Ant man & The Wasp pas banget jadi pencuci mulut sekaligus hidangan penutup serangkaian film super hero Marvel Cinematic Universe (MCU) sepanjang tahun ini. Sebelum menonton sekuel kedua pahlawan semut ini, sebaiknya kamu nonton lagi film pertamanya dan juga Avengers: Civil War. Ada beberapa alur cerita terkait dengan dua film di atas.
Latar belakang film ini adalah dua tahun setelah Scott Lang alias Ant Mant (diperankan Paul Rudd) mendukung kubu Captain America melawan kubu Iron Man dalam seri Civil War di Jerman. Lang menjadi tahanan rumah sebab dianggap melanggar Perjanjian Sokovia. Sembari di rumah, dia pun bekerja di salah satu perusahaan konsultan keamanan, X-Con, bersama sahabatnya, Luis, diperankan Michael Pena.
Lucu juga ya? Semua anggota X-Con ini kan mantan-mantan pencuri kelas kakap . Mereka banting setir membuka perusahaan konsultan keamanan. Ceritanya mereka menyediakan sistem dan alat untuk kantor-kantor supaya perusahaan gak gampang disusupin pencuri. Ingat kan? Gimana lincahnya Lang membobol brankas raksasa Dr Pym di rumahnya pada Ant Man pertama.
Lang menikmati masa-masa ‘cutinya’ sebab bisa bermain sepuasnya bersama putri semata wayangnya, Cassie (diperankan Abby Ryder Fortson). Jika dia melanggar hukuman dengan melakukan hal-hal yang dilarang, dia bisa saja dipenjara lebih lama, hingga 20 tahun.
Scene pertama dimulai apik sekali, di mana Lang dan Cassie bermain petualangan pencarian harta karun dramatis ala ayah anak di sebuah labirin kardus. Dari sini saja film ini sudah menunjukkan alur ceritanya adalah perjuangan demi keluarga dan tim dengan konflik rebut-rebutan laboratorium.
Kawan Lama Datang Lagi
Di tengah ketenangan hidup Lang yang tiga hari lagi bebas dari hukuman, Dr Hank Pym (diperankan Michael Douglas) dan Hope Van Dyne (diperankan Evangeline Lilly) yang memberinya kostum semut meminta bantuan Lang sekali lagi.
Ayah anak yang juga menjadi buronan FBI itu sedang mengembangkan kapsul dan terowongan quantum untuk membawa pulang istri Pym yang juga ibu dari Hope, Janet (diperankan Michelle Pfeiffer) yang terjebak di alam quantum selama 30 tahun.
Di film Ant Man pertama diketahui bahwa Lang terpaksa mengecilkan diri menjadi subatom demi menembus pertahanan musuhnya, The Yellowjacket yang berusaha membunuh putrinya. Lang berhasil menaklukkan The Yellowjacket, namun konsekuensinya dia terjebak di alam quantum.
Ajaibnya, Lang di sana spontan memasukkan sekeping alat ke regulator kostum semutnya dan membuat dirinya berhasil kembali ke dunia manusia. FYI, Ant Man dilarang mengecilkan diri menjadi subatom, sebab ini berpotensi membuatnya terjebak di alam quantum selamanya.
Saat berada di alam quantum (di film pertama Ant Man, meski tidak diperlihatkan jelas), secara sengaja dan tanpa diketahui Lang, Janet memasang antena di kepala Ant Man. Ini menjadikan mereka berdua terhubung satu sama lain.
Lang pun suatu hari bermimpi yang intinya mengabarkan Dr Pym bahwa istrinya masih hidup. Ini yang membuat Dr Pym dan Hope begitu bersemangat menyelesaikan terowongan quantum.
Terowongan quantum ini seharusnya cepat jadi jika saja tidak ada beberapa pihak yang mencoba mencuri laboratorium Dr Pym. Sebut saja Sonny Burch (diperankan Walton Goggins), bos mafia penjual komponen-komponen penting yang dibutuhkan Dr Pym dan Hope.
Ada juga Ghost alias Ava, diperankan Hannah John Kamen yang dibantu oleh Dr Bill Foster (diperankan Laurence Fishburne), mantan rekan kerja Dr Pym di SHIELD dulu. Ava salah satu sosok yang paling bikin Ant Man dan Hope (yang memakai kostum ibunya) kewalahan.
Siapa Ava? Dia adalah putri dari Dr Elihas Starr, ilmuwan yang fokus melakukan riset atom dan teknologi quantum, juga pernah bekerja dengan Dr Pym. Sayangnya Dr Starr dipecat oleh Pym karena isu pengkhianatan dan membuat ilmuwan malang tersebut harus mengembalikan nama baik dan martabatnya. Dia berusaha membuat sendiri terowongan quantum tersebut. Sayangnya Dr Starr gagal yang mengakibatkan dia dan istrinya meninggal dunia setelah lab tempatnya bekerja meledak.
Ledakan di lab tersebut bereaksi ke tubuh Ava dan menjadikan gadis kecil itu menderita penyakit disequilibrium molekuler hingga dewasa. Tubuh Ava tidak solid dan rentan. Dia bisa menembus benda-benda padat, kadang merasakan sakit luar biasa, juga tak kuasa mengendalikan kekuatannya.
