Saat memutuskan siap untuk menikah dulu, aku terus berpikir serius tentang bagaimana cara membumbui kehidupan pernikahan kami nanti? Sehari setelah resepsi, di rumahku di Pasaman Barat, aku melihat betapa lahapnya mas menyantap sarapan pagi buatan ibuku. Nasi panas, rendang lokan (kerang), ikan kembung bakar, sayur tumis, dan segelas teh manis hangat.
Pernah menonton film ‘Julie & Julia’ ? Film ini mengajarkan pada kita bahwa makanan bisa membuat pasangan saling memahami satu sama lain. Makanan bisa mengikat hubungan suami istri semakin erat. Thomas Wolfe, novelis Amerika yang terkenal pernah mengatakan, “Tidak ada pemandangan lebih indah di muka Bumi ini selain melihat seorang wanita membuat makan malam untuk orang yang dia cintai.” You know what? Aku semakin sadar, food is sensual!
Ibu sering menggodaku, salah satu alasan ayah jatuh cinta padanya karena ibu punya keterampilan memasak super saiya. Rendang daging, rendang lokan, ikan pacak, soto padang, bubur ikan, gulai kepala ikan, gulai telur ikan, sup ayam, sate ayam, samba lado ikan asin, semua ada di luar kepala ibuku. Wajar jika ayah – meskipun sudah makan di luar jika ada pekerjaan – tetap saja akan makan lagi di rumah, khususnya makan malam.
Ketika masih berstatus pasutri baru, tahun lalu aku berusaha keras belajar memasak. Bukannya aku tak bisa, tapi jujur saja, terakhir aku memasak serius itu 2003, ketika kelas II SMA dan ibu harus pergi ke Kalimantan Barat selama tiga minggu. Ketika itu, ibu menitipkan ayah dan Sandy padaku. Tahu artinya kan? Aku menggantikan seluruh pekerjaan ibu, mulai dari membangunkan mereka pagi-pagi, membuat sarapan, makan siang, makan malam, mencuci piring, hingga mencuci seragam sekolah.
Begitu merantau dan kuliah di IPB, aku menyadari bahwa beli makanan di warteg bara lebih murah dibanding memasak sendiri. Hidupku akhirnya terbebas dari kompor dan pasar tradisional hingga sembilan tahun kemudian. Setelah menikah, aku bertekad harus menemukan kembali minat memasak itu.
Langkah pertama yang kulakukan adalah mencari berbagai referensi menu makanan dan cara memasaknya. Suamiku memang berdarah minang, namun dia sama sekali tidak suka makanan super pedas seperti orang minang pada umumnya. Alhasil, aku harus belajar masak ala menu-menu Jawa atau oriental, seperti tempe orek, tahu isi, capcay kuah, cumi saos tiram, kembang kol sayur santan, sayur lodeh, goreng ayam kremes, hingga aku punya satu map khusus cara memasaknya.
Selama beberapa waktu aku begitu terpaku pada arahan si buku masak. Lama kelamaan, aku menyimpan buku itu dan memilih untuk memasak dengan caraku sendiri. Aroma dan rasa masakanku yang masih ‘labil’ itu akhirnya menciptakan sesuatu yang baru dan segar ala Muthe herself.
Mengapa wanita sering kesulitan memasak? Dari pengalamanku, alasan pertama karena wanita kurang sering bereksperimen. Mereka takut gagal, sehingga dibutakan oleh serangkaian angka dan takaran dari buku masak. Hasil akhirnya wanita lebih sering kebingungan dan salah menambahkan gula dengan garam, atau mungkin mengganti bubuk merica dengan ketumbar. Bagiku, kelengkapan bumbu-bumbu dasar di dapur bisa membuatku bereksperimen memasak apa saja. Bumbu-bumbu dasar itu adalah garam, gula, kecap, bawang merah, bawang putih, cabai, kemiri, merica atau lada, ketumbar, lengkuas, jahe, kunyit, sereh, daun salam, dan daun jeruk.
Untuk sahabatku, khususnya wanita yang baru menikah di luar sana. Ketahuilah bahwa menikah dengan wanita cantik pastinya menjadi impian seorang pria, namun menikahi wanita yang pandai memasak akan selalu disyukuri pria sepanjang hidupnya.
