Memeriksa saku celana suami sebelum mengoperasikan mesin cuci mungkin tak cuma aku saja yang melakukannya. Kalian, para istri di sana juga sama bukan? Hehehe.
Hari ini kejadian lagi. Aku juga heran, meski berulang kali Mas sudah kuingatkan, dia masih saja melakukannya. Ya, lupa menaruh uang kembalian ke dompet, mungkin Si Mas habis belanja membeli sesuatu. Uang itu lalu diselipkan di saku celana depan atau belakang, kemudian begitu kotor langsung menaruhnya ke tumpukan pakaian kotor. Akhirnya, tak jarang uang-uang kembalian itu tercuci di mesin cuci.
Lembaran 5 ribuan, 20 ribuan, 50 ribuan, bahkan satu kali uang 100 ribu pernah kutemukan di saku celana Mas. Heran deh, kok bisa sampai pecahan 100 ribu ditaruh begitu saja di saku celana?
Bagi sebagian istri, menemukan uang di saku celana suami bak angin segar. Jujur? Harus dong. Meski ada yang bilang, uang suami adalah uang istri, semua uang yang ditemukan itu tetap saja harus diberitahukan istri kepada suaminya. Meski, ujung-ujungnya si istri bilang, “Uangnya udah mama belanjain ke warung tadi pa.” Hahahaha.
Pas jamannya masih jadi anak kos dulu, kelakuan suami sekarang mungkin sering juga kulakukan. Abis makan di warteg atau belanja ke Indomart/Alfamart, uang kembalian ditaruh begitu saja di saku jaket. Ini karena kebiasaan ‘malas’ bawa dompet kalo keluar. Begitu jaket atau baju itu sudah dicuci dan dipakai kembali, tiba-tiba, “Eh, ada yang nyelip.” 😀 There’s nothing better than when you find IDR 10,000 or 20,000 in your pocket pants. Apalagi kalo nemuinnya di akhir bulan atau pas lagi bokek-bokeknya. Wah, rasanya dapet rejeki nomplok harta karun di tanggal tua.
Balik lagi ke kebiasaan suami. Kebiasaan beginilah yang kadang membuat suami kadang nyeletuk dalam hati, “Gw beli apa aja kemaren-kemaren ya? Kok rasanya jatah bulanan gw cepet banget abisnya?” Jadi, mulai sekarang, simpanlah uang kembalian pada tempatnya wahai para suami. Hehehe.
Next, aku tertarik membahas topik yang sedikit melebar, tentang sifat laki-laki yang begitu mudahnya membelanjakan uang. Beli, beli, beli adalah solusi yang sering diberikan pria saat menemukan trouble dalam rumah tangga. Kaos kaki bolong cuma 0,3 cm langsung beli baru. Kancing kemeja copot satu langsung beli baru. Baju padahal masih muat di lemari langsung dibilang penuh dan beli tambahan lemari baru. Lem sepatu mulai lepas langsung tuh sepatu dibuang dan beli baru. Money can buy everything, seperti itu.
How to deal with wasteful husband?
Apalagi kalo kamu tipikal istri yang dulunya berasal dari keluarga konservatif, misalnya selalu mematikan lampu seluruh rumah saat tidur, menyajikan makanan sesuai porsi perut, uang kembalian tetap harus disimpan, yah, intinya hidup serba minimalis. Begitu berumah tangga, tiba-tiba, duarrrrrrr! Berjodoh dengan suami yang justru kebalikannya, overspending money.
Mas mungkin gak masuk kategori overspending husband itu kali yaaa. Hanya saja ada beberapa jenis pengeluaran mas yang cukup mengejutkanku. Apa itu? Jawabannya adalah gadget dan pernak perniknya.
Hmmm, tarik napas dulu. Let me explain it.
Usia pernikahan aku dan mas baru dua tahun, tapi aku sudah melihat mas ganti ponsel sampai lima kali. It means? Jika dirata-ratain, Mas ganti HP setiap 4,5-5 bulan sekali. Dari perspektif finansial, I would see buying a lot of these new phones as wasteful. Sebagai engineering telekomunikasi, udah ketebak Mas beli HP nya pasti yang bagus duoooong. Barang bagus, harga juga bagus, dan ujung-ujungnya? Duit lagiiii. Hihihi
Pernah beberapa kali iseng aku nanya, apa sih bedanya HP yang ini sama yang ono? HP yang ini kan masih bagus banget? Jawabannya adaaaa aja, dari sisi kamera lah, baterai lah, ukuran lah. Tapi ya susah kalo ini udah jadi hobinya Si Mamas. Dia bahkan pernah nanya balik, kenapa banyak cewek suka beli baju baru? Padahal baju lama kan masih banyak yang muat. Apa bedanya sama HP? Ya beda lah, harga satu HP nya suamik itu bisa beli 20 pasang baju baru istri, kalo dirata-ratain harga HP 5 juta dan harga baju 250 ribu. Kekeke.
Syukurnya Si Mamas orangnya jujur, mau beli apa-apa pasti bilang (meski pernah satu kali kejadian, dia beli HP nya dulu, HP nya lalu disimpen, trus baru minta izin dengan berbagai jurus andalan. Pas udah dapat persetujuan istri, HP barunya langsung dikeluarin. Whatttt? Untungnya istri ngizinin. Kalo enggak?)
Nah, dua minggu terakhir, suamiku tersayang ini sedang lobi-lobi mau beli tambahan AC buat dipasang di ruang tamu. Padahal kita udah pasang AC di kamar. Kita berdua masih belum nemu kata sepakat karena istri masih tidak setuju dan masih nyaman dengan kipas angin di ruang tengah. Hehehe. Yah, kuncinya pandai-pandai lah berkompromi dengan suami.
Trus, gimana dong supaya aktivitas belanja sekunder or tersier suami istri tetap jalan tanpa mengganggu tabungan or simpanan bulanan? Caranya adalah saving money di akun bank terpisah. ATM-nya bukan ATM yang biasa digunakan untuk transaksi tarik tunai bulanan atau ATM untuk tabungan dan terima gaji bulanan.
Untuk hal ini, sejak pertengahan 2015 aku dan mas sudah mulai mempraktikkannya. Kami menyebutnya Uang Darurat. Artinya, uang ini baru bisa digunakan untuk keperluan-keperluan dadakan. Setiap bulan, baik aku maupun mas dari gaji masing-masing mentransfer Rp 500 ribu ke rekening yang sama. Uang ini terpisah dan berbeda dari simpanan bulanan lhooo. ATM khusus itu hanya boleh digunakan sewaktu-waktu saja jika benar-benar diperlukan. Alhamdulillah yaaa, kebantu banget, khususnya di masa-masa lagi BU alias Butuh Uang. Hehehe.
Jumlahnya mungkin tak seberapa. Tapi masih ingat pesan orang tua pas kecil dulu kan? Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Coba deh, pasti bermanfaat banget.
Oke deh, sekian dulu cap cip cup-nya hari ini. May you always be happy today, tomorrow and always 😀
Leave a Comment