahaman diri dan mengambil perspektif orang lain.
  • Penuh pertimbangan, contohnya belajar mengucap tolong, terima kasih, maaf, permisi, pokoknya yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.
  • Keterampilan bermain, contohnya memberi saran dan ide bermain dengan teman.
  • Keterampilan sosial, contohnya belajar kerja sama, komunikasi, tanggung jawab, dan mengendalikan emosi.
cara berteman yang baik

Kita bisa cari cara lain untuk mendorong anak berteman di luar sekolah. Syaratnya orang tua harus peka sama bakat dan kesukaan anak, juga tipe kepribadiannya, apakah cenderung introvert atau ekstrovert.

Berikut beberapa saran kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan di luar kelas yang bisa mendorong anak berteman.

  • Olah raga, seperti bela diri, renang, klub lari, bulu tangkis, sepak bola.
  • Kegiatan non-kompetisi, seperti kelas musik, balet, robotika, atau catur.
  • Pramuka dan Palang Merah Indonesia
  • Klub buku atau klub gambar
  • Kelas memasak, misalnya yang diadakan di restoran franchise atau pusat bermain anak.
  • Ajak anak main ke taman kota, taman bermain, dan area bermain umum lainnya.

Berteman di Tengah Pandemi

Pas lagi pembelajaran jarak jauh seperti sekarang ini, anak-anak kita pasti kangen berjumpa teman-teman sekolahnya. Apalagi anak-anak yang baru masuk TK dan langsung belajar daring.

Sebagian anak pasti gak sabar ketemu teman-temannya di dunia nyata. Sebagian bisa jadi takut bertemu teman baru. Mereka takut ditolak, takut dibilang gak asik, dan banyak lagi ketakutan lainnya.

Sebagai orang tua jelas saya juga khawatir apakah putri saya, Maetami (5 tahun) bisa berteman dengan baik? Mengingat dia begitu pemalu bertemu orang baru.

Hal yang gak kalah bikin saya dag dig dug adalah apakah teman-teman TK-nya nanti aman, gak bakal nularin virus Covid-19 ke anak saya? Jadi, ini adalah tugas penting kita sebagai orang tua untuk mengidentifikasi semua kekhawatiran kita akan hubungan pertemanan anak dan menemukan solusinya.


9 responses to “Pentingnya Anak Laki-Laki Berteman Sejak TK”

  1. Anak lelaki sptnya lebih susah kalau berteman. Tapi tergantung keluarganya juga ya. Masa pandemi skrg ini tambahlah susah berinteraksi kan. Anak-anak disekitar saya temanya ya gawai hehe

    Like

  2. Kemarin sempat sedih karena anak ku yang pre school, setahun hampir full daring. Ketemu temen-temen cuma sepekan sekali itu pun hanya 40 menit dan maksimal 2 anak. Padahal sekelas ada 13 anak. Sedih banget jadinya ngga kenal temen-temnenya. Semoga nanti setelah PPKM bisa lanjut tatap muka yah..

    Like

  3. Terima kasih mbak sudah menuliskan ini. Dapat ilmu baru seputar parenting. Apalagi tentang anak laki-laki nih. Emang perlu ya berteman biar terasah rasa empati terhadap sesama.

    Like

  4. MasyaAllah.. Tugas seorang ibu ternyata nggak kaleng-kaleng ya.. banyak aspek yang diperhatikan untuk tumbuh kembang anak. Alhamdulillah jadi makin nambah ilmu parenting walau belum punya anak..

    Like

  5. Adik saya yang bungsu laki-laki, baru kelas 1 SD, seringkali ada anak tetangga main ke rumah, dan karena keasyikan main, pas anak tetangga ini pulang, gak dibolehin sama si adik. Lucu juga melihatnya, sampai kami yang dewasa sibuk membujuk. Pada dasarnya memang anak lelaki suka berteman, cuma di kondisi tertentu kadang dia malu, di situlah orang tua bisa berperan untuk memotivasinya

    Like

  6. Anakku banget nih mbak kalau urusan berteman suka excited tapi sebenarnya takut. Maklum di rumah dikurunh terus sama utinya jadi kurang sosialisasi. 7 cara dari mbak noted banget buat jalin hubungan anak dan orang tua,terutam bagian mendampingi anak bermain. Thanks for sharing mbak. Berguna banget

    Like

  7. Wah, penting banget ini buat saya. Meskipun Nbi masih umur satu setengah tahun, tapi dia cenderung diam dan asyik main sendiri meskipun ada teman yang lagi mampir di rumah. Saya khawatir Nbi akan terus seperti itu dan susah bersosialisasi. Harus dipancing sejak sekarang kayaknya.

    Like

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Blog at WordPress.com.