Siapa bilang lahiran sesar itu enak? Gak sepenuhnya benar. Most women don’t plan to have a c-section. Aku justru mendoakan kalian semua, para calon ibu bisa melahirkan secara normal.
Inilah pengalaman bersalin sesar yang kujalani. Aku ingin berbagi ceritanya sebagai teman. Cerita setiap orang pastinya beda beda ya, ada yang lahirannya lancar dan lempeng aja, ada juga yang bikin stres dan sedikit horor. Pengalamanku sendiri semoga tidak bikin orang trauma. Makanya, bacanya dibawa santai aja, sambil makan kerupuk misalnya. Hehehe.
Sedari awal aku sama sekali tidak berniat menjalani persalinan sesar. Sejak Mae memasuki trimester kedua, aku sudah mempersiapkan diri supaya bersalin normal, mulai dari rajin olah raga dan mencoba berbagai gerakan agar bayi tetap berada di posisi seharusnya di perut, makan banyak supaya tenaga cukup, dan tentunya menjaga gizi serta nutrisi.
Keputusan sesar itu baru diambil di menit-menit terakhir proses persalinan Mae dimana selama 32 jam lebih aku berjuang dan mentok di bukaan 5. Tenaga habis dan tak bisa melanjutkan hingga akhir (bukaan 10).
Yang kuingat sekitar empat orang tim dokter mengelilingiku di meja operasi. Ruangan itu sangat dingin dengan sebuah jam digital besar di hadapanku. Kurang lebih selama satu jam aku berada di ruangan itu. Operasi sesar harus tepat waktu. Sekian detik saja dokter terlambat menyelesaikan operasi bisa berisiko pada ibu, bayi, atau keduanya. Bisa dibayangkan jika bius habis dan dokter belum menyelesaikan jahitan di perut pasiennya, atau waktu operasi telah habis tapi si dokter belum juga berhasil mengeluarkan bayi? Hmmm, merinding membayangkannya.
Saat dokter memberi suntikan epidural di punggung sebelum operasi, aku tak merasa sakit sama sekali. Sakit akibat suntikan itu baru terasa setelah melahirkan. Hingga Mae berusia hampir dua bulan saat ini, aku masih merasakannya. Tulang di punggung kanan atasku seperti ditekan, pegal dan aneh rasanya, meski tidak membuatku mengerang-erang.
Kadang rasanya pegal seperti baru memanggul beras sekarung. Mau dipijit sama mas atau tukang pijit seahli apapun tetap saja sakit aneh di punggung ini tak hilang. Bahkan, beberapa kenalan mengatakan nyerinya bisa berlangsung lebih dari setahun. Omaigat! Jika aku ditanya apa bagian terburuk dari menjalani operasi sesar, maka jawabannya adalah nyeri yang hilang timbul di punggung belakangku ini. I hate it.
Mae lahir Sabtu, 11 Juni 2016 tepat pukul 19.01 WITA. Beberapa jam setelah dioperasi, aku dipindahkan ke ruang rawat inap segera. Pada titik ini rasa sakitku baru di level 1, skala 1-10. Sakit bekas operasi nyaris gak kerasa. Bagaimana 24 jam setelah itu? Hmmm, merinding disko, langsung naik ke level 5, bahkan level 10 saat biusnya habis sempurna. Hahaha.
Minggu pagi ketika aku bangun dan bersikeras untuk mulai latihan berjalan, sayatan bekas operasi itu terasa cukup sakit. Aku ingin menangis, tapi kutahan karena menangis cuma bikin sakitnya makin terasa.
Kucoba membuat gerakan peregangan ringan supaya kaki tidak mengalami pembengkakan. Rasanya gak enak banget menjadi pesakitan. Semua yang kulakukan tak lepas dari bantuan orang lain, mulai dari ganti baju, benerin selimut yang gak sempurna menutupi kaki, ambil makanan, ambil minuman, pergi ke kamar mandi, buang air kecil, sampai pake celana dalam. Huft!
Tiga hari di rumah sakit dan akhirnya pulang, nyeri di perut makin menjadi, ditambah lagi kewajiban menyusui si kecil. Suami mengatur posisi tempat tidur supaya benar-benar nyaman untukku. Maklum, aku harus tidur di posisi yang benar-benar datar, kaki gak boleh ditekuk, pokoknya berbaring sempurna dan seenak mungkin. Mas setia membantuku bangun, kembali berbaring, bangun lagi untuk menyusui Mae, baringan lagi, begitu terus sampai pagi selama seminggu.
Hal apa yang paling nyebelin kalo sesar? Urusan mandi. Dimandiin suami selama seminggu itu romantis tapi miris. Gimana enggak? Tampang buluk abis lahiran, perut gendut yang baru kempes jadi gelambir, kantong mata item kayak panda, plus muka yang minim senyum karena nahan nyeri. Wahai para suami, istri yang dulu berbodi aduhai rela begini demi kamu dan anak-anakmu. Sayangi mereka dan jangan pernah melukai hati mereka.
