Pak Pos JNE mengklakson motornya di depan rumahku, sebuah kiriman datang dari seorang sahabat di Bogor tiga pekan lalu. Tiga kantong booster ASI @10 pcs dengan merek INANG, terbuat dari daun torbangun (Coleus amboinicus Lour).
INANG? Setelah cek di KBBI, arti dari INANG salah satunya adalah perempuan yang merawat (menyusui dan sebagainya) anak tuan-nya (seperti anak raja atau anak pembesar). Pas banget penamaannya dengan fungsi dari teh daun ini.
Sepekan sebelum paket ini datang, aku sempat berceloteh di Facebook.
“Nonton siaran ulang Pagi Pagi di N*T TV, salah satu topiknya pemilik ASI Booster merek-x. Empunya produk bilang intinya percuma ASI banyak tapi encer, jadi perlu booster untuk meningkatkan ASI supaya berkualitas. Waaaah salah kaprah. ASI itu kan ‘cairan hidup’ yg diproduksi berdasarkan kebutuhan bayi.”
“Allah sudah atur segalanya. ASI emak emak sosialita dengan ASI emak emak penjual gorengan di pinggir jalan sekalipun itu sama kualitasnya dan semua bergantung kebutuhan bayi. Jadi, ada masanya ASI itu encer, ada masanya juga kental. ASI encer kok dibilang gak bagus, padahal encer karena memang kandungan protein dan laktosanya tinggi, penting untuk otak bayi dan fungsinya memang buat ngilangin haus, khususnya siang hari saat bayi banyak beraktivitas.”
“ASI kental ya memang karena kandungan lemaknya tinggi, penting buat pertumbuhan fisik bayi, makanya lebih banyak diproduksi malam hari pas bayi tidur. Ibarat kata kalo haus siang hari, lo mau dikasih susu kental manis yg hangat atau mau dikasih es jeruk? Ya es jeruk lah yaaa. Mungkin si empunya produk mikir kalo ASI itu harus kental terus biar bayinya gemuk, berisi, endebla endebla. Bayi sehat itu tidak melulu harus gemuk. Rayuan iklan sungguh dahsyatttt.”
Statusku saat itu mendapat respons lebih dari 80 likes dan 44 komentar. Beragam tanggapan datang, intinya menyayangkan cara promosi si pemilik ASI booster yang salah kaprah. Jualan dan mengonsumsi ASI booster itu sudah biasa, tapi si pedagang ya jangan segitunya juga dengan menyatakan percuma ASI banyak tapi encer. Itu kan nyelekit banget dan menyakiti hati para ibu yang berjuang memberikan ASI eksklusif pada buah hatinya. Sebagian lain bercerita sudah mencoba banyak booster tapi ASI-nya segitu segitu saja, tak ada pengaruhnya. Lalu, sebuah komentar menarik datang dari teman sekampusku, Mas @Tomy Perdana Mahassy:
“Kalau minat ASI booster berbahan tanaman asli Indonesia dan sudah diteliti Profesor IPB yang juga ahli gizi, ada brand INANG. Ini karya anak Budidaya Hutan 43 dan berdasarkan hasil pengalaman mereka dalam dua tahun. Siapa tahu mau coba? Baru launching tiga bulan ini.”
Pembicaraan berlanjut ke chat bersama mas mas yang satu ini. Karena produk keluaran kampus sendiri, sedikit banyaknya aku tertarik. Akhirnya Mas Tomy bersedia membantuku mengirimkan contoh produknya ke Denpasar, FOR FREE š Alhamdulillah.
Yuk, kenalan dengan guru besar IPB yang pertama kali meneliti tanaman torbangun ini.
Beliau adalah Profesor Rizal Damanik, pernah mendapat penghargaan sebagai salah satu dosen berprestasi tingkat nasional 2010 dari Kementerian Pendidikan. Dosen Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia ini meneliti manfaat daun torbangun untuk meningkatkan kualitas ASI.
Pemikiran beliau sederhana, bersumber dari kearifan lokal masyarakat Batak, Sumatra Utara di mana wanita-wanitanya sering mengonsumsi sayur torbangun sebagai laktagogum alias stimulator ASI.
Daun torbangun di Tano Batak masih berupa tanaman liar, sehingga masih sulit membuktikan khasiatnya secara ilmiah. Profesor Damanik kemudian tertarik melakukan riset pada tahun 2000 dengan melibatkan setidaknya 60 wanita Batak di Kabupaten Simalungun dengan rentang usia 35-51 tahun, serta 51-91 tahun. Orientasi risetnya bukan hanya nasional, tapi internasional.
Profesor Damanik membandingkan khasiat daun torbangun dengan tablet Fenugreek atau kapsul Moloco+B12 yang biasa dikonsumsi ibu-ibu menyusui di Eropa dan Amerika sebagai booster ASI. Hasilnya? Riset beliau menunjukkan kualitas ASI ibu menyusui yang mengonsumsi daun torbangun terbukti secara ilmiah lebih baik dibanding dua produk lainnya.
