Review film "Jurrasic World"
Review film "Jurrasic World"

Bangun tidur disuatu pagi akhir pekan 13 Juni 2015, mas tiba-tiba meraih ponsel di sampingnya. Aku yang masih setengah mengantuk terjaga dan ikut memperhatikan apa yang dilakukan mas, eh ternyata dia membuka aplikasi Cinemax dan melihat sejumlah film hari itu.

Terakhir kalinya 23 Mei lalu mas mengajakku menonton Tomorrow Land. Pagi ini, begitu melihat Jurassic World, wajahnya tampak girang. Ya, sebagai pasangan suami istri yang sama-sama movieholic jelas saja menonton di bioskop sembari merebahkan kepala di bahu masing-masing adalah cara paling romantis menghabiskan akhir pekan.

Menandai kalender film-film menarik yang coming soon, membahas review film bersama, saling mengulas scene-scene atau dialog yang sedikit membingungkan sangat kami nikmati. Lupakan candle light dinner di restoran mahal atau wisata ke taman hiburan. Mohon maaf yang tidak sepakat. Hehehe.

Jurassic World udah tayang ni. Sore nonton yuk?” tanya mas padaku.

Aku pun tersenyum, “Oke, captain,” jawabku. 

Jurrasic World review
Jurrasic World review

Transaksi pembelian tiket langsung diproses saat itu juga. Ya, kami memang berlangganan M-Tix sejak awal tahun 2015. Awalnya datang langsung ke bioskop dan antri membeli tiket seperti penonton lainnya. Namun ini Bali, bukan Jakarta yang jarak kurang dari lima kilometer sudah ketemu mall. Bioskop yang dekat dari rumah kami di Dalung, Denpasar Barat cuma Mall Bali Galeria.

Jika ke Beachwalk atau Lippo Mall Kuta dipastikan kami akan berakhir dengan seat paling depan atau kehabisan tiket. Berlangganan M-Tix menjadi solusi cerdas. Kami tak harus antri beli tiket, bisa datang injury time lima menit sebelum film dimulai, serta pilihan seat terbaik, di deretan E atau F. Eh, kok malah kelamaan promosi M-Tix ya? Hehehe.

Ini semua tentang dinosaurus. Ya, kita semua tahu bahwa Steven Spielberg adalah pencetus film Jurassic Park perdana pada 1993 lalu. Sekuel terakhirnya adalah Jurassic Park III pada 2001. Tak heran jika 15 tahun berlalu orang-orang (me and my hubby of course) begitu merindukan film yang sama dengan nuansa berbeda, hingga muncullah Jurassic World alias Jurassic Park IV.

Film ini mencetak sukses gemilang dengan menjadi film perdana yang meraih 500 juta dolar AS setelah sepekan pemutaran di bioskop. Rekor ini mengalahkan Harry Potter and the Deathly Hallows yang hanya mencetak 487 juta dolar AS pada pekan pertama pemutarannya.

Nah, Jurassic World ini bercerita tentang kekacauan yang terjadi di kota tepatnya 22 tahun setelah cerita di film Jurassic Park terakhir. Orang-orang mulai melupakan bencana sebelumnya dan membuka kembali taman wisata dinosaurus di Pulau Isla Nublar, Costarica. Penasaran lokasinya? Lihat aja di peta 😀

Satwaliar yang sudah punah ini muncul diera baru nan modern. Pulau Isla Nublar dilengkapi segudang fasilitas, mulai dari restoran, hotel, taman bermain, klub malam, hingga hutan tempat dinosaurus hidup. Cerita bermula dari dua orang bersaudara, Zach (diperankan Nick Robinson) dan adiknya, Gray Mitchell (diperankan Ty Simpkins) datang ke pulau tersebut untuk berlibur sekaligus berjumpa dengan bibi mereka, Claire (diperankan Bryce Dallas Howard) yang menjadi Manajer Operasional di taman wisata itu.

