Hewan peliharaan membantu anak mengembangkan rasa empati, kasih sayang, dan tanggung jawab. Suatu pagi di Pasar Tradisional Padang Sambian, Denpasar, konsentrasi saya berbelanja terganggu lantaran Maetami merengek minta dibelikan anak ayam warna-warni.
Tanpa pikir panjang saya mengiyakan permintaan puteri saya yang masih berusia dua tahun tiga bulan itu. Tiga ekor anak ayam warna merah, kuning, dan krem sukses menjadi hewan peliharaannya di rumah.
Apa yang terjadi?
Tidak sampai seminggu, tepatnya lima hari setelah dibeli anak-anak ayam malang itu mati satu per satu. Bayi yang belum tiga tahun itu merawat hewan peliharaannya dengan kasar.
Maetami meski diingatkan berulang kali tetap saja menggenggam erat anak ayamnya setiap dipegang. Dia membanjiri kandang hewan peliharaannya dengan beras, nasi, kue, biskuit, sampai cokelat, sehingga kandang ayam pun kotor dan berbau.
Emaknya kemana?
Saya sudah gak bertenaga waktu itu karena sedang hamil si kembar 6 bulan. Perut saya sudah gede banget, masih suka mual dan sensitif sama bau.
Buat ngurus diri sendiri, suami, dan satu batita saja saya sudah kewalahan, terlebih waktu itu saya belum resign kerja. Jelas saya gak punya waktu mengurusi tiga ekor anak ayam itu. Maafin emak ya anak ayam #sad.
Tanda Anak Siap Punya Hewan Peliharaan
Satu hal saya lupakan ketika membelikan Maetami anak ayam waktu itu adalah membahas komitmen untuk menjaga hewan peliharaannya. Saya tidak memberi pemahaman pada puteri saya bahwa hewan peliharaan tidak sama dengan mainan yang bisa diperlakukan sesuka hati.
Hewan peliharaan tidak sama dengan bola yang bisa dilempar ke sana kemari. Hewan peliharaan tidak sama seperti boneka yang bisa ditinggalkan begitu dia bosan.
Saya lupa menjelaskan kepada puteri saya dia harus merawat anak ayamnya seumur hidup. Hewan peliharaan juga makhluk ciptaan Tuhan yang bernyawa, butuh makan, butuh minum, butuh rumah (kandang), harus dibersihkan, dan disayang.
Anak boleh memelihara hewan kesayangan, tapi penting bagi kita sebagai orang tua mengetahui kapan waktu yang tepat mengizinkannya. Membiarkan anak punya hewan peliharaan sebelum dia siap hanya membawa masalah baru di rumah.
Perhatikan sepuluh tanda berikut yang mengindikasikan anak kita siap memiliki hewan peliharaan.
1. Anak nyaman berinteraksi dengan hewan
Hewan peliharaan bukan obat untuk menyembuhkan ketakutan anak terhadap binatang ya buk ibuk. Anak yang masih takut berdekatan dengan hewan sangat mudah melakukan kesalahan yang mengakibatkan hewan peliharaannya cedera.
Alih-alih membiarkan anak punya hewan peliharaan di rumah, lebih baik mengajaknya bermain ke taman satwa atau kebun binatang. Biarkan anak pelan-pelan mengenal berbagai jenis satwa liar dan satwa peliharaan.
Jangan paksa anak menyentuh hewan yang dijumpai seketika itu juga. Beri anak ruang untuk mengamati, kemudian kita sebagai orang tua cukup mencontohkan cara berinteraksi dengan hewan tersebut.
Ini yang saya lakukan ketika mengajak Maetami ke The Ranch Puncak, Bogor 2018 lalu. Saya membiarkannya alami berinteraksi dengan domba, kelinci, sapi. Saya cukup kaget Maetami berani naik kuda sendiri.
Sayangnya satu tanda ini saja tidak cukup untuk mengizinkan anak memelihara hewan peliharaan. Silakan dilanjut ke tanda berikutnya ya.
2. Anak memperlakukan hewan dengan baik
Nah, baru sampai di syarat kedua ini Maetami sudah tidak masuk hitungan. Artinya, pada usia 2 tahun 3 bulan Maetami belum bisa memiliki hewan peliharaan.
Saat bersama kucing, dia tarik ekornya. Saat bersama kelinci, dia tarik telinganya. Saat bersama anak ayam, dia menggenggamnya sekuat tenaga, sampai si anak ayam mencicit karena kesulitan bernapas.
Anak harus tahu bahwa memukul, menarik, dan meneriaki hewan peliharaan itu tidak baik. Hewan peliharaan tidak bisa diperintah sesuka hati. Mereka butuh ruang untuk bergerak bebas.
3. Anak bertanggung jawab merawat hewan peliharaan
Anak yang belum bisa mengerjakan tugas rumah tangga yang dasar sepertinya belum bisa memiliki hewan peliharaan. Apakah anak kita sudah bisa membersihkan piring bekas makannya sendiri? Apakah anak kita sudah bisa menaruh baju kotornya ke mesin cuci? Apakah anak kita sudah bisa merapikan kamar tidurnya sendiri?
Jika belum, mereka kemungkinan besar akan mengabaikan tanggung jawab, seperti memberi makan, memandikan, membersihkan kandang hewan peliharaan.
Ujung-ujungnya? Ibu lagi yang melakukannya. Ini kan sama saja dengan menambah kerja emak di rumah.