Dahsyat bukan? Hasil penelitian beliau ini sudah dipublikasikan di berbagai jurnal internasional, antara lain Journal of Human Lactation, Annals Nutrition & Metabolism, Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition, dan Malaysian Journal of Medical Sciences.
Daun torbangun bagus diberikan pada ibu-ibu satu bulan pertama setelah melahirkan untuk memulihkan keseimbangan kesehatan tubuhnya. Torbangun juga berfungsi sebagai antijamur dan antibakteri, analgesik, menurunkan kolesterol jahat dalam darah, serta membersihkan rahim setelah persalinan.
Daun torbangun adalah tanaman liar yang bisa tumbuh di mana saja di Indonesia, bukan hanya di Sumatra Utara. Daun ini juga ada di India dan Thailand, namun penggunaannya berbeda-beda. Masyarakat India menggunakan daun ini sebagai salah satu bahan bumbu kari, sementara di Thailand daun ini digunakan untuk obat gigitan ular. Masyarakat Batak sendiri sudah menggunakan daun ini beratus tahun lalu.
Dua orang alumni IPB dari Fakultas Kehutanan mencoba meracik daun torbangun menjadi produk berupa teh daun bernama INANG. Produk ini 100 persen organik dibuat dengan proses alami, sehingga kualitas yang dihasilkan jauh lebih tinggi dibanding produk lain berbahan sejenis.
Harganya Rp 60 ribu per paket dengan isi 10 pcs per paket. Teh INANG ini dikonsumsi sekali sehari dengan cara direndam dalam rebusan 300-500 ml air yang sudah mendidih. Tunggu sampai lima menit, lalu saring teh ke dalam gelas. Minum secepatnya atau tidak lebih dari enam jam setelah disaring. Rasanya tawar di awal, sedikit pahit di pangkal lidah.
INANG Booster ASI tidak dapat dikonsumsi wanita hamil atau wanita yang sedang datang bulan. Satu bungkus kecil INANG tidak bisa digunakan berulang, hanya untuk satu kali penyajian. Bagi kamu yang tertarik bisa SMS atau Whatsapp ke 087 721 094 152.
Pengalaman Setelah Konsumsi Inang
Aku mengonsumsi INANG selama satu bulan atau 30 pcs, satu kali sehari. Konsumsinya sendiri baru aku mulai saat Mae berumur empat bulan menuju lima bulan. Selama enam bulan pertama pemberian ASI eksklusif, bulan keempat ini kuakui aku mengalami penurunan produksi ASIP signifikan.
Bayangkan, tiga bulan sebelumnya, satu hari aku bisa memompa ASI hingga 300 ml, itu di luar ASI yang disusukan langsung ke Mae. Nah, memasuki bulan keempat, produksi ASI menurun drastis hampir setengahnya, padahal tekad memberikan ASI eksklusif untuk bayi masih panjang, hingga dua tahun. Enam bulan pertama menjadi masa paling penting bagi bayi untuk meng-ASI.
Dalam sehari aku cuma bisa memompa ASIP 100 ml saja saat Mae berusia empat bulan. Kuakui, Mae menggunakan media ASIP dot selama aku bekerja. Dot tak dimungkiri memicu penurunan produksi ASI akibat gerakan mengisap alami pada bayi berubah. Bayi yang awalnya mengisap kuat, kini menjadi kian malas dan akhirnya produksi ASI kurang maksimal. Prinsip ASI tentunya sudah pada tahu kan? Supply by demand.
Dua hormon yang mempengaruhi produksi ASI adalah prolaktin dan oksitoksin. Prolaktin diperoleh dari nutrisi makanan dan minuman ibu, sementara oksitoksin ditentukan frekuensi menyusui bayi secara langsung juga tingkat stres si ibu. Semakin bahagia ibu, semakin banyak ASI yang dihasilkan karena hormon oksitoksin bekerja.
Seminggu pertama minum teh INANG aku masih belum merasakan dampak positif. Produksi ASIP tetap sama, kalo pompa cuma 100 ml sehari, jadi kira-kira cuma 30-40 ml sekali pompa. Bahkan tak jarang cuma basahin pantat dot doang alias ASIP keluar minim sekali. Duh, pengen nangis. Perubahan yang kurasakan selama seminggu pertama minum teh daun ini hanyalah ASI yang diperah semakin kental. Apakah itu salah satunya efek mengonsumsi INANG? Bisa jadi.
FYI, aku adalah seorang working mom. Setelah minum INANG sekitar 10 hari, aku baru mulai merasakan manfaatnya. Hasil pompa perlahan meningkat, tepatnya saat Mae berumur 4,5 bulan. Sekali pompa aku bisa menghasilkan 50 ml. Jika ditotal tiga kali pompa dalam sehari, ASI yang diperoleh bisa sampai 150-160 ml. Lumayan lah yaaa, daripada nyesek cuma 100 ml sehari.
