Pagi kemarin saya dikejutkan kiriman email dari Humas Pemerintah Provinsi Bali terkait virus corona. Kepala Dinas Pariwisata, Putu Astawa mengambil langkah antisipasi dini isu virus misterius jenis baru ini.
Bagaimana mungkin saya tak khawatir? Virus corona ini yang menyebabkan sindrom pernapasan akut parah (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Saya masih ingat 2002 pertama kali kasus SARS ini ditemukan dan menyebar tak terkendali di 37 negara di dunia.
Virus ini menimbulkan kepanikan global, menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan menewaskan lebih dari 750 orang. MERS menginfeksi 2.500 orang dan sebanyak 35 persennya meninggal dunia.
Saya dan keluarga tinggal di Bali yang setiap tahunnya ramai dikunjungi wisatawan Cina, tempat virus mematikan tersebut berasal. Sebentar lagi juga libur Imlek. Bali dan kota-kota lain di Indonesia biasanya ramai dikunjungi wisatawan asing.
Apa Itu Virus Corona?
Corona berasal dari kata crown yang berarti mahkota. Jika kita mengamati secara mikroskopis, virus ini dikelilingi atau dimahkotai bulatan-bulatan kecil, sejenis protein bernama spike glycoprotein (S)
Ketika protein S berikatan dengan lainnya akan memicu reaksi berantai, disebut kiss of death atau ciuman kematian. Virus ini langsung masuk ke sel-sel tubuh kita, kemudian berkembang biak dengan cepat.
Virus corona menyerang saluran pernapasan. Gejala yang ditunjukkan penderita mulai dari hidung tersumbat, batuk, sakit tenggorokan, demam tinggi, hingga kesulitan bernapas.
Virus ini memicu pneumonia. Jika kondisinya sudah parah, obat apapun yang kita konsumsi, mulai dari obat flu, obat batuk, obat penurun panas jelas tak berguna.
Pada 23 Januari 2020, di laman utama media online terbesar di Inggris, The Guardian, saya membaca pihak berwenang di Cina telah menemukan 517 kasus disebabkan virus corona dan 17 orang penderita dinyatakan meninggal dunia, diawali kepergian seorang lansia di Wuhan yang terjangkit virus ini.
Jumlah infeksi virus corona dalam seminggu terakhir menyebar tiga kali lipat lebih cepat di 13 provinsi, termasuk di dalamnya Beijing, Shanghai, Chongqing, dan Tianjin.
Pemerintah Cina telah mengisolasi Wuhan dan beberapa daerah di sekitarnya dengan cara menangguhkan jalur penerbangan, bus, kapal feri, bahkan kereta api bawah tanah terhitung Jumat, 24 Januari 2020 atau hari ini.
Wuhan adalah kota pusat industri dan perdagangan di Cina bagian tengah. Bandara dan pelabuhan terbesar di Cina Tengah berada di sini. Setidaknya 30 ribu orang setiap harinya keluar masuk Wuhan.
Dilansir dari laman The New York Times, pemerintah Cina juga berencana menutup Huanggang, sebuah kota berpenduduk tujuh juta jiwa. Jaraknya hanya 30 mil di timur Wuhan. Hal sama berlaku untuk Kota Ezhou yang dihuni satu juta penduduk, serta Kota Chibi dan Zhijiang.
Warga tidak boleh meninggalkan kota tanpa izin khusus. Sekolah dan universitas diliburkan hingga Imlek berakhir.
Di Beijing, pemerintah Cina membatalkan semua pertemuan publik dan acara-acara besar, termasuk rencana pameran di kuil-kuil menyambut Tahun Baru Imlek. The Forbidden City, destinasi wisata populer di jantung ibu kota Cina juga ditutup mulai Sabtu pekan ini.
Kasus virus corona terbaru ini telah ditemukan di Amerika Serikat, Thailand, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Jepang. Pemerintah Thailand bahkan melakukan pembatasan wisatawan Cina.
Antisipasi Virus Corona di Bali
Dinas Kesehatan Provinsi Bali berkoordinasi dengan otoritas Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai untuk memasang alat pendeteksi suhu tubuh atau thermal scanner di pintu kedatangan. Putu Astawa mengatakan pihaknya melakukan pengawasan intensif terhadap wisatawan Cina.
