Nikmatnya liburan di Pulau Dewata kian terasa sejak perhelatan perdana festival lampion terbesar di Bali, Nusa Dua Light Festival (NDLF) 2017. Ribuan lampu dan ratusan lampion mencerahkan hamparan area seluas 7,4 hektare (ha) di semenanjung Pulau Peninsula, Nusa Dua.
Karakter tanaman, hewan, tokoh animasi, dan bangunan unik nan tematik tak ketinggalan, mulai dari Istana Naga, Taj Mahal, kastil, China Town, hingga nuansa hutan musim salju di Korea. Tingginya pun beragam, mulai dari yang berukuran kecil hingga 15 meter.
Surga lampion ini ditutup tepat 30 Juli 2017 setelah dibuka 44 hari sebelumnya. Ribuan pengunjung setiap malamnya memadati area NDLF beberapa hari menjelang pesta penutupan.
Perusahaan BUMN yang merupakan pengembang sekaligus pengelola kawasan pariwisata Nusa Dua Bali berinisiatif menggelar acara ini. PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) menggandeng Taman Pelangi sebagai penyelenggara acara dan mencatat hampir 100 ribu pengunjung berdatangan di dua pekan pertama, tepatnya 17-30 Juni 2017.
Managing Director ITDC, I Wayan Karioka mengatakan festival ini baru pertama kalinya diselenggarakan di Bali. Ini membuat banyak wisatawan domestik, termasuk warga Bali, juga wisatawan mancanegara (wisman) berkunjung ke NDLF.
“Ibunda Presiden Joko Widodo, Sudjiatmi Notomihardjo, juga komedia Tukul Arwana juga berkesempatan hadir di sini di pekan kedua,” kata Karioka beberapa waktu lalu.
Festival bertajuk The Shine of Peninsula Island ini mengusung tiga konsep, yaitu food, fun, dan festival. Pengunjung tak perlu bingung saat kelaparan. Aneka warung tenda dan truk makanan (food truck) berjejeran menawarkan makanan dam minuman. Hiburan musik dan penampilan ragam budaya lokal dan dunia hadir setiap malam, seperti pertunjukan barongsai.
NDLF menyajikan spot-spot menarik bagi pengunjung yang senang berswafoto. Anak-anak tak akan bosan, sebab pengelola membuatkan lokasi khusus tempat aneka wahana permainan, mulai dari mobil lampion, trampolin, hingga euro bungie.
Klaster taman bunga tulip menjadi salah satu spot favorit pengunjung. Ratusan lampu bunga tulip beraneka warna seperti ditanam di sini, mulai dari tulip merah, oranye, hijau, kuning, dan putih. Ada juga klaster cemara warna-warni di mana beberapa di antaranya dipasangi tempat duduk, cocok untuk berswafoto bersama pasangan atau keluarga tercinta.
“Suasananya seperti sedang di luar negeri,” kata Sisil (23 tahun), salah seorang pengunjung.
Spot berikutnya yang difavoritkan pengunjung adalah taman cinta. Lampu warna-warni berbentuk hati memenuhi klaster ini. Pasangan muda-mudi, suami istri, juga turis asing menyempatkan diri berfoto bersama. Pengunjung perlu menyiapkan kamera khusus atau kamera ponsel cukup bagus untuk mendapatkan hasil foto terbaik di malam hari.
Tiket masuk pengunjung berkisar Rp 20 ribu per orang dan Rp 75 per orang masing-masingnya untuk wisatawan domestik dan mancanegara. Harga tersebut berlaku selama hari kerja, Senin-Jumat. Khusus akhir pekan, harga tiket yang berlaku adalah Rp 30 ribu dan Rp 100 ribu per orang masing-masingnya untuk wisatawan domestik dan mancanegara. Tempat ini dibuka sejak pukul 17.00 WITA hingga 22.00 WITA.
Festival Lampion di Indonesia
Beberapa kota besar di Indonesia sebetulnya sudah memiliki taman atau istana lampion. Kota Malang, Jawa Timur misalnya memiliki Taman Lampion di Batu Night Spectacular yang buka pukul 15.00 WIB hingga 00.00 WIB. Aneka lampion berbentuk manusia, istana, bunga, hewan, dan karakter animasi disuguhkan di sini.
Singaraja yang merupakan ibu kota Kabupaten Buleleng di Bali Utara juga memiliki Lampion Castle yang ditempatkan di obyek wisata outdoor, Krisna Funtastic Land. Lokasinya terbilang jauh dari Bali Selatan.
Festival lampion juga pernah diadakan di kota lainnya di Indonesia, seperti Yogyakarta dengan Festival of Lights Kaliurang, Bogor, Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Marketing Taman Pelangi, Maya mengatakan pengunjung bisa merasakan suasana karnival di malam hari.