Kalo lihat Ava, jadi ingat Vanellope von Schweetz, karakter animasi di film Wreck It Ralph, kayak kaset rusak gitu. Singkat cerita, Dr Foster lah yang menjadi ‘ayah angkat’ Ava dan berjanji akan menyembuhkan Ava dari penyakitnya.
Ketika Ava berhasil mencuri laboratorium Dr Pym, Lang, Hope, dan Dr Pym berusaha menemui Dr Foster. Dia satu-satunya orang yang bisa mengetahui cara membuat pelacak radiasi untuk mengetahui di mana Ava menyembunyikan laboratorium mini Dr Pym. Berkat Dr Foster pula mereka bisa menemukan tempat persembunyian Ava. Namun, siapa sangka ketiganya kaget sebab Ava ternyata bekerja sama dengan Dr Foster.
Nyaris gak ada tokoh antagonis di film ini. Lawan-lawan utama di film ini pada dasarnya adalah korban ‘keegoisan’ Dr Pym di masa lalu. Ava kurasa kurang pantas disebut musuh, sebab dia memiliki motivasi kuat, yaitu menyembuhkan diri dari penyakitnya. Solusi untuk mengembalikan kepadatan tubuhnya adalah dengan menyerap lebih banyak energi quantum. Satu-satunya cara adalah mengekstraksi tubuh Janet, sebab ibu Hope tersebut selama tiga dekade tinggal di alam quantum dan telah berevolusi di sana. Motif Ava ini mengingatkanku pada sosok Killmonger, adik sepupu T’Challa di film Black Panther.
Dr Foster juga tidak jahat. Ketika Ava ingin memanfaatkan Cassie, putri Lang untuk memaksa Ant Man keluar, Dr Foster mencegahnya. Ava tak bisa mengendalikan diri setelah mengetahui waktu hidupnya hanya dua minggu lagi, jika dirinya tak secepatnya mengekstraksi energi quantum dari tubuh Janet.
Di film ini juga ada banyak adegan lucu, seperti ocehan monolog ala Luis setelah disuntik dengan serum kejujuran. Trik-trik sulap ala Lang yang bikin agen FBI Jimmy Woo (diperankan Randall Park) geregetan juga mengocok perut.
Ada juga adegan Lang yang tubuhnya berubah seukuran anak kecil saat menyusup ke sekolah Cassie demi mengambil kostum Ant Man dari tas putrinya. Adegan Lang saat dirasuki sosok Janet di laboratorium, adegan Lang yang ngotot harus mengangkat telepon dari anaknya ketika mereka sedang ditangkap Ava, juga saat di mana Lang tidak bisa mengembalikan ukuran tubuhnya.
Koleksi mobil-mobil hot wheels-nya kece-keceeeee. Adegan kejar-kejaran mobil di film ini dinamis banget. Seru aja lihat mobil-mobil dan lab Dr Pym bisa menyusut dan membesar lagi.
Konflik Sederhana
Konflik di film ini sederhana banget, mudah dicerna. Dr Pym dan Lang tipikal-tipikal family-man gitu deh. Mereka rela melakukan apa saja atas nama keluarga. Tentu perjuangan mereka beda jauh dari super hero Marvel lainnya, terkhusus The Avengers yang misinya rata-rata demi keselamatan Bumi dan umat manusia. Hehehe.
Terowongan quantum ala film ini kuanggap sebagai pseudo-sains. Entah lah kalo yang lebih kompeten bisa menjelaskannya. Yang jelas, kalo harus berpikir berat tentang energi quantum yang diklaim Dr Foster sebagai tambang emas masa depan, bisa puyeng ini kepala. Mungkin karena kata ‘quantum’ makanya pemaparan-pemaparan tentangnya di film ini kedengaran ilmiah banget. Hehehe.
Post-credit scene di film ini menjadi kunci yang menjawab pertanyaan “Mengapa Ant Man absen di Infinity War?” Diceritakan, Dr Pym dan Janet berjanji akan menyembuhkan Ava sebisa mungkin. Oleh karenanya mereka meminta Ant Man kembali ke alam quantum untuk menyerap setabung penuh materi yang dibutuhkan untuk riset terkait.
Ketika Ant Man menyelesaikan pekerjaannya di alam tersebut, dan ingin kembali ke Bumi, dia kehilangan kontak dengan kedua mentornya. Rupanya Dr Pym sekeluarga menjadi korban Infinity Gauntlet Thanos di Avengers: Infinity Stone. Mereka musnah bersama dengan separuh makhluk hidup lainnya di Bumi. So sad ya.
Secara keseluruhan, intinya film ini ‘aman’ deh. Gak nyangka aja, ternyata serangga itu bisa menghibur dan kocak ya? Sebagai film super hero tunggal, Ant Man and The Wasp lebih bagus dari film pertamanya, setara dengan Inifinty War, juga teman serangganya Spiderman: Homecoming.
Leave a Comment