Gaya hidup nokturnal semakin menjadi tren generasi milenial dan seterusnya. Nokturnal berasal dari bahasa Latin, nocturnus yang berarti milik malam. Saya mengenal istilah ini sewaktu berkuliah dulu untuk menggambarkan organisme yang aktif di malam hari, mau itu hewan atau tumbuhan.
Orang-orang nokturnal entah kenapa dikenal sangat produktif pada malam hari. Kali ini saya gak bakal bahas tips menjadi produktif, sebab semuanya sudah dijabarkan lengkap oleh Mba Ica Nafisah di laman personal blognya. Saya tertarik membahas kebiasaan nokturnal yang telah menjadi gaya hidup masa kini.
Kok bisa sih orang-orang nokturnal itu produktif di malam hari? Kok mereka bisa sih begadang sepanjang malam dan baru tidur lewat dari jam 2 dini hari? Kok bisa sih mereka udah tidurnya telat, tapi kalo ada kerjaan jam 7 tetap bisa bangun pagi? Kok bisa, kok bisa, kok bisa?
Nokturnal VS Diurnal
Nah, kalo kita sudah tahu arti nokturnal, kita juga harus tahu lawan katanya, yaitu diurnal. Diurnal berasal dari kata diurnus yang artinya giat siang. Istilah ini digunakan untuk organisme yang aktif di siang hari dan istirahat di malam hari.
Semua organisme yang hidup di muka Bumi pada dasarnya memiliki pengaturan waktu masing-masing. Sebagian besar aktif di siang hari, sisanya di malam hari, mau itu manusia, hewan, atau tumbuhan.
Jika kita bawakan ke hewan, jenis-jenis yang tergolong nokturnal, antara lain tarsius, burung hantu, kelelawar, tikus, kukang, lemur, dan gajah. Haaa? Gajah? Iya. Pasti sebagian dari kita baru tahu bahwa gajah lebih aktif di malam hari.
Mamalia besar ini penglihatannya samar atau kurang bagus di siang hari. Beda cerita kalau malam hari. Gajah semakin lincah menjelajah di hutan.
Gajah cuma butuh waktu tidur 4-5 jam sehari. Sisanya lebih dari 16 jam hewan ini menghabiskannya untuk bergerak dan beraktivitas.
Tumbuhan bisa nokturnal, bisa juga diurnal. Semua bergantung pada musim penyerbukan saat serangga mengunjungi mereka.
Nah, manusia sama seperti tumbuhan. Kita bisa menjadi keduanya, meski pada dasarnya manusia adalah makhluk diurnal.
Dua faktor yang membuat seseorang menjadi nokturnal adalah pekerjaan dan kebiasaan. Beberapa profesi mengharuskan seseorang bekerja pada malam hari.
Contohnya adalah petugas jaga, mau itu polisi, sipir lembaga pemasyarakatan, pemadam kebakaran, petugas kesehatan, atau satpam. Ada juga petugas pengontrol lalu lintas udara atau kita kenal dengan istilah air traffic controllers, operator komputer, supir taksi, dan sebagainya.
Gaya hidup nokturnal bisa juga disebabkan kebiasaan kurang baik, seperti clubbing, mabuk-mabukan, berpesta, atau main game online nonstop sampai pagi. Namun, kali ini saya gak membahas golongan nokturnal yang negatif ini, melainkan mereka yang nokturnal untuk alasan produktivitas yang positif.
Gaya Hidup Kaum Nokturnal
Orang-orang diurnal biasanya kesulitan hidup bersama orang-orang nokturnal. Saya contohnya yang sulit memahami gaya hidup dan jam tubuh mereka yang aneh.
Saya mempunyai adik laki-laki, lebih tepatnya adik ipar yang nokturnal. Usianya nyaris 30 tahun dan sebagian besar waktunya dihabiskan bekerja atau di depan laptop/ gadget hingga dini hari. Adik saya sekarang menjadi senior copy writer di sebuah start up unicorn di Jakarta. Sebelumnya dia lama sekali bekerja di perusahaan advertising.
Setiap hari adik saya tidur selalu di atas jam 12 malam. Kebiasaan ini bertahun-tahun menjadi kekhawatiran kami satu keluarga, khususnya mama. Namun, ya itu tadi, kita yang diurnal akan sangat sulit mengerti mereka.
Meski sudah tahu bahwa tidak sehat begadang setiap malam, orang-orang nokturnal tidak melakukan apapun untuk mengubah kebiasaan mereka. Kita melihat mereka luar biasa bersemangatnya di malam hari.
Gaya hidup nokturnal hanya bisa dimengerti oleh mereka yang sama-sama nokturnal. Ini berbeda loh sama insomnia atau penyakit susah tidur.
Beberapa dari kita mungkin sesekali menyelesaikan pekerjaan atau merumuskan ide proyek di malam hari, tapi tidak selalu kan? Nah, kalo nokturnal konsisten melakukannya setiap hari, setidaknya 80 persen dalam seminggu.
Apa sih sebetulnya yang ada di pikiran orang-orang nokturnal tentang gaya hidup mereka? Sekarang yuk kita mencoba menyelami dunia mereka.
1. Ide-ide bagus muncul lewat tengah malam
Nokturnal ini sebangsa sama pocong, kuntilanak, genderuwo dan teman-temannya kali ya? Doyannya aktif di malam hari, termasuk meramu ide-ide baru.
