Acara tahunan TOKOH PERUBAHAN REPUBLIKA kembali digelar 25 April 2017. REPUBLIKA memilih beberapa sosok teladan yang bisa menginspirasi masyarakat luas dalam mengatasi berbagai problem, salah satunya kesenjangan. Di antara tokoh yang menginspirasi tersebut adalah Robin Teresa Jehle atau yang lebih dikenal dengan Robin Lim.
Ibu Robin memang berkebangsaan Amerika Serikat, namun pengabdiannya untuk Indonesia lewat perannya sebagai bidan bagi masyarakat miskin sangat diapresiasi. Ibu Robin bersama 13 bidan bijaksana lainnya di Bali berhasil menyelamatkan ribuan kelahiran tanpa memungut biaya. Aku menyebutnya manusia berhati malaikat.
Bersama dua orang sahabat dari Jakarta, kami mengunjungi kediaman Ibu Robin di Ubud, Bali pada Selasa, 11 April 2017. Beliau fasih berbahasa Indonesia. Wajar sebab Ibu Robin sudah menetap di Bali hampir tiga dekade. Aku merasa terhormat bisa menulis profil beliau sebagai salah satu TOKOH PERUBAHAN REPUBLIKA tahun ini. Berikut adalah tulisan tentang Ibu Robin (versi un-edited) yang terbit di koran REPUBLIKA edisi Kamis, 20 April 2017.
Seorang perempuan paruh baya dengan rambut panjang dijalin ekor kuda mengayuh sepedanya di ruas jalan kecil Banjar Nyuh Kuning, Ubud, Gianyar, Bali pagi itu. Rambutnya mulai memutih, namun kaki tangannya tetap kuat penuh semangat seakan baju zirah meliputi seluruh tubuhnya.
Ibu Robin, demikian panggilan akrabnya selalu menebar senyum dan sapa pada orang-orang yang dilewatinya sepanjang perjalanan. Kring kring, suara lonceng sepeda mini ia bunyikan saat berpapasan dengan orang-orang yang menuju Klinik Bumi Sehat tempatnya bekerja.
Keramahan perempuan kelahiran Arizona, Amerika Serikat 60 tahun silam itu berlanjut sesampainya di klinik. Ia memeluk satu per satu pengunjung, terutama ibu hamil yang datang bersama suami, anak-anak kecil yang menemani orang tuanya memeriksakan kandungan, staf pria dan wanita, tak ketinggalan para pasien yang selesai bersalin.
Klinik yang berada di bawah naungan Yayasan Bumi Sehat (Healthy Mother Earth Foundation) ini didirikan 2003. Ibu Robin setiap harinya dibantu 13 bidan bijaksana yang mendukung pendekatan paling alami untuk persalinan.
Ibu Robin pernah memiliki pengalaman medis buruk yang menimpa salah seorang anggota keluarganya. Adik perempuannya meninggal dunia saat mengandung.
Sang adik bermasalah dengan kandungannya. Dia sempat mengunjungi dokter, namun dokter meminta dia kembali datang sepekan kemudian. Sang adik meninggal dunia pada malam yang sama tanpa mendapat penanganan medis dan obat apapun.
Kisah sedih itu membuat Ibu Robin menetapkan jalan hidupnya sebagai seorang bidan. Misinya mengurangi tingkat kematian ibu dan bayi di Indonesia dengan cara menyiapkan kehamilan sehat, serta layanan persalinan layak melalui metode gentle birth, konsep persalinan yang lembut, santun, tenang, dan selaras dengan alam. Ia pun mendapatkan status sebagai bidan profesional bersertifikat yang teregistrasi di Amerika Utara dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
Bidan di mata ibu delapan anak ini adalah profesi mulia. Mereka lembut, juga kuat secara bersamaan. Bidan adalah penjaga kelahiran yang membantu ibu menghadirkan putra-putri generasi bangsa dengan selamat ke pangkuan Ibu Pertiwi.
“Bidan itu bekerja pagi, siang, malam. Di saat anaknya berulang tahun, seorang bidan tetap harus bekerja. Rezeki uangnya tak terlalu banyak, tapi rezeki dalam hatinya sungguh luar biasa,” kata wanita bernama lengkap Robin Lim ini.
Setiap kelahiran adalah sebuah keajaiban. Sayangnya proses persalinan di Indonesia masih berisiko tinggi akibat ibu kekurangan gizi, berasal dari keluarga miskin, atau tidak ada akses ke bidan terampil.
Perempuan yang hampir tiga dekade tinggal di Indonesia ini pun melihat terjadi penggunaan teknologi berlebihan dalam proses persalinan. Rumah sakit modern terlalu banyak menerapkan prosedur sesar yang tidak diperlukan, sehingga justru meningkatkan risiko komplikasi bagi ibu dan bayi.
Ibu yang melahirkan secara alami membantu keluarganya menghormati alam dan waktu. Ibu menyadari kodrat tubuhnya yang sudah diciptakan sedemikian rupa dan sempurna oleh Yang Kuasa. Sejauh ini hanya 2,4 persen pasien Klinik Bumi Sehat yang dirujuk untuk sesar ke sejumlah rumah sakit yang bersahabat dengan bayi (baby-friendly).
“Jika kehamilan ibu tak berisiko tinggi, carilah bidan. Mereka akan melayani dari hati ke hati, serta melayani dengan cinta. Jika mau bersalin normal, pilihlah bidan,” katanya.
Sekitar 800 perempuan setiap harinya meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di seluruh dunia. Statistik Ikatan Bidan Indonesia (IBI) 2012 yang juga hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan angka kematian ibu di Nusantara mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan 228 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2007.
