https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=G-8K50HN0MMT window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag(‘js’, new Date()); gtag(‘config’, ‘G-8K50HN0MMT’);

We Made It (Wedding Anniversary)


Duduk manis di depan laptop setelah pekan kemarin sibuk bolak-balik liputan Denpasar-Nusa Dua untuk acara Bali Clean Energy Forum (BCEF). Kuluangkan kembali waktu di sela pekerjaan untuk menikmati kembali rumah.

14 Februari 2016 adalah hari bersejarah. Dua tahun lalu, seorang teman yang baru saja tiga bulan kukenal mengungkapkan cintanya padaku. Cintanya beda, bukan cinta sebatas coklat, mawar, atau boneka di Hari Valentine, tapi cinta yang mengikatku sebagai teman hidupnya lewat ijab qabul dan cincin pernikahan. 

CYMERA_20160215_184517

Tak ada agenda spesial dihari itu. Aku dan mas bangun pagi seperti biasa, shalat subuh berjamaah, dan doa bersama kami panjatkan semoga Allah SWT senantiasa berkenan menjaga kesucian pernikahan kami, memberikan kebahagiaan di setiap langkah, dan doa khusus, semoga Allah mengizinkan kami berdua menjadi orang tua dari seorang bayi lucu tahun ini.

Minggu pagi nan cerah, aku menyiapkan sarapan untuk mas. Meski Minggu ini adalah hari bersejarah, tapi Minggu kali ini juga jadwalnya kami meng-Ijah bersama. Ya, menjadi Mbok Ijah, bersih-bersih. Aku membersihkan dapur dan seluruh peralatannya, khususnya kompor gas, menyapu rumah dengan teliti sampai ke sela-sela terkecil sebab mas akan melanjutkan dengan mengepel.

Mas di luar pintu mencuci mobilnya, sembari membersihkan batako di samping garasi yang sudah licin dan berlumut. Beberapa kali aku hampir saja terpeleset saat menjemur handuk dan itu membuat mas sangat khawatir. Beres dengan kerjaannya mobilnya, mas membersihkan seluruh kaca rumah, peralatan elektronik, membersihkan kamar mandi, dan mengepel. Selesai sudah kami meng-Ijah sebelum jam 10 pagi.

Waktunya rehat sejenak. Semalam sebelumnya kami sudah membeli cake kecil untuk merayakan hari istimewa ini. No candles allowed, as usual. Sisa balon perayaan sederhana ulang tahun mas 2015 lalu kutiup. Guess what? Mas kan takut balon. Hahaha. Aku terpaksa meniup balon sendiri di kamar, warna kuning dan merah muda. Karena tak ada bunga mawar, kuambil saja gelas panjang di dapur dan meletakkan dua balon manis itu di gelas, sembari dihiasi rumput plastik sebagai pemanis.

Next, saatnya menikmati cake bersama. Sesekali kami tersenyum menatap satu sama lain, mengingat jam 1 siang nanti dua tahun lalu kami menggelar akad nikah di Masjid Nurul Huda di kampung halamanku, Pasaman Barat. Sempat aku menggoda mas dengan jam, mencoba mengenang hari bersejarah itu. Mas balik menggodaku.

Mas bertanya ‘enaknya ngapain ya hari ini?’ Tapi musim hujan di Bali yang fluktuatif membuatku lebih tertarik tidur di pelukan mas sambil menonton film-film Fox Movie Premium di ruang tengah. Just the three of us, aku, mas, dan dedek di perutku.

Dua jam kemudian aku menyiapkan makan siang. Menunya tumis kangkung, ayam goreng, dan tahu gejrot, plus jus tomat dan wortel. Beberapa saat kami sibuk dengan gadget masing-masing. Malamnya kami nonton bareng The Best of Me, drama romantis di Fox Movie yang entah kenapa bisa bikin terharu bareng ^_^

Aku bangun di samping mas setiap hari, seperti hari ini, dan senantiasa berterima kasih pada Allah atas kehadiran mas dalam hidupku. Kesannya cheesy dan klise banget ya? Hehehe, tapi ya, Rifki adalah rekan tim terbaik dalam menjalani kehidupan ini. Kupikir setelah menikah aku merasakan puncak kasih sayangku padanya. Ternyata tidak, aku jauh lebih mencintainya hari ini dibandingkan awal kami menikah dulu.

Mas sangat manis saat rutin mengirim ucapan ‘selamat makan dan istirahat siang’ setiap hari dari kantornya. Chatku penuh dengan emo cinta darinya. Mas manis saat selalu menciumku setiap berangkat dan pulang kerja, atau saat memelukku beberapa menit setiap paginya.

Mas manis saat tanpa gengsi dan malu dia melucu dan berubah menjadi komedian yang membuat hari-hariku penuh tawa. Mas manis saat tak segan dia menangis jika merasa telah membuatku sedih.

Pernikahan, seperti halnya bayi yang belajar berjalan atau berbicara, itu tidak bisa sekadar mengikutinya lewat tips-tips di Majalah Mother&Baby atau Parents. Pernikahan itu harus dijalani sendiri.

Pernikahan itu bagaikan bernapas setiap hari, kadang kita bisa bernapas dengan lega, kadang juga kita bernapas sedikit sesak, bahkan ada yang tak bisa bernapas sama sekali. Intinya, pernikahan itu membangun kehidupan bersama.

Pernikahan adalah cerita dongeng terbesar dalam hidup kita. Semua orang menginginkannya berakhir manis. Oleh sebabnya suami dan istri berusaha sekuat tenaga menyingkirkan kerikil-kerikil kecil dan tajam yang menganggu hubungan suci ini.

I can’t believe how the time has flown. Rasanya baru kemarin aku memakai suntiang pernikahan ala Puti Minang. Rasanya baru kemarin aku dan mas hidup bersama, melakukan aktivitas sehari-hari, seperti memasak, membersihkan rumah, bekerja, membayar tagihan listrik dan air, nonton, makan malam, tidur bareng. Hingga akhirnya kusadari bahwa pernikahan itu tidak statis, tapi dinamis.

Begitu dinamisnya hingga kusadari ada hal-hal kecil dari kami yang berubah, namun sama sekali tak mengurangi manisnya cinta di antara aku dan mas. Tahun lalu mas masih menyukai lagu-lagu punk, rock. Meski sekarang masih sama, tapi kulihat mas lebih sering mendengarkan lagu-lagu up beat atau pop, bahkan lagu-lagu Taylor Swift dan GAC.

Tahun lalu aku masih rutin mendengarkan lagu-lagu BigBang – boy grup Korea kesukaanku – tapi kini aku lebih suka mendengar lagu-lagu lokal, seperti Payung Teduh, Kunto Aji, Yura, bahkan Raisha dan Isyana Saraswati.

Dua tahun lalu mas mungkin tak bisa makan sayur pare, namun kini dia bisa menikmati tumis pare buatanku. Mas dulu merasa aneh minum jus tomat atau wortel, namun demi alasan kesehatan dia pun mengonsumsinya bersamaku kini.

Selera film mas masih sama dari dulu sampai sekarang, physical action, super hero, action-adventure game. Dua tahun lalu aku menyukai film bergenre fantasy, super hero, animasi, atau comic epic. Sekarang? Selera filmku justru berubah dan menjadi sama dengan mas. ACTION!!!

Hal yang tak berubah adalah mas hanya bisa fokus untuk satu hal atau satu kegiatan pada satu waktu, sementara aku bisa multitasking untuk semuanya. Hehehe. Ini mah sudah dari jaman baheula jadi perbedaan dasar laki-laki dan perempuan.

Pernah kuminta mas beli roti tawar dan selai coklat di Indomart. Beberapa menit kemudian kutambah lagi pesananku berupa materai. Hasilnya? Dia pulang dengan membawa selai coklat dan materai, tapi lupa membeli roti tawarnya. Malahan dia membeli snack rumput laut kesukaanya.

Pernah juga di tengah jam kerja aku titip dibelikan gula pasir di Indomart sepulangnya mas kerja. Mungkin mas lupa, malamnya mas justru membeli minyak goreng isi ulang. Yah, begitulah, Pak Rifki tak bisa fokus pada hal baru jika sedang mengerjakan hal lain 😀

Kisah dua tahun pernikahanku dan mas sama seperti di bab-bab di buku cerita. Ada hari-hari dimana aku merasa seperti Cinderella yang melakukan tugas-tugas tak terhitung jumlahnya di sekitar rumah. Ada saat-saat dimana aku bak ratu yang dilayani begitu manis oleh sang raja. Kini aku begitu menikmati menjadi istri hamil yang manja dan rewel dan tak lama lagi akan menjadi seorang ibu. Insya Allah.

Selamat ulang tahun pernikahan yang kedua mas. Terima kasih telah membuat satu per satu impian kecilku menjadi nyata. There is so much we have done, learned, experienced and achieved. We did it together!


One response to “We Made It (Wedding Anniversary)”

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Blog at WordPress.com.