4. Anak disiplin membersihkan diri sendiri
Anak yang sudah bisa mandi sendiri, mencuci tangan setiap selesai memegang benda atau permukaan kotor, tidak perlu lagi diingatkan menyikat gigi, tidak lagi dipakaikan bajunya kemungkinan besar sudah bisa memiliki hewan peliharaan. Jika belum? Harap bersabar sampai usia anak cukup matang.
5. Anak berjanji akan merawat hewan peliharaannya
Anak harus berkomitmen merawat hewan peliharaanya. Sampaikan bahwa hewan peliharaan itu harus diberi makan, kotorannya dibersihkan setiap hari, dan sesekali di beri ruang bergerak bebas.
Ceritakan tidak enaknya memiliki hewan peliharaan. Bersediakan anak membersihkan kotoran kucingnya? Perlihatkan kotoran kucingnya langsung.
Bersediakah anak memandikan anjingnya yang pulang bermain dengan badan penuh debu? Bersediakah anak membersihkan kandang kelincinya yang penuh kotoran dan bau?
Jika anak bersedia menanggung semua tugas-tugas tersebut, kita bisa mengizinkannya memiliki hewan peliharaan sendiri.
6. Hewan peliharaan yang dipilih cocok dengan lingkungan rumah
Jangan pernah mengizinkan anak memelihara kucing jika orang tua atau anak itu sendiri alergi bulu kucing. Jangan pernah mengizinkan anak memelihara kelinci jika tak punya halaman cukup untuk ruang gerak kelinci.
Jangan pernah mengizinkan anak memelihara anjing, apalagi anjing besar jika tak bisa rutin menemaninya jalan-jalan di luar rumah.
Pertimbangkan usia anak. Balita mudah sekali bosan dan membuat hewan peliharaan stres.
Sebaiknya jangan memberikan hewan peliharaan berukuran kecil, seperti hamster, tikus putih, ikan, kura-kura, dan hewan kecil lainnya yang dengan mudah terbunuh tanpa sengaja oleh anak.
7. Anak memilih hewan peliharaan yang tidak membebani ekonomi keluarga
Orang tua dan anak perlu mempertimbangkan dampak ekonomi dari kehadiran hewan peliharaan di rumah. Sudahkah keluarga siap dengan anggaran khusus untuk memberi makan hewan peliharaan, menyiapkan biaya perawatan rutin ke dokter hewan, termasuk vaksin?
Biaya perawatan biasanya menjadi alasan utama orang tua tidak mengizinkan anak memilih hewan peliharaan mahal, seperti kucing persia, anjing chihuahua, dan sebagainya.
8. Orang tua ikut bertanggung jawab saat diperlukan
Tidak peduli berapa usia anak, orang tua ikut bertanggung jawab merawat hewan peliharaan jika anak lupa akan tugasnya. Semua orang di rumah hendaknya bersedia memberi perhatian pada hewan peliharaan anak jika diperlukan.
Anak yang ceroboh, pelupa, selebor, sangat cuek dengan diri sendiri dan orang lain mungkin belum cukup bertanggung jawab memiliki hewan peliharaan. Orang tua perlu mengevaluasi tingkat kedewasaan anak.
Terlepas berapapun usia anak, orang tua menyadari bahwa ini adalah hewan peliharaan keluarga. Artinya secara tidak langsung hewan peliharaan ini menjadi tanggung jawab bersama.
9. Anak sangat aktif dan enerjik
Anak aktif dan enerjik biasanya perlu menyalurkan tenaganya. Hewan peliharaan bisa menjadi teman anak untuk melakukan itu.
Anak bisa berlarian di taman mengejar kucing atau kelinci. Anak bisa berkeliling bersama anjing peliharaannya di sekitar kompleks rumah.
10. Anak bukan dari keluarga yang suka berpindah tempat tinggal
Rutinitas keluarga juga menjadi pertimbangan anak memelihara hewan di rumah. Anak dari keluarga yang sering berpindah tempat tinggal, misalnya mengikuti rotasi kerja orang tua perlu berpikir matang memiliki hewan peliharaan.
Sejak awal anak dan orang tua perlu memikirkan nasib hewan peliharaan ketika harus pindah ke luar daerah. Jika si hewan ikut serta, bagaimana prosedur membawa hewan peliharaan dengan pesawat terbang atau kereta?
Apakah mungkin bisa pindah dengan menggunakan mobil pribadi, sehingga lebih mudah mengakomodasi hewan kesayangan? Semua perlu dipertimbangkan.
Sesuaikan jenis hewan peliharaan dengan pribadi anak kita. Ini alasan orang tua perlu mengerti ras hewan, misalnya memilih ras anjing untuk anak yang aktif dan enerjik.
Anak-anak sebaiknya memiliki hewan peliharaan setelah berumur lima tahun. Pada usia tersebut anak-anak memiliki kontrol diri jauh lebih baik.
Anak lebih mungkin memahami aturan-aturan khusus, seperti tidak mengganggu hewan peliharaan saat sedang makan. Anjing terlatih sekali pun tetap bisa menggigit ketika ekornya ditarik.
Pesan terakhir saya, jangan impulsif menjadikan hewan peliharaan sebagai kejutan untuk anak. Hewan peliharaan kurang elok dijadikan hadiah hasil dari keputusan dadakan.
Lebih baik hadiahi anak kandang hewannya terlebih dahulu. Jika si anak suka, kita bisa menemaninya ke tempat penampungan hewan atau tempat penjualan hewan peliharaan. Lihat bagaimana anak merasa cocok berinteraksi dengan hewan peliharaan pilihannya.
Leave a Comment