Dunia baru terasa sedikit indah memasuki minggu kedua setelah persalinan. Aku benar-benar membuktikan testimoni mantan-mantan pasien Dokter Semadi yang menyebutkan bahwa masa penyembuhan mereka sangat cepat. Jahitan Dokter Semadi juga sangat rapi, mas pun mengakui. Garis bedahnya sederhana dan tidak menonjol. Sejauh ini aku masih mengonsumsi pil penghilang nyeri usai operasi.
Tips Enjoy Jalani Sesar
Menjalani operasi sesar harus tetap berpikiran positif. Gak perlu minder apalagi malu karena tak bisa melahirkan normal hanya karena alasan takut dikira perempuan manja lah, gak kuat lah, cengeng lah, apa lah apa lah, sebab setiap perempuan tetap akan menjadi ibu mau dia bersalin normal atau sesar. Dokter juga gak ujug ujug memutuskan sesar karena ada kondisi tertentu yang mengharuskan seorang perempuan tidak bisa bersalin normal. Berikut beberapa tips yang bisa kuberikan supaya bisa enjoy meski bersalin sesar.
Pertama, meski suami atau anggota keluarga adalah pro-normal akut, sebagai perempuan, kita harus tetap membuat rencana kelahiran fleksibel.
Gak ada yang tahu apa yang akan terjadi dengan tubuh kita dihari-H. Aku misalnya, sedari awal sudah mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk persalinan normal, eeeh mentok di bukaan 5, udah lemes duluan, dan akhirnya gak ada lagi tenaga untuk ngeden dan melanjutkan bukaan hingga 10. Meski demikian, pastikan dokter konsultasi kandunganmu adalah dokter yang pro-normal. Jangan takut bertanya pada dokter saat pertama kali berkonsultasi perihal tersebut, atau kamu bisa mengetahui rekam jejak sang dokter dari mantan-mantan pasiennya.
Sebelum memutuskan sesar, Dokter Semadi sempat memberitahukanku bahwa jika aku tetap mau melahirkan normal (dengan kondisi mentok di bukaan 5) aku bisa memilih opsi lain, persalinan normal tanpa rasa nyeri dengan teknik Intrathecal Labour Analgesia (ILA). Meski demikian, Dokter Semadi mengatakan tak ada jaminan juga teknik baru ini 100 persen berhasil. Semua keputusan akhirnya ada padaku, sampai akhirnya aku dan suami memutuskan opsi sesar.
Kedua, cari tahu semua hal terkait biaya persalinan normal juga sesar di rumah sakit atau klinik tempat kamu berencana melakukan persalinan.
Kisaran melahirkan normal di rumah sakit biasanya 6-7 juta, sedangkan sesar 12-25 juta tergantung jenis kamar yang dipilih. Persalinan di klinik atau bidan tentunya lebih murah dari itu, mungkin separuh atau sepertiganya.
Hitung seluruh tarif perkiraan persalinan, mulai dari biaya kamar, perawatan ibu dan bayi, biaya tindakan persalinan, pemeriksaan darah, cek lab standar, paket bayi, dan tak lupa obat. Tujuannya biar bisa menyesuaikan dengan budget yang kita punya.
Syukur syukur jika kantormu atau kantor suami memberikan tanggungan asuransi melahirkan atau penggantian penuh atau separuh biaya persalinan. Pake BPJS bahkan bisa gratis lho, cuma sebagian orang masih menganggap pengurusannya rada ribet.
Ketiga, jika memungkinkan, minta izin supaya kamu bisa ditemani oleh satu anggota keluarga, suami atau orang tua saat menjalani operasi sesar.
Bagi suami yang ingin mengabadikan proses kelahiran buah hatinya juga bisa meminta izin untuk membawa kamera atau kamera video misalnya. Memang, tidak semua rumah sakit bisa mengabulkan permintaan seperti ini, termasuk RSIA Puri Bunda tempatku bersalin.
Keempat, latihan pernapasan.
Latihan pernapasan dan relaksasi yang (mungkin) sudah kamu pelajari untuk persiapan bersalin normal tetap bisa digunakan untuk sesar. Bernapas dan relaksasi sangat membantu menenangkanmu sebelum dioperasi.
Kelima, kamu perlu tahu anestesi dan obat yang digunakan dalam proses sesar di rumah sakit atau klinik bersalin pilihanmu.
Biasanya dokter kandungan akan memberitahukan saat persiapan operasi. Tak ada salahnya juga bertanya adakah efek samping dari obat atau anestesi yang digunakan yang bisa berdampak ke ibu atau bayinya.
Keenam, jika kamu kuat mental dan yakin, minta izin pada dokter supaya bisa menyaksian proses kelahiran bayi melalui cermin di ruang operasi.