Botol-botol ASIP Mae perlahan terisi kembali. Padahal, terakhir itu aku pompa pake sistem kejar tayang, udah kayak serial India ‘Uttaran.’ Sehari pompa masuk botol, besoknya kalo aku liputan ke lapangan langsung habis diseruput Mae. Duh, cang.
Zaman sekarang sudah banyak berseliweran booster ASI berbagai merek. Ada booster hasil fabrikasi, misalnya Molocco B12, Asifit, Suprasi, Fenugreek, Asima, lactamom dan susu-susu ibu menyusui, dan habbatussauda. Ada juga booster ASI alami dari berbagai daun dan sayuran, seperti daun katuk, daun beluntas, kucai, pare, kacang-kacangan, dan daun torbangun ini.
Perjalanan meng-ASI-ku persis seperti menaiki roller coaster. Sebulan pertama hasil pompa cuma 30 ml, masuk bulan kedua naik 60 ml, bulan ketiga hingga keempat bisa dibilang masa-masa keemasan bisa menghasilkan hingga 300 ml sehari sehingga setiap harinya selalu ada stok 13-15 botol ASIP beku di kulkas. B
egitu cuti hamil selesai dan back to work, hasil ASIP menurun drastis, tepatnya bulan keempat menuju bulan kelima menjadi 100 ml sehari. Setelah minum INANG bisa meningkat – meski tidak kembali ke produksi semula – menjadi 150 ml sehari, 50 persennya lah ya dari hasil ASIP terakhir.
Perjuangan ASI-ku juga banyak dramanya. Padahal, kondisi puting bagus, Mae juga tidak tongue tie, aku makan buah dan sayur cukup, tiap abis shalat doa terus minta ke Allah agar mencukupkan ASI untuk anakku. Memang mungkin karena aku bekerja, ibu rumah tangga juga, istirahatnya tidak optimal. Semuanya berdampak ke ASI. Meski demikian, niatku dalam hati bahwa Mae akan tetap meng-ASI penuh selama enam bulan pertama kehidupannya alhamdulillah tercapai.
Pertumbuhan Mae bisa dikatakan sangat bagus, khususnya panjang tubuhnya. Sampe-sampe Dokter Prayoga kaget terus tiap bulannya melihat pertambahan panjang Mae. Mae lahir dengan bobot 3,1 kg dan panjang 50 cm. Bulan pertama 4 kg dan 54 cm. Bulan kedua 5 kg dan 58 cm. Bulan ketiga, 5,6 kg dan 63 cm. Bulan keempat 6,3 kg dan 66 cm. Bulan kelima baru ntar tgl 21 November ke DSA-nya lagi.
Menjelang enam bulan usia Mae, aku tak hanya minum INANG, tapi juga dibarengi dengan habbatussauda karena suami rutin minum ini. Yang terakhir ini bisa dibilang obat sapu jagat yang dikonsumsi Rasulullah SAW semasa hidupnya. “Sesungguhnya di dalam habbatussauda (jintan hitam) itu terdapat penyembuh bagi segala macam penyakit, kecuali kematian (HR Bukhori dan Muslim).”
Teh INANG-nya sekarang masih ada 10 pcs lagi. Bulan depan Maetami sudah mulai mengonsumsi Makanan Pendamping ASI (MPASI). Dengan produksi ASIP konsisten 150 ml per hari ditambah frekuensi menyusui langsung, insya Allah kebutuhan ASI Mae untuk mendampingi MPASI-nya bisa tercukupi. Dampak positif mengonsumsi INANG tentunya juga berbeda pada ibu menyusui, sesuai dengan produksi ASI masing-masing.
Dari segi produksi ASIP, angka INANG ini menurutku realistis, dibandingkan beberapa testimoni produk booster ASI lainnya yang menjanjikan ASI meluber, tapi kenyataannya beberapa teman yang pernah mengonsumsi bercerita tak ada pengaruh yang berarti sebelum dan sesudah mereka minum produk bersangkutan. Hal yang tak kalah pentingnya bagiku adalah ketersediaan ASI cukup dan berkelanjutan. INANG sangat membantu bagian itu.
Menurutku pribadi, ASI melimpah itu anugerah, tapi, produksi ASI berkelanjutan hingga anak berusia dua tahun itu adalah cita-cita. ASI-nya tidak harus melimpah, ‘cukup’ saja sudah alhamdulillah.
Insya Allah terus minum INANG-nya saat Mae sudah lewat enam bulan nanti supaya bisa penuh menyusui hingga dua tahun. Tapi kali ini aku yakin Mas Tomy gak bakal kasih gratisan lagi. Mauliate, Inang! (Terima kasih, Inang!)
Leave a Comment