Ya, aku tahu, kita hidup diabad ke-21 dimana wanita boleh saja tidak bisa memasak. Namun, tak inginkah kita menghidangkan makanan buatan sendiri untuk suami tercinta? Aku tak melihat bahwa memasak menjadi beban yang memberatkan wanita untuk menyegerakan menikah. Sedih rasanya jika mendengar ada wanita yang berkata, “Aku belum siap menikah, aku masih ingin bekerja dan aku juga belum bisa masak.” What? Come on, belajar memasak adalah proses dan bukan satu bentuk penindasan terhadap seorang wanita. Kamu tak akan pernah menjadi budak kompor.
Baru setahun menikah, alhamdulillah aku sudah bisa menyajikan beberapa menu berbeda untuk suami.
Pentingnya Istri Bisa Masak
Aku tak berpandangan bahwa seorang istri harus berada tiga kali sehari di dapur untuk menyiapkan sarapan, bekal makan siang, dan makan malam untuk suaminya. Apa yang kurasakan adalah wanita akan tampak lebih cantik dan lebih keren jika dia tahu bumbu dapur, tahu bahan masakan, tahu peralatan dapur, tahu cara memasak hidangan meski hanya sekali sehari untuk suaminya. Itu akan menjadi sebuah penghargaan untuk si istri dan juga suami. Mengapa aku merasa wanita perlu belajar memasak untuk suaminya?
1. Suamimu adalah ayah dari anak-anakmu
Suamimu kelak akan menjadi ayah dari anak-anakmu. Meski seorang istri belum dikaruniai anak sekalipun, dia harus mengurus suaminya untuk memastikan keturunan yang baik. Anak adalah investasi masa depan. Jadi, salah satu cara terbaik yang bisa dilakukan adalah menyiapkan makanan lezat dan sehat untuk mereka.
2. Memasak salah satu cara berterima kasih pada suami
Dari Abdullah bin Amr RA, Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak mau melihat istri yang tidak berterima kasih atas kebaikan suaminya.” (HR Nasa’i). Nah, salah satu cara istri berterima kasih kepada suaminya adalah memasak untuk suami dan menemani suami makan.
Dari Mu’adz RA, Nabi juga pernah bersabda, “Sekiranya seorang istri mengetahui betapa besar kewajibanya kepada suaminya, niscaya ia tidak akan mau duduk selama suaminya makan siang dan malam hingga selesai.” (HR Thabarani). Istri yang tahu berterima kasih akan selalu menggembirakan hati suaminya, selalu tersenyum, memberi pandangan mesra, dan selalu memanjatkan doa untuk suaminya.
3. Perut suami butuh perhatian
Tak salah jika pria dikatakan memiliki perut karet. Pria suka makan, itu faktanya. Pria mudah jatuh cinta pada wanita yang pintar memasak. Bagi sebagian pria, wanita bertubuh tidak sempurna sekalipun akan tetap cantik dan keren ketika memakai celemek di dapur.
4. Memasak itu ibadah
Ribuan tahun lamanya wanita di seluruh dunia bisa memasak. Memasak untuk suami adalah pekerjaan mulia bagi wanita. Allah pun tersenyum pada kita.
5. Istri pintar memasak kebanggaan suami
Wanita pintar memasak adalah bentuk kebanggaan untuk suami. Ketika jam makan siang, rekan sekantor suami bisa saja mengajak makan bersama. Betapa indahnya ketika suami dengan bangga mengatakan, “Istriku sudah membekaliku nasi rendang dan tumis kangkung, terima kasih.” Kedengarannya lucu, namun romantis. Suami-suami sekarang kadang tak segan memosting foto masakan istri ke akun Instagram, Twitter, atau Facebook mereka.
Istri juga bersenang hati jika suami memuji masakannya. Waktu pertama kali mas memuji ayam goreng kremes buatanku, bahagianya tak bisa kulukiskan. Semua capek di dapur ketika membuatnya hilang begitu saja.
Memasak sebetulnya bukan hobi yang wah, melainkan hanya bagian dari daftar panjang pekerjaan rumah yang dilakukan seorang wanita. Jadi, memasak bukanlah beban. Awalnya seorang wanita mungkin butuh waktu lebih lama memasak di dapur, namun setelah terbiasa, wanita bisa berkompromi dengan waktu, kecepatan, sekaligus kelezatan masakannya. Cooking is fun!
Leave a Comment