“Kami juga menampilkan artis lokal dan pertunjukan akustik yang diisi anak-anak muda Bali,” katanya.
NDLF dinikmati pengunjung dari berbagai kalangan dan usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Wisatawan mancanegara yang menginap di sekitar Kawasan Pariwisata Nusa Dua menjadi target khususnya.
Pesona Pulau Peninsula
Pengunjung lainnya, Rifki Muhamad Bogara (31) mengatakan festival lampion NDLF sangat tepat digelar di Pulau Peninsula. Meski pemerintah pusat atau daerah menyatakan pariwisata di Bali Selatan sudah mulai jenuh, sesungguhnya masih banyak potensi obyek wisata yang belum begitu ramai dikunjungi wisatawan di Bali Selatan ini.
“Salah satunya Pulau Peninsula ini yang bisa membuat Kawasan Pariwisata Nusa Dua semakin populer,” katanya.
Rifki mengatakan pengunjung paling tepat datang ke Peninsula menjelang sore hari. Mereka bisa mendapatkan pengalaman berwisata lebih banyak sebelum menyaksikan festival lampu NDLF di malam hari.
Ada Water Blow, berupa aksi pertemuan air laut di antara tebing curam sekitar pantai karang Pulau Peninsula. Saat aliran air laut masuk ke celah-celah tebing karang ini, maka percikan yang menyembur sangat kuat, bahkan tinggi dan membasahi tubuh pengunjung. Karang-karang kokoh ini sangat tajam, sehingga pengunjung tidak boleh sembarangan mengaksesnya.
Pulau Peninsula juga lokasi sakral tempat berdirinya Pura Dalem Bias Tugel. Meski demikian, pura ini tak bisa dimasuki sembarang orang, kecuali memakai pakaian adat, dan dalam kondisi bersih bagi perempuan.
Patung Kresna Arjuna merupakan ikon kawasan ini. Patung setinggi 17 meter lebih ini tepat berada di tengah kawasan dan masuk ke area NDLF. Pengunjung bisa berfoto di sore hari dengan latar belakang patung ini.
Pemandangan matahari terbenam menyempurnakan petualangan wisatawan di pulau ini. Pantai di sepanjang Pulau Peninsula termasuk pantai di mana pengunjung bisa menyaksikan pemandangan matahari terbit (sunrise) dan matahari terbenam (sunset) sekaligus.
Nusa Dua merupakan kawasan pariwisata yang dirancang untuk kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Berbagai acara berskala nasional dan internasional pernah digelar di sini.
Kawasan Nusa Dua didominasi hotel-hotel berbintang yang dikelola langsung di bawah ITDC. Nusa Dua terdiri dari dua pulau, yaitu Pulau Peninsula yang dikelilingi panorama laut dan tebing karang nan indah, serta Pulau Nusa Dharma yang menyajikan pemandangan laut Selat Badung dan Pulau Nusa Penida, serta lapangan rumput luas dipayungi pepohonan rimbun. Sebuah kawasan suci, Pura Nusa Dharma berdiri sejak 10 Juni 1948 di sini.
Pulau Peninsula memang disiapkan menjadi obyek wisata baru di Bali Selatan. Karioka mengatakan Pulau Peninsula sejauh ini masih berupa area publik yang terbuka yang bebas didatangi pengunjung kapan saja dan berapa pun jumlahnya.
Hal ini mendatangkan masalah baru, khususnya persoalan sampah dan parkir. Karioka mengatakan ITDC tahun lalu sudah mengadakan diskusi forum untuk mengembangkan kawasan ini.
Perwakilan desa adat dilibatkan dalam penataan kawasan. Ini karena pengelola ingin kawasan ini mendapat panduan dan rambu-rambu dari sisi adat dan budaya masyarakat setempat. Piagam Peninsula pun dihasilkan berisi komitmen bahwa penataan Pulau Peninsula ke depannya harus tetap mempertahankan spritualitas kawasan, mempertahankan kelestarian alam dan statusnya sebagai ruang terbuka hijau.
Menuju Pulau Peninsula
Pulau Peninsula berjarak sekitar 10 kilometer (km) dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Pengunjung menempuh perjalanan 20-30 menit menuju lokasi via Tol Bali Mandara.
Pengunjung bisa menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat, baik itu kendaraan pribadi, taksi, atau transportasi online. Mula-mula pengunjung menuju Kawasan Pariwisata Nusa Dua. Lokasi NDLF berdekatan dengan Hotel Gran Hyat, tepatnya melewati Bali Collection dan Nusa Dua Theatre atau Teater Devdan.
Kisaran biaya taksi antara Rp 75-100 ribu, sementara transportasi online berkisar Rp 50-75 ribu. Pengunjung sama sekali tidak dipungut biaya memasuki pintu masuk kawasan Pulau Peninsula alias gratis.
Leave a Comment