Minta izin juga supaya diperkenankan kontak fisik langsung dengan bayi begitu dia lahir. Kamu bahkan tetap bisa melakukan inisiasi menyusui dini seperti halnya wanita lain yang bersalin normal.
Ketujuh, selama hamil jangan cuma membaca serba-serbi seputar persalinan normal doang.
Kita juga perlu memiliki pengetahuan tentang kelahiran sesar. Satu hal yang perlu diingat adalah tidak peduli normal, sesar, ILA, induksi, endebla endebla bla bla, yang namanya melahirkan tujuannya tetap sama, bayi sehat dan ibu selamat.
Tips Sehat Setelah Lahiran Sesar
Bagaimana setelah operasi? Berdasarkan pengalamanku sendiri, ada beberapa aturan yang perlu ditaati perempuan yang bersalin sesar.
1. Jangan segan minta tolong
Mau semandiri apapun kamu sebelumnya, setelah melahirkan secara sesar kamu pasti akan kelelahan juga. Jangan segan untuk minta bantuan pada suami, ibu, adik, kakak, atau siapapun yang berada di sampingmu. Bersabarlah sampai luka sayatan operasi benar-benar kering.
2. Telaten merawat bekas luka
Setelah operasi, kamu perlu mengikuti petunjuk dokter soal perawatan luka bekas operasi. Dokter Semadi sendiri selain meresepiku dua jenis obat juga memberikan gel khusus (mereknya kalo gak salah Mederma) untuk menyamarkan bekas lukaku sehabis operasi. Pemakaiannya harus teratur selama sebulan pertama setelah luka menutup sempurna. Jangan kelamaan merawat bekas luka ini. Lebih cepat, lebih baik.
Selain teratur pengobatannya, kamu perlu juga hati-hati memilih baju. Jangan buru-buru pake celana ketat yang menekan perut. Aku sendiri terus pake daster selama dua minggu pertama usai operasi. Kalo mandi, jangan buru-buru menggosok atau membersihkan bagian bekas operasi. Oya, mandinya cukup sekali sehari dulu.
3. Hindari makanan pedas
Ibu yang baru melahirkan mudah merasa lapar. Jika kamu melahirkan sesar, jangan buru-buru kembali mengonsumsi makanan pedas. Pesan ini juga penting buat cewek-cewek minang yang doyan cabe sepertiku. Hehehe. Sebaliknya perbanyak makan biji-bijian, apakah itu kacang ijo, kacang kedelai, buah, dan tentunya sayuran. Ini bukan cuma baik untuk penyembuhan luka, tapi juga bagus untuk meningkatkan produksi ASI.
4. Hati-hati bergerak
Operasi sesar itu ya operasi perut. Artinya, perut kamu dibelah buat ngeluarin bayi. Penyembuhannya harus hati-hati, jadi jaga gerakan dan aktivitasmu di rumah. Jangan kebanyakan beraktivitas yang membutuhkan ekstra tenaga, misalnya jalan cepat, membungkuk, menekuk lutut, naik turun tangga. Prinsipnya, cukup jaga dirimu dan bayimu, lainnya serahkan pada orang lain.
5. Usahakan jangan sakit
Sadis bener yak perintahnya? Tapi benar lho. Perempuan sesar gak boleh sakit. Batuk dan bersin saja sudah cukup membuatmu menderita merasakan nyeri di luka bekas sayatan. Batuknya harus pelan kayak putri jawa keraton lagi ngomong. Hindari makanan yang bikin kamu sering kentut dan sembelit. Kentut keras-keras juga bisa membuatmu merinding disko menahan sakit 😀
6. Kurangi tertawa, apalagi ngakak
Sesar membuat seseorang harus pandai-pandai mengendalikan rasa humornya. Jangan sampai kamu tertawa ngakak. Sebagaimana batuk dan bersin, tertawa dan ngakak juga memberi sensasi sakit luar biasa pada bekas luka. Menangis terlalu keras juga dilarang.
7. Tetap hepi
Bahagia adalah menu wajib para ibu menyusui sebab produksi ASI dipengaruhi hormon oksitoksin yang hanya bisa dihasilkan seseorang saat dia merasa bahagia. Dengan kata lain, kamu dilarang stres. Tetap ceria karena kini kamu sudah memiliki bayi kesayangan.
Proses kelahiran Mae sangat menakjubkan, namun berlebihan juga jika ada yang bilang operasi sesar itu seperti neraka yang menakutkan. Sebulan setelah operasi, aku merasa sudah fit lagi. Percaya atau tidak, diakhir minggu ketiga aku bahkan sudah bisa bawa motor dan belanja ke pasar sendiri.
A woman’s body is amazing and I believe surgery can be sacred. Cukup serahkan hidup matimu pada Allah melalui tangan doktermu yang sudah menyelamatkan banyak nyawa ibu dan bayinya setiap hari.
Leave a Comment