Banyak Pesan Moral dan Edukasi

Saya tak akan mereview terlalu banyak tentang film yang membuat saya begitu menikmati menit demi menit adegannya di sini. Saya juga tak ingin berkomentar dari sisi palaentologis. Yang pastinya, Jurassic World bisa membuat seorang palaentologis sekalipun bisa melupakan beberapa sisi kelemahan ilmiah di film ini dan berbalik merasa sangat terhibur setelah menontonnya. Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari film ini.

1. Anak-anak belajar mencintai satwa

Ya, Sea World dan begitu banyak kebun binatang di Indonesia dan dunia bisa begitu menginspirasi anak-anak untuk belajar dan mencintai satwaliar. Namun, jangan pernah melupakan bahwa wahana yang menampilkan satwaliar ini tetap saja berfungsi konservasi. Jika konservasi disalahgunakan untuk meraih profit dan mengeksploitasi hewan, maka akan berujung fatal.

Jurassic World bisa mendorong anak-anak saat ini untuk belajar lebih banyak tentang dinosaurus, tak ubahnya seperti Zach dan Gray yang begitu memahami berbagai spesies dan perilaku dinosaurus. Anak-anak bisa mencari sejarah mendalam tentang planet ini, berikut hubungan antara manusia dengan alam setelah menontonnya. Mereka juga bisa semakin rajin mengunjungi museum satwa, dan banyak lagi dampak positif yang didapat dari film ini.

Ingin tahu apa saja spesies dino yang muncul di Jurassic World? Mereka adalah ankylosaurus, apatosaurus, baryonyx, dimorphodon, edmontosaurus, gallimimus, metriacanthosaurus, microceratus, mosasaurus, pachycephalosaurus, parasaurolophus, pteranodon, stegosaurus, suchomimus, triceratops, dan tyrannosaurus rex alias T rex.

Pro kontra hewan hasil rekayasa genetik

2. Hewan rekayasa genetik masih memicu perdebatan

Kedengarannya sangat konyol ketika Claire mengatakan bahwa perusahaannya merasa perlu melakukan rekayasa genetik untuk mendapatkan jenis dinosaurus baru demi kepuasan konsumen. T rex dianggap tak lagi menarik, sehingga hibrid barunya diperlukan untuk menjamin keberlangsungan bisnis perusahaan. Mereka akhirnya menciptakan spesies baru bernama Indominus rex yang akhirnya menimbulkan masalah dalam plot cerita ini.

Indominus rex adalah gabungan genetik dari dua spesies utama dino, yaitu tyrannosaurus dan raptor ditambah dengan jenis hewan lainnya. Anatomi tubuhnya sangat kompleks, sehingga dino baru ini bisa berkamuflase seperti bunglon, kemampuan hibernasi atau adaptasi yang tinggi terhadap berbagai macam suhu, pintar, sekaligus super kuat.

Secara tak langsung saya melihat bahwa Amerika kembali memblow up isu tentang perdebatan hewan hasil rekayasa genetik, setelah puluhan tahun silam mereka berhasil melakukan skema genetically modified organism (GMO) pada tanaman, khususnya pangan.

3. Isolasi hewan itu menyiksa

Mengisolasi hewan di dalam kandang, menjauhkan mereka dari habitat aslinya, mengabaikan nilai-nilai alami dan kesehatan mental mereka itu sangat menyiksa. Inilah yang dirasakan Indominus rex. Spesies baru di cerita ini diisolasi sedemikian rupa, tanpa teman sejenis yang bisa diajak bersosialisasi, juga tanpa adanya komunikasi. Hanya dia satu-satunya makhluk hidup yang bergerak di kandang isolasi itu. Dia besar dengan dirinya sendiri dan tak mengenal lingkungan di luar itu.

Begitu Indominus rex berkesempatan menjebol kandangnya, dino ini menjadi buas dan membunuh seluruh makhluk hidup yang bergerak di sekitarnya. Isolasi hewan dengan cara-cara yang tidak berperikehewanan bisa memperpendek rentang hidup mereka. Awalnya mereka akan stres dan berujung kematian.

4. Manusia dan hewan bisa berkomunikasi

Owen, diperankan Chris Pratt adalah salah seorang pelatih hewan atau pawang dino yang bermain sebagai protagonis utama di film ini. Dia memiliki komunikasi baik dengan dino-dino yang dilatihnya, khususnya empat ekor velociraptor lincah bernama Blue, Charlie, Delta, dan Echo.

Velociraptor sering disebut pencuri yang gesit. Ini adalah sejenis dino pemangsa seperti Tyrannosaurus, hanya berbadan lebih kecil dan biasa hidup berkelompok. Gerakan velo sangat cepat, dan termasuk dino yang paling cerdik dengan indra penciuman dan pendengaran supertajam untuk mendeteksi mangsa.

Owen mengajarkan kita bahwa batas-batas komunikasi dengan hewan terbuas sekalipun bisa ditembus manusia. Owen sering berada dalam banyak tekanan di adegan film ini, seperti ketika dia menyelamatkan seorang pemberi makan dino yang tak sengaja terjatuh dari ketinggian ke kandang velo. Berkat kemampuannya berkomunikasi dengan dino, diakhir cerita Owen diselamatkan oleh salah satu velociraptor yang dilatihnya ketika nyawanya terancam dengan kehadiran Indominus rex.

Simon Masrani, diperankan Irrfan Khan yang memiliki taman wisata ini dalam salah satu dialog di film mengatakan manusia bisa menafsirkan emosi dino yang ada di hadapannya. Bagaimana caranya? Dengan melihat mata mereka.

Seberapa Bagus Film Ini untuk Anak?

Orang tua yang berencana mengajak anak-anak mereka untuk menyaksikan film ini harus tahu lebih dulu bahwa film ini memang sedikit ekstrem dari tiga sekuel terdahulu.

Taman wisata dino kali ini disetting lebih terbuka, sehingga ketika ada adegan sekumpulan dinosaurus mengamuk, mereka akan menyaksikan banyak adegan pemangsaan. Salah satu contohnya adegan Mosasaurus melompat keluar dari kolam renang dan memakan hiu. Spesies ini juga yang memangsa Indominus rex diakhir cerita.

Dimorphodon, spesies dino terbang juga tampak menakutkan ketika menjepit tubuh asisten Claire yang ditugaskan mendampingi Zach dan Gray dengan paruh besar dan tajamnya. Banyak juga adegan intens berupa ketegangan dan anak-anak yang terancam bahaya ketika Indominus rex memasuki wilayah utama taman.

Beberapa scene menunjukkan dengan jelas orang yang dimakan dino, dicabik tubuhnya, diinjak, hingga terluka parah. Namun, pemandangan ini tidak akan terlalu berdarah seperti di film-film thriller lainnya. Ada juga satu atau dua adegan ciuman yang tentunya harus bisa dikontrol orang tua. Pastikan Anda mendampingi anak-anak Anda ketika menontonnya.

Couple yang mencuri hati

Kekuatan hubungan antara kakak adik, Zach dan Gray difilm ini juga pantas mendapat tepuk tangan meriah. Zach awalnya seorang kakak yang cuek dan tak ingin terlalu peduli dengan adiknya. Dalam kondisi genting, keduanya akhirnya saling menjaga dan saling menguatkan.

Anyway, Jurassic World memang film tentang peristiwa rantai makanan yang terjadi di alam. Tapi, film ini lebih jauh menceritakan kepada kita bagaimana manusia dan hewan selayaknya berhubungan harmonis di Bumi yang sama dan saling berdampingan untuk bertahan hidup. It’s only a fortnight away. Selamat menonton, mumpung filmnya masih diputer dibioskop.

We congratulate Jurassic Park on defeating the Avengers and Harry Potter and the Deathly Hallows. Many thanks also to my hubby yang udah ngajak saya nonton film keren lagi akhir pekan ini.

Share:

Leave a Comment