Pemerintah Provinsi Bali juga berkoordinasi dengan seluruh rumah sakit di Bali, umum dan swasta supaya selalu siap jika ada wisatawan yang dicurigai suspect corona. Surat edaran ke pemangku kepentingan pariwisata, termasuk pelaku industri dan Konsulat Jenderal Cina di Bali juga dikirimkan.
“Kami tak ingin pelaku pariwisata menjadi resah karena isu ini. Bagaimana pun kita harus tenang supaya pariwisata Bali tetap kondusif,” kata Astawa.
Bali pada mulanya tidak mengambil langkah seperti Thailand yang langsung melakukan pembatasan jumlah wisatawan Cina. Ini mengingat tak lama lagi akan berlangsung Festival Kintamani yang mengangkat tema akulturasi budaya Bali dan Cina. Belakangan pembatasan ini diberlakukan dan festival pun diundur ke akhir tahun.
Astawa mengatakan pihaknya tetap waspada dengan memasang alat pendeteksi dini dan menurunkan personel untuk memeriksa wisatawan yang dicurigai terjangkit corona.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan sudah bertemu dengan Konsul Jenderal Cina di Denpasar. Mereka sangat mendukung langkah-langkah yang sudah diambil dan tidak masalah jika nanti pun Bali melakukan pembatasan wisatawan Cina.
“Mereka tidak masalah dan mengerti jika kita membatasi wisatawan Cina ke Bali apabila kasus virus ini semakin membesar dan meluas, seperti SARS dulu. Semoga hal itu tidak sampai terjadi,” kata Adnyana.
Lindungi Keluarga dengan Pencegahan Dini
Selain gejala seperti yang saya tuliskan sebelumnya, virus corona juga bisa memicu infeksi telinga tengah (otitis media) pada anak. Kebanyakan penyebarannya melalui bersin dan batuk, sentuhan tangan atau wajah dengan orang yang terinfeksi, bisa juga sentuhan pada barang atau benda bekas orang yang terinfeksi.
Pada kebanyakan kasus kita tidak tahu jika sedang terinfeksi corona. Gejalanya persis seperti flu batuk biasa. Kita baru tahu persis jika melakukan cek darah dan tes laboratorium. Masa inkubasi virus ini berkisar 7-10 hari.
Jika infeksi virus corona menyebar ke tenggorokan dan paru-paru, kita bisa terjangkit pneumonia. Orang-orang yang sudah lanjut usia, orang-orang dengan riwayat penyakit jantung, atau sistem kekebalan tubuh lemah jelas berisiko tinggi jika levelnya sudah parah.
Sejauh ini belum ada vaksin untuk mengobati virus corona mengingat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun baru menemukan jenis terbaru ini Januari 2020. Meski demikian, kita bisa melindungi keluarga kita lewat pencegahan dini dengan cara sama seperti mengantisipasi influenza pada umumnya.
1. Rajin cuci tangan
Rajin cuci tangan pakai sabun. Kita bisa juga menggunakan cairan pembersih tangan atau handy clean yang berbahan dasar alkohol.
2. Gunakan masker
Gunakan masker jika bepergian ke pusat keramaian, apalagi di kantong-kantong pariwisata. Ini untuk meminimalisir kontak dengan orang yang terinfeksi.
Khusus ibu dengan bayi atau balita seperti saya, sebaiknya hindari dulu bepergian ke pusat keramaian.
3. Konsumsi obat
Kita boleh minum obat demam atau sakit tenggorokan jika mendapat gejala, namun jangan berikan aspirin kepada anak-anak atau remaja yang usianya kurang dari 19 tahun.
Khusus anak-anak, kita bisa memberikan ibuprofen atau acetaminophen yang relatif aman. Usahakan banyak istirahat atau bed rest supaya daya tahan tubuh segera pulih.
4. Jaga kualitas udara
Gunakan humidifier untuk menjaga kelembaban ruangan di rumah. Kita bisa juga berendam di air hangat jika selesai bepergian. Mandi air hangat juga membantu meredakan sakit dan gatal pada tenggorokan.
5. Jaga asupan cairan
Minum air putih dalam jumlah cukup. Jangan biarkan tenggorokan sering kering, sebab virus corona cepat menyebar jika tenggorokan kering.
6. Hubungi dokter
Jika sakit tetap berlanjut hampir seminggu dan tak kunjung sembuh, hubungi dokter.
Semoga informasi ini sedikit banyaknya berguna ya. Jangan lupa, mencegah selalu lebih baik dari pada mengobati.
Leave a Comment