https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=G-8K50HN0MMT window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag(‘js’, new Date()); gtag(‘config’, ‘G-8K50HN0MMT’);

Jebakan Pedas Mantap Ala Sop Djanda Bandung


Liburan Natal 2021 kami sekeluarga sweet escape ke Bandung selepas acara keluarga. Kunjungan singkat dua hari hanya untuk staycation dadakan plus nostalgia mengenang masa pacaran sama suami setelah bertahun-tahun tak menyapa Kota Kembang.

Salah satu tujuan kuliner kami adalah Sop Djanda Soekarno Hatta di Jatisari, Buah Batu. Sejak berangkat dari Bekasi saya berpesan pada suami bahwa saya pengen makan sate maranggi dan sop djanda di sana.

Alhamdulillah makan siang kami sungguh nikmat. Ada cerita seru di mana suami yang meski berkuliah empat tahun di Buah Batu, tetapi gak pernah sama sekali makan di sini. Seketika suami dibuat kaget dengan sop djanda.

Kenapa Sop Djanda?

Begitulah pertanyaan suami pertama kali. Katanya namanya gak nyambung, bahkan karyawan di tempat makan satu ini nyaris semuanya laki-laki. Agak gimanaaa gitu.

Namanya sop djanda karena singkatan dari Sop Djakarta dan Sunda. Inilah alasan di balik pemberian nama tersebut.

Sop djakarta, sama seperti sop betawi pada umumnya terkenal gurih dan manis, sedangkan sop sunda khas dengan pedasnya. Ketika keduanya bertemu dalam satu mangkuk. Duarrrr!!!!! Meledak di lidah.

Sop djanda bandung memang spesialis sop daging. Hal yang membedakannya dengan sop daging pada umumnya adalah kumpulan cabai rawit utuh yang sengaja ditata dalam mangkuk. Potongan daging dan iga sapi bertabur daun bawang ditaruh di atasnya, kemudian disiram kuah kaldu panas.

Sensasi pedas yang terasa dari cabai rawit utuh ini beda. Memang rasanya lebih pedas. Oleh sebabnya kita bisa memesan sop yang tidak pedas atau tanpa cabai rawit utuh di dalamnya. Kuahnya original, di samping kuah pedas dan kuah ekstra pedas.

Paling enak makan sop djanda dengan seporsi nasi panas. Daging-daging yang menempel pada tulangnya empuk sekali, mudah dilepas, dan tidak keras.

Sop Djanda Jodohnya Sate Maranggi

Jodohnya sop djanda adalah sate maranggi, sate khas Jawa Barat. Ada dua jenis sate maranggi yang bisa dipesan, yaitu sate maranggi tanpa lemak dan sate maranggi campur lemak.

Saya sarankan pesan sate maranggi campur lemak, sebab rasanya lebih lezat. Kalau sate daging sapi biasa yang tanpa lemak mah banyak yang jual, gak perlu khusus ke Bandung.

Sate maranggi cocok di lidah siapa saja. Orang yang awalnya gak suka sate sekali pun pada akhirnya mungkin gak bisa nolak kalo dijejali sate maranggi.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bahkan menyebutkan sate maranggi sebagai salah satu makanan terlezat di Indonesia. Sate maranggi juga satu dari delapan jajanan kaki lima favorit versi CNN.

Aslinya sate maranggi juga menyimpan kearifan lokal dari Purwakarta, daerah asalnya. Kita mungkin pernah bertanya, kenapa sate maranggi ini selalu berisi tiga potongan daging dalam satu tusuk?

Jawabannya karena melambangkan Tri Tangtu atau cara berpikir masyarakat tradisional Sunda, yaitu tekad, ucap, dan tindakan.

Sate Maranggi Soekarno Hatta disajikan dengan kecap dan acar sambal tomat. Mula-mula daging sate dimarinasi dahulu dengan bumbu, kemudian disusun ke dalam tusuk sate dan selanjutnya dibakar.

Biasanya marinasi daging mencapai satu jam. Tujuannya supaya seluruh bumbu meresap ke dalam daging sate.

Saat dibakar, sate maranggi kembali diolesi bumbu sate yang kompleks. Campuran jahe, kunyit, lengkuas, bawang merah, bawang putih, ketumbar, cuka, dan tak lupa kecap manis.

Saat disajikan, kita bisa menyantap sate dengan atau tanpa bumbu acar. Buat yang suka pedas, sayang rasanya melewatkan acar yang merupakan gabungan dari irisan tomat, cabai rawit, bawang merah, kecap, dan daung kemangi ini.

Tempat dan Harga

Warung Sop Djanda Bandung sudah pasti padat pengunjung, terlebih menjelang makan siang dan malam. Itu yang kami rasakan saat berkunjung beberapa waktu lalu.

Susah untuk mencari tempat duduk dan tempat parkir. Beberapa tamu bahkan harus menunggu di luar sampai pengunjung sebelumnya selesai makan.

Alhamdulillah kami langsung mendapatkan meja karena datang dua jam sebelum jadwal makan siang. Keburu lapar, jadinya gak sabar pengen mabar alias makan bareng di sini.

Desain warungnya sederhana, sebagaimana warung makan lainnya, didominasi warna merah. Warungnya semi outdoor, artinya terlindungi, tetapi dindingnya terbuka, sehingga sirkulasi udara bagus. Ada juga opsi makan di lantai atas.

Soal harga terbilang murah. Satu porsi sop djanda dibanderol Rp 35 ribu sudah termasuk nasi. Sate maranggi tanpa lemak dihargai Rp 35 ribu per porsi, sedangkan yang dicampur lemak Rp 30 ribu per porsi yang terdiri dari delapan tusuk sate.

Gak suka sapi? Ada sate ayam dan sate kambing yang masing-masingnya dihargai Rp 25 ribu dan Rp 35 ribu per porsi. Minumnya terdiri dari aneka jus buah, teh manis, teh tawar, es kosong.

Warung sop djanda tersebar di banyak tempat, tak terkecuali Jakarta dan Bogor. Namun, kita tidak selalu bisa menemukan sate maranggi di sana. Kalau makannya di Bandung mah udah pasti sepaket ketemu semuanya.

Kalian udah pernah makan di sini juga? Ditunggu komentarnya ya.


10 responses to “Jebakan Pedas Mantap Ala Sop Djanda Bandung”

  1. Baru baca saja sudah ngiler, apalagi kalau langsung mencoba. Memang kekayaan bangsa kita, salah satunya adalah kuliner yang maknyuss.

    Like

  2. Di Rungkut, Surabaya juga sudah ada mbak, Sop Djanda ini. Baru juga sepertinya, mayan rame juga di sini.
    Namanya memang unik, saya pun nyaris nggak berani ke sana karena namanya,wkwkwk.
    Baca postingan Mb Mutia sayakoq pingin nyoba Sop Djanda, tapi kami sekeluarga bukan penyuka pedas, bisa kan ya?

    Like

  3. Saya belum pernah makan Sop Djanda ini mbak. Murah juga ya seporsi 35 ribu sudah sama nasi, harga standar lah.

    Ternyata ada filosofi yang terkandung dalam jumlah daging dalam sate maranggi ya, bukan asal saja penentuan angka 3 itu

    Like

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Blog at WordPress.com.