Meski pun orang-orang nokturnal telah menyelesaikan pekerjaannya di siang hari, tetap saja tidurnya di atas jam 11 malam. Mengapa? Alasannya ide-ide baru selalu muncul lewat tengah malam. Mereka juga lebih berenergi dan bersemangat mengeksekusi ide-ide baru tersebut.
Bisa dibilang mereka gila kerja gak sih? Ya sebagian mungkin begitu. Namun, sebagian lainnya bisa jadi lebih rileks melakukan hal-hal yang disuka di malam hari, seperti membalas email kantor, rileks sejenak menonton film atau episode terbaru dari drama favorit, atau sekadar menulis jurnal harian.
2. Cepat tidur, cepat bangun? Gak ada ceritanya begitu.
Tak peduli seberapa keras para nokturnal mencoba tidur lebih cepat, tak ada yang bisa menjamin mereka bisa bangun lebih cepat juga. Mau laptop mati, TV mati, ponsel disimpan di loteng rumah, mereka tetap akan tidur di atas jam 11 malam.
Mau mereka disuruh membaca buku supaya matanya beralih ke sleep mode, mereka pasti akan membaca bukunya hingga tiga jam lebih, bahkan satu buku bisa dilahap habis.
Mau suruh mereka yoga sebelum tidur? Mereka pasti terjaga beryoga sampai jam tiga pagi. Begitulah sulitnya mengubah kebiasaan mereka.
3. Nokturnal tetap bisa bangun pagi ketika dibutuhkan
Nokturnal tidak takut mengambil tanggung jawab. Jika mereka harus bangun jam 6 pagi supaya sampai di kantor jam 7 pagi, mereka akan melakukannya. Tak jarang mereka memutuskan tidak tidur sama sekali, bertahan sepanjang hari, tapi tak pernah mengeluh, apalagi menangis sedih.
The Night Owl, sebutan lainnya adalah sosok kuat. Mereka bisa mengendalikan emosi dan tahu bagaimana untuk tetap produktif dan tampak enerjik sepanjang hari meski pun tidak tidur malam harinya.
4. Nokturnal pernah berjanji tidur lebih cepat
Jujur, saya sudah mendengar adik saya mengatakannya berkali-kali di depan mama, tapi ujung-ujungnya dia tak melakukannya. Terlepas dari seberapa lelah dan mengantuknya orang-orang nokturnal, mereka tidak akan tidur kurang dari jam 11 malam.
Mau mereka olah raga sampai ngos-ngosan, mandi air hangat biar badan enakan, jungkir balik, guling kanan guling kiri di kasur, tetap tak bisa. Adik saya bahkan pernah minum obat tidur, tapi hasilnya tetap sama.
Memang, mengubah jam tidur itu tidak bisa terjadi dalam semalam. Butuh keseriusan, step by step, dan tentunya kesabaran luar biasa.
5. Nokturnal melakukan banyak hal di malam hari
Diurnal rajin bangun pagi mungkin untuk menyelesaikan PR sekolah, menyelesaikan slide presentasi kantor, atau bahan meeting. Saat diurnal terlelap dalam tidur dan mimpi indah, nokturnal telah menyelesaikan semua pekerjaan tersebut lebih dulu.
Nokturnal juga suka mencuci pakaian di malam hari, membersihkan kamar dan rumah, bahkan menata ruangan. Mereka tidak malas. Mereka hanya lebih suka menyelesaikannya di malam hari.
Tidak ada yang aneh dengan ini. Nokturnal bisa produktif dengan caranya sendiri. Sayangnya apa yang mereka lakukan tidak semuanya bisa dimengerti para diurnal.
Bisa dibilang, melihat matahari terbit lebih awal di ufuk timur bukan lah ambisi mereka.
6. Orang nokturnal biasanya sukses dan cerdas
Banyak orang skeptis akan poin keenam ini. Masak sih hobinya tidur larut tapi bisa sukses? Ya itu tadi, selama tidur larutnya untuk mengerjakan hal-hal produktif dong, bukannya clubbing, berpesta atau mabuk-mabukan sampai pagi.
Mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton dan Barack Obama secara terang-terangan menyebut mereka golongan nokturnal. Obama hanya tidur lima jam saja setiap hari.
Biasanya orang-orang nokturnal menyukai kopi, tapi tidak demikian dengan Obama. Dia tak butuh segelas kopi pun, cukup sebotol air mineral saja plus kacang almond untuk menemaninya begadang.
Clinton tidur larut malam sambil bekerja dan makan pizza. Kadang beliau menelepon beberapa politisi di Amerika dan penjuru dunia pada tengah malam, atau berdiskusi dengan staf khusus kepresidenan.
Sebuah penelitian London School of Economics and Political Science AS menyebutkan ada korelasi kuat antara IQ tinggi dengan kecenderungan seseorang menjadi nokturnal. Ilmuwan asal Jepang, Satoshi Kanazawa yang terlibat dalam penelitian ini mengakui hal tersebut bahwa perilaku nokturnal generasi sekarang merupakan hasil evolusi dari kebiasaan umum nenek moyang kita zaman dulu.
7. Nokturnal memiliki fokus dan konsentrasi baik
Kaum diurnal biasanya mengalami penurunan fokus dan konsentrasi 10 jam setelah bangun tidur di pagi hari. Sekiranya kita bangun pukul 5 pagi, maka konsentrasi kita mulai berkurang sejak jam 3 sore dan seterusnya.
Pelan tapi pasti tubuh kita lelah dan ingin istirahat. Hal ini tidak terjadi pada kaum diurnal. Semakin sore, menjelang malam, mereka justru semