Bayangkan jika setiap tetes serum yang kamu oleskan di wajah kamu bukan hanya merawat kulitmu, tapi juga menyelamatkan sepetak hutan, memberdayakan petani lokal, dan mengurangi limbah plastik di laut.
Fantastis? Tidak juga. Ini adalah mimpi yang sedang diwujudkan oleh gerakan conscious beauty, dan salah satu pelopornya adalah Arcia, sebuah brand kecantikan yang lahir dari hati, oleh tangan-tangan yang peduli pada bumi dan manusia.
Kita hidup di zaman di mana tampil cantik sering kali berarti menumpuk produk, membuang kemasan, dan kadang tanpa sadar menyokong praktik industri yang tidak etis.
Tapi kini, semakin banyak konsumen mulai bertanya: dari mana asal bahan-bahan dalam skincare-ku? Apakah binatang harus disiksa demi lipstik yang ku pakai? Ke mana perginya botol serumku setelah dibuang?
Jawaban dari semua pertanyaan ini membawa kita ke sebuah gerakan baru: Glow & Grow, Beauty That Rebuilds.
Arcia berawal dari mimpi tahun 2019
Jumat, 25 April 2025, aku kebetulan ikutan workshop Glow & Grow: Beauty That Rebuilds bareng Kak YenniAnggraeni, COO/ Founder Arcia. Waktu ikut workshop langsung bareng Kak Yenni, tahu nggak kesan pertama yang langsung nempel di kepalaku tentang dia?
Kak Yenni ini, nggak kayak kebanyakan narasumber beauty enthusiast yang biasanya tampil full makeup dengan kulit glowing, riasan tebal, dan outfit yang niat banget, Kak Yenni justru datang menjumpai kami dengan bare face. Iya, tanpa polesan berlapis, hanya tampil alami dan percaya diri dengan dirinya sendiri… dan produknya.
Mungkin satu-satunya makeup yang dia pakai cuma lip balm Arcia. Tapi justru itu yang bikin aku kagum. Kak Yenni benar-benar jadi contoh nyata dari filosofi “less is more”.
Dan satu hal lagi yang bikin dia beda. Waktu promosi produk, dia nggak nyuruh kami beli sebanyak-banyaknya atau buru-buru checkout karena lagi diskon besar. Dia justru bilang, “Beli secukupnya. Pakai yang memang kamu butuh.” Kak Yenni malah lebih banyak cerita soal kekayaan alam Kalimantan Barat, Tanah Kelahirannya, yang menunggu untuk dieksplorasi demi memberi manfaat lebih besar bagi manusia dan alam. Simpel, tapi dalam banget.
Lalu, mulailah Kak Yenni ini bercerita. Pada tahun 2019, Kak Yenni dan sang suami, Hadi mendirikan Arcia bukan sekadar untuk menjual skincare, tetapi untuk menjawab krisis yang diam-diam menggerogoti industri kecantikan: limbah, eksploitasi, dan konsumerisme tanpa arah.
Industri kecantikan menghasilkan lebih dari 120 miliar unit kemasan setiap tahun. Banyak dari produk tersebut menggunakan bahan kimia yang merusak ekosistem dan kesehatan manusia.
Belum lagi overkonsumsi yang menyisakan tumpukan produk kedaluwarsa di lemari dan pada akhirnya, di tempat pembuangan akhir (TPA).
Arcia menawarkan jalan keluar dengan menghadirkan skincare alami, etis, dan penuh kesadaran. Tapi lebih dari itu, mereka mengusung filosofi baru: beauty that rebuilds, kecantikan yang bukan hanya tidak merusak, tapi juga membangun kembali.
Apa itu Beauty That Rebuilds?
“Do no harm” atau “tidak menyakiti” adalah prinsip lama dalam etika. Tapi Arcia memilih melangkah lebih jauh: “heal and rebuild.”
Mereka tidak hanya menghindari bahan berbahaya, tapi juga memilih bahan yang menyehatkan tanah, meningkatkan keanekaragaman hayati, dan memperkuat ekonomi lokal.
Konsep ini mencakup:
- Formulasi yang bersih, alami, dan cruelty-free
- Kemasan yang bisa diisi ulang, didaur ulang, atau digunakan kembali
- Dukungan pada petani lokal dengan praktik pertanian regeneratif
- Transparansi dalam rantai pasok: dari hutan ke kulitmu
Dalam setiap produk Arcia, ada cerita tentang tanah yang dipulihkan, komunitas yang diberdayakan, dan masa depan yang lebih hijau.
Konsumen adalah kekuatan
Inilah hal yang paling membebaskan sekaligus menantang: kita sebagai konsumen punya kuasa besar. Pilihan yang kita buat di etalase atau saat check out online punya dampak jauh melampaui kulit kita.
Misalnya, ketika kamu membeli produk dengan kemasan isi ulang, kamu sedang mengurangi sampah plastik di laut. Saat kamu memilih brand yang membeli bahan dari petani organik lokal, kamu sedang mendukung kesejahteraan keluarga petani dan keberlanjutan tanahnya.
Setiap botol toner, setiap lip balm, setiap sabun batang adalah pilihan. Dan pilihan itu bisa menjadi tindakan kecil yang membangun dunia yang lebih baik.
Rantai pasok, kisah yang jarang kita dengar.
Pernahkah kamu berpikir, bagaimana shea butter dari Afrika Barat bisa sampai ke botol body lotion kamu? Atau siapa yang menanam bunga calendula yang jadi ekstrak dalam masker wajahmu?
Produk kecantikan bukan sekadar formula kimia, mereka adalah hasil kerja keras banyak tangan, mulai dari petani, pengolah, peracik, pengemas, pengantar.
Tapi di tengah gemerlap iklan dan selebriti atau influencer yang menggunakan produk-produk ini, kisah para pekerja di balik layar itu sering luput dari perhatian.
Beauty That Rebuilds mengajak kita untuk melihat lebih dalam. Untuk bertanya, apakah para pekerja ini digaji layak? Apakah tanah mereka dirawat, atau malah dieksploitasi?
Transparansi dalam rantai pasok bukan sekadar tren, tapi bentuk keadilan sosial dan ekologis.
Tentu saja, perubahan tidak mudah. Banyak perusahaan besar masih lebih tertarik pada keuntungan cepat daripada investasi jangka panjang dalam keberlanjutan. Banyak konsumen masih tergoda oleh diskon besar dan kemasan lucu ketimbang membaca label dan sertifikasi.
Tapi harapan selalu ada.
Brand seperti Arcia membuktikan bahwa model bisnis yang etis dan lestari bisa berjalan dan tumbuh. Mereka membangun komunitas, bukan hanya konsumen. Mereka menciptakan produk yang tidak hanya laku, tapi juga bermakna.
Sebagai contoh, Arcia berhasil memberikan beasiswa pada salah satu anak petaninya hingga sekolah S2 ke Australia. Yang bersangkutan kembali ke kampung halamannya di Kalimantan Barat dan membangun desanya.
Dan konsumen seperti kamu, ya, kamu yang sedang membaca ini, punya peran penting. Mungkin kamu belum bisa mengganti semua produkmu dengan yang sustainable. Tapi mungkin kamu bisa mulai dari satu. Satu sabun. Satu lip balm. Satu langkah kecil.
Bikin lip balm sendiri bareng Arcia
Kamu mungkin pernah merasa bingung memilih lip balm yang benar-benar cocok untuk bibirmu, yang tidak cuma melembapkan sesaat tapi juga aman, alami, dan… ramah lingkungan.
Aku juga loh!
Sampai akhirnya, aku bergabung dalam workshop online membuat lip balm bersama Arcia, dan semuanya berubah. Bukan hanya bibirku yang terasa lebih sehat, tapi juga cara pandangku tentang kecantikan: ternyata, menjadi cantik bisa dimulai dari kesadaran, dan bisa dibuat sendiri di dapur rumah.
Semua bermula dari satu masalah sederhana tapi menjengkelkan: bibir kering dan pecah-pecah. Aku sudah mencoba berbagai produk di pasaran, tapi seringkali isinya penuh bahan sintetis, hasilnya malah iritasi. Saat itulah aku menemukan Arcia, brand lokal yang mengusung nilai conscious self-care dan keberlanjutan. Ketika mereka mengumumkan workshop online “Craft Your Care, Naturally”, aku langsung daftar.
Workshop ini mengajarkan cara membuat lip balm sendiri dari bahan-bahan alami seperti mentega tengkawang, minyak kelapa, beeswax, dan vitamin E, semuanya bisa dilacak sumbernya dan mendukung komunitas lokal. Bayangkan, kita bisa merawat diri sekaligus menjaga bumi. Sounds like a win-win, right?
Salah satu bahan utama dalam lip balm ini adalah mentega tengkawang, yang juga dikenal sebagai Illipe Butter. Ini bukan bahan biasa ya, teman-teman. Mentega ini berasal dari biji pohon tengkawang (Shorea spp.) yang tumbuh di hutan tropis Kalimantan.
Mentega tengkawang kaya akan lemak tak jenuh, nutrisi, dan tekstur lembut yang membuatnya ideal untuk melembapkan bibir secara mendalam. Lebih keren lagi, penggunaan bahan ini mendukung keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat adat yang memanen biji-biji tengkawang secara tradisional.
Sesi workshop dipandu oleh tim Arcia dengan pendekatan yang ramah dan edukatif. Ini bukan sekadar demo, tapi benar-benar praktik dari rumah masing-masing. Kami diajak memahami setiap bahan, fungsi, dan cara mencampurnya sesuai standar Good Manufacturing Practice (GMP).
Arcia menerapkan good manufacturing practice, proses steril sepanjang masa produksi, seperti tidak memperkenankan karyawan menggunakan kosmetik atau skincare apapun, tidak juga perhiasan apapun, seperti emas.

Bahan-bahan
- Minyak kelapa (11.2g) yang memberi kelembapan dan mengandung asam laurat dengan sifat antimikroba alami.
- Mentega tengkawang (3.6g) sebagai pelembap utama yang kaya nutrisi dan sangat ramah lingkungan.
- Beeswax/lilin lebah (4.9g) yang membantu membentuk tekstur padat dan melindungi bibir dari polusi.
- Vitamin E/Tocopherol (0.2g), antioksidan alami yang memperbaiki dan melindungi kulit bibir.
- Essential oil geranium (0.1g), memberikan aroma lembut dan manfaat relaksasi.
Peralatan yang dibutuhkan
- Timbangan digital (akurasi 0.01g)
- Beaker glass & mangkuk stainless
- Kompor & panci kecil
- Termometer
- Mini whisk/spatula
- Sarung tangan & masker
- Alkohol 70% (untuk sterilisasi alat)
Cara membuat
- Sterilisasi alat dan area kerja. Bersihkan semua alat dengan alkohol 70%, gunakan sarung tangan dan masker.
- Lelehkan bahan dasar. Campur minyak kelapa, mentega tengkawang, dan lilin lebah ke dalam beaker. Panaskan dengan teknik double boiler hingga suhu mencapai 60–70°C.
- Tambahkan bahan sensitif. Setelah suhu turun ke sekitar 40–50°C, masukkan vitamin E dan essential oil.
- Tuang ke wadah. Segera tuang campuran ke dalam kemasan lip balm yang sudah disiapkan. Biarkan dingin dan mengeras sempurna.
- Voila! Lip balm alami siap digunakan! Simpan di tempat sejuk agar tidak meleleh.

Saat pertama kali mengoleskan lip balm buatan sendiri ke bibir, aku langsung jatuh cinta. Rasanya lembut, ringan, dan wangi alami dari essential oil Geranium benar-benar menenangkan. Tapi lebih dari itu, ada kebanggaan dan kehangatan tersendiri saat tahu: aku membuat ini sendiri, dan setiap bahan punya kisah yang baik.
Membuat lip balm sendiri bukan cuma seru, tapi juga membuka mata. Kamu belajar tentang komposisi produk, pentingnya bahan alami, dan bagaimana industri kecantikan bisa berubah dimulai dari dapur kecilmu.

Bikin lip balm sendiri tuh lebih sehat untuk kulitmu, bebas bahan kimia sintetis, dukung petani lokal dan hutan Indonesia, minim sampah dan kemasan isi ulang, serta murah, praktis, dan fun!
Dan siapa tahu, dari satu lip balm bisa berkembang jadi hobi meracik skincare alami lainnya, mulai dari body butter, sabun, hingga face oil. Ya kan? Cobain deh.
Saatnya menjadi konsumen yang sadar
Mulai sekarang, yuk lakukan ini:
- Baca label: Cari tahu bahan aktif, asal bahan, dan sertifikasi (organik, cruelty-free, fair trade) dalam setiap produk kecantikan kamu.
- Pilih kemasan ramah lingkungan: Refillable, daur ulang, atau bebas plastik.
- Dukung brand lokal dan kecil: Seperti Arcia, yang memprioritaskan dampak sosial dan lingkungan.
- Gunakan sampai habis: Hindari pemborosan.
- Sebarkan cerita ini: Ajak teman-temanmu menjadi bagian dari gerakan Beauty That Rebuilds.

Kita tidak butuh 1 juta orang yang sempurna dalam menjalani gaya hidup berkelanjutan. Kita butuh jutaan orang yang berusaha semampunya.
Pada akhirnya kita akan sadar bahwa di tengah dunia yang penuh luka, hutan yang gundul, laut yang penuh plastik, komunitas yang terpinggirkan, kita butuh lebih dari sekadar skincare. Kita butuh kecantikan yang menyembuhkan, yang menyentuh kulit dan bumi dalam waktu bersamaan.
Kita butuh Beauty That Rebuilds.
Dan kabar baiknya? Gerakan ini sudah dimulai oleh Arcia. Kini tinggal kamu, apakah siap menjadi bagian dari perubahan ini?
Leave a Comment