Kupandangi anakku dalam balutan selimutnya malam itu, 11 Agustus 2016. Maetami, you are two months old today. Bulan ini tentu lebih baik dari bulan sebelumnya. Putriku sayang lebih banyak tersenyum dan tertawa padaku.
Merawat Mae dua bulan pertama kehidupannya 99 persen membuatku bahagia. Satu persen yang tersisa adalah lelah dan lapar. Hahaha. Ya, bersama si kecil membuatku lupa akan rasa pegal di punggungku, lupa akan berat badan yang masih belum normal, lupa akan bau pesing saat mengganti popoknya, lupa akan bau badan sendiri yang selalu terlambat mandi setiap harinya, lupa akan tangan super pegal karena menggendong ‘anak kicik’ yang beratnya 5 kg dan panjang 58 cm, tapi tidak berusaha lupa bahwa aku juga harus berbagi kasih sayang dengan suami tercinta. Jangan sampai bapake protes dan merasa dicuekin istri setelah punya anak. Hihihi.
Ibu dan ayah udah gak di Denpasar lagi sehingga resmi sudah per 5 Agustus aku menjadi full time mommy. Agustus juga bulan terakhir masa cuti karena September nanti aku kembali masuk kerja, berburu berita di lapangan. Aku mulai menikmati hari-hari merawat Mae berdua saja dengan mas, mulai dari memandikannya sendiri, ganti popok, nina bobok-in, ke dokter, dan rapih-rapih rumah juga.
Perkembangan Maetami Dua Bulan Pertama
Apa istimewanya dua bulan Mae? Jawabannya buanyaaaaaaaak. Hehehe, nanti deh diceritain. Yang jelas, masing-masing bayi memiliki tumbuh kembang berbeda. Jangankan bayi yang terlahir dari lain ibu, bayi kembar yang satu perut aja bisa berbeda loh perkembangannya. So, gak perlu ambil pusing jika ada yang nyinyir karena bayimu melakukan sesuatu yang lebih awal atau lebih lambat dari bayi-bayi lainnya.
Tidur siang lebih pendek
Memasuki usia dua bulan, pola tidur Mae kembali berubah. Mae tidur lebih singkat siang hari sekitar 4 jam dan lebih lama malam hari sekitar 8 jam. Syukurnya Mae tidak lagi rewel. Meski matanya tidak terpejam, dia bisa main sendiri, ngoceh sendiri, atau lihat kanan kiri, umumnya mencari warna-warni terang, cahaya, atau gambar televisi. Ya, Mae tertarik sekali dengan segala sesuatu yang blink-blink alias berkilau.
Gak ada lagi sarung tangan untuk Mae. Kaos kaki pun cuma dipake kalo cuaca lembab. Pernah kami membawa Mae ke baby spa pake sarung tangan, langsung kena semprot deh sama ibunya. Katanya, masuk dua bulan seharusnya sarung tangan bayi dilepas untuk menstimulasi motorik halusnya. Bayi juga semestinya di usia ini belajar memasukkan jari ke dalam mulutnya. Memakaikan sarung tangan cuma menghalangi bayi mengeksplorasi kemampuan makannya. Ibunnya cukup mastiin tangan anaknya bersih.
Betah lama-lama di bouncer
Siapa sih penemu bouncer? Hehehe. Terima kasih sekali karena di zaman Mae sudah ada alat ini. Bayi kecilku duduk begitu nyamannya di bouncer ‘Sugar Baby’ yang menjadi kado dari salah seorang teman papanya. Bouncer sangat membantu saat aku harus shalat, nyetrika, atau masak di rumah. Tak perlu takut Mae nangis atau minta digendong. Cukup taruh di bouncernya dan rata-rata 30 menit berikutnya aku bisa melakukan hal lain.
Mempunyai bayi tak ubahnya seperti pembalap, berpacu dengan waktu. Manfaatkan waktu sebaik mungkin kala si bayi tidak menangis atau sedang tidur. Gak ada cerita deh leyeh leyeh buka akun medsos lama-lama pas si kecil lagi anteng. Nanti bisa-bisa kerjaan lain gak kepegang karena si bayi pengen dikekep terus. Sebagai mamah baru yang terbilang addicted sama medsos (Facebook dan Instagram especially), Mae ngajarin aku gimana caranya bersabar dan menahan godaan untuk membuka HP. Hahaha.
Kalo punya bayi itu prinsipnya time is money. 10 menit aja si anak kacang bisa tidur, aku bisa lakuin banyak hal, seperti ikut tidur, mandi atau cuci popoknya. Kalo 10 menit itu dianggurin buat santai-santai hmmm semua bakal kacau. Ujung-ujungnya yang rugi siapa? Ya ibunya juga. Kerjaan bisa numpuk, atau kalo ndak tidur-tidur or istirahat ya ngefek ke produksi ASI. Ibu mana yang gak kepengen anaknya cukup ASI-nya.
Noisemaker berbakat
Mae pintar sekali mencuri perhatian papa dan ibunnya lewat suara. Selain suara kentutnya yang masya Allah tentunya, banyak vokal baru yang Mae tunjukkan jelang usia dua bulan ini. Cooing and babling, demikian istilahnya. I promise to document it all. Namanya juga anak pertama, setiap ibu pastinya ingin selalu ingat kemajuan anaknya dari waktu ke waktu.
Aku sangat bersyukur Mae termasuk bayi yang fokus penglihatannya cepat berkembang. Dia akan memandang orang yang mengajaknya berkomunikasi dengan serius, kemudian meresponsnya dengan suara yang volumenya level sedang hingga tinggi. Berisik deh Mae pokoknya.
Setiap ibu yang mempunyai bayi mungkin sama gilanya sepertiku. Aku sering mengajak Mae bercerita macam-macam, bahkan tak jarang aku curhat padanya, meski pun dia hanya membalas dengan ocehan ‘euuu, errrrrr, nggerrrr.’ Mungkin saja Mae mengerti perkataanku, hanya saja aku yang tak paham apa yang dia katakan.
Aktif bergerak
Subhanallah banget deh, lengan dan kaki Mae menginjak usia dua bulan ini begitu aktif dan kuat. Tendangannya kerasa, atau saat dia menghempaskan lengannya ke kasur menghasilkan bunyi ‘buk!!!’ Gerakan Mae kian tersentak-sentak ketika menonton ibun, papa, atau orang lain yang hadir di hadapannya.
Saat berbaring telentang atau ditelungkupkan, Mae sering melakukan mini push-up atau mini sit-up dengan cara berusaha mengangkat kepala dan dadanya sampai 45 derajat. Meski itu hanya bertahan beberapa detik saja, bidan di Puri Bunda mengatakan itu merangsang Mae untuk mengangkat kepalanya.
Mae sering sekali memegang kepalanya, terutama ketika menyusui. Dia juga gak bisa lagi tidur di bantal sebab ujung-ujungnya aku bakal lihat dia ngesotin pantat seksinya ke bawah, samping kiri dan kanan, pokoknya sampai kepalanya gak di bantal lagi. Hal yang sama juga berlaku pada selimutnya. Kurasa Mae meniru papanya yang sangat tidak suka selimut.
Pendengar yang baik
Mae menjadi pendengar yang baik. Dia akan memperhatikan dengan serius saat papa atau ibunnya berbicara. Dia melihat mulut papa dan ibunnya, bahkan terpesona sembari meresponsnya dengan senyuman atau tawa. Dia seperti suka menonton wajah orang lain yang berbicara padanya. Sebagai orang tua, berikan berbagai ekspresi wajah kala bermain dengan si kecil.
Sangat mudah membuat Mae tersenyum menggemaskan, misalnya saat kugoda dia sehabis pup, mengajaknya mandi (satu-satunya aktivitas yang tak pernah membuat Mae menangis), atau saat nyanyiin dia sebelum tidur. Wajahnya bersinar bahagia. Semoga anak ini menjadi anak yang murah senyum.
Beberapa bayi lahir dengan temperamen berbeda, misalnya kurang terbuka atau tidak mudah menyambut orang yang baru dikenal, tapi hal ini tidak berlaku untuk Mae. Mae sangat mudah akrab dengan lingkungan dan orang-orang sekelilingnya.
Jika tertarik dengan sesuatu, Mae biasanya akan tersenyum, tangan dan kakinya bergerak penuh semangat, berusaha menyentuh lawan bicaranya, memperhatikan orang di depannya dengan fokus, dan menunjukkan ekspresi bahagia. Ini misalnya bisa dlihat saat aku memainkan lagu ‘Odong Odong’ dari YouTube. Mae biasanya akan diam seperti patung di beberapa detik pertama lagu, kemudian lanjut menghentak-hentakkan kaki serta menggoyangkan tangannya. Jika tidak suka, Mae biasanya memberi tahu dengan cara menangis, rewel, batuk, menggeliat, napasnya lebih cepat, atau mengerutkan kening. Kekeke.
Jalan-jalan keluar rumah
Mae keluar dari rumah untuk jalan-jalan pertama kalinya 24 Juli 2016. Papanya membelikannya sebuah stroller bewarna merah-hitam. Sejak itu, setiap Minggu pagi kami berdua pasti mendatangi Taman Niti Mandala Renon bersama. Mae sih berbaring dan berjemur aja, sementara papanya beneran olah raga. Ibunnya? Jadi babysitter dan cuma bisa ngelihatin orang-orang yang seliweran jalan pagi.
Menikmati bulan terakhir cuti, aku berusaha menghabiskan waktu sepenuhnya untuk Mae. Sering mengajaknya berbicara supaya dia tahu bahwa ada orang tuanya setia di sampingnya dan mendukung perkembangannya. Beberapa artikel yang kubaca mengatakan sering-sering merangsang bayi untuk membuat otot-otot perutnya bergerak, melalui respon tertawa misalnya bisa menstimulasi pergerakannya dan akhirnya bisa lebih cepat mengangkat leher hingga berdiri.
To my girl:
Anakku sayang, dua minggu lagi ibun bakal masuk kerja, dan ibun masih belum nemu pengasuh yang bisa ibun percaya buat jagain kamu. Semoga gak lama lagi ketemu ya. Terima kasih Mae, udah ngajarin ibun banyak hal, khususnya pelajaran sabar. Ngabisin tiga bulan cuti bareng sejak kamu masih di perut adalah waktu-waktu ibun yang paling beharga. My life is full with you and I am gonna miss these all when I go back to work!
Leave a Comment