Kondisi ini mengetuk pintu hati Ibu Robin mendirikan Yayasan Bumi Sehat yang menyediakan layanan kesehatan untuk semua ibu secara gratis, tanpa memandang suku, agama, ras. Meski demikian, klinik yang berdiri di atas tanah seluas 32 are ini terbuka menerima sumbangan dari orang-orang yang mampu membayar, serta donor dari seluruh dunia yang mendukung visi misi Ibu Robin.
Ibu Robin dan seluruh bidan di Klinik Bumi Sehat sudah membantu ribuan persalinan keluarga miskin dari Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, hingga Papua. Jumlah pasiennya berkisar 30-50 orang per bulan. Hampir 100 persen dari mereka melahirkan normal dengan cara gentle birth.
“Bidan pada persalinan gentle birth memperlakukan ibu dengan penuh kasih sayang. Bila ibu diperlakukan dengan penuh cinta, persalinannya lebih lancar,” kata bidan senior di Klinik Bumi Sehat, Ni Ketut Rutini (65 tahun).
Bidan merawat ibu dan bayinya secara hangat, lembut, selalu tersenyum, meski di sisi lain mereka mungkin sedang lelah dan sedih. Saat punggung mereka sakit karena jam kerja tak kenal lelah, seorang bidan tetap setia menggosok punggung ibu yang menjadi pasiennya dalam persalinan.
Indonesia sebetulnya sudah menggagas Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang bertujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan, dan nifas yang pada akhirnya mengurangi angka kematian bayi. Rutini mengatakan gentle birth merupakan implementasi dari gerakan nasional tersebut.
Gentle birth membuat ibu merasa dihargai, didukung, dan disayang oleh keluarga, terutama suami, bidan, dokter, dan atau perawat yang menemaninya selama proses persalinan. Sebuah kisah nyata pernah dialami Ibu Robin dan beberapa bidan saat membantu persalinan perempuan bernama Rusmini yang detak jantung janinnya sempat turun drastis menjadi 40 kali per menit dari rentang normal 120-160 kali per menit.
Suami Rusmini menangis karena mendengar detak jantung bayinya melemah. Bidan-bidan tak punya cara selain mempercepat persalinan Rusmini. Ibu Maria, seorang bidan senior di Klinik Bumi Sehat kemudian mengajak seluruh bidan untuk saling berhadapan satu sama lain dan mengatakan, “Aku cinta kamu.”
Sang Bidan menatap mata Rusmini. Satu per satu mereka mengatakan ucapan itu. Suami Rusmini yang juga calon ayah bayi tersebut tak ketinggalan memeluk istrinya dan mengucapkan kata-kata yang sama. Keajaiban itu datang. Detak jantung bayi Rusmini meningkat menjadi 120 kali per menit. Sepuluh menit berikutnya ia bisa melahirkan normal. Pasangan bahagia ini sering mengatakan, “Bayi kami diselamatkan oleh cinta.”
Ibu yang melahirkan dengan cara gentle birth bisa memilih ingin melahirkan di mana saja, termasuk di klinik bersalin, tempat praktik bidan, rumah sakit, atau rumah sendiri. Mereka juga bisa memilih posisi melahirkan yang menurutnya nyaman, seperti berbaring, jongkok, atau posisi lainnya.
Persalinan normal, kata Rutini memberi banyak manfaat bagi ibu. Salah satunya bayi dapat terkontaminasi bakteri baik yang meningkatkan kekebalan tubuhnya.
Penelitian ahli dari Swedia dan Skotlandia menunjukkan bakteri jenis bacteroidetes hanya dimiliki bayi yang lahir lewat persalinan normal. Bakteri yang didapatkan bayi saat melalui jalan lahir dan vagina ibunya ini berperan penting melindungi tubuh dari gangguan sistem imunitas.
Pasien Klinik Bumi Sehat juga berasal dari luar negeri. Mereka adalah Warga Negara Asing (WNA) yang melakukan perjalanan khusus ke Bali. Sebagian lainnya adalah wisatawan mancanegara yang kebetulan sedang melancong ke Pulau Dewata.
Mike dan Maia adalah pasangan suami istri dari Ceko. Keduanya sedang baby moon atau bulan madu sebelum melahirkan Si Kecil. Mereka sangat tertarik dengan berbagai informasi tentang gentle birth yang dijalankan Ibu Robin.
“Kami mendengar cerita tentang Ibu Robin dari sahabat yang pernah menjadi pasien di sini. Kesannya begitu mendalam, sehingga kami tertarik mencobanya,” kata Maia.
Layanan bersalin yang diberikan untuk pasien WNI dan WNA di Klinik Bumi Sehat tidak dibedakan. Klinik ini memiliki tiga unit ruang bersalin berstandar sama, empat unit ruangan masa nifas (postpartum), poliklinik umum dan laboratorium, serta klinik akupuntur sebagai fasilitas komplementer.
Kiprah Ibu Robin dan teman-temannya di Klinik Bumi Sehat tak sebatas di Pulau Dewata. Mereka juga ikut terlibat dalam pertolongan medis untuk kemanusiaan, seperti saat peristiwa tsunami dan gempa bumi di Aceh, Yogyakarta, Sumatra Barat beberapa tahun lalu. Ibu dari Deja, Noel, Zhou, Lakota, Zion, Thor, Hanoman, dan Elly Anna ini menginisiasi pendirian Tsunami Relief Clinic di Tanah Rencong.
Setiap calon ibu memimpikan anak yang lahir dengan sehat, cerdas, dan bahagia. Bidan menjadi perpanjangan tangan ibu untuk mewujudkan mimpi itu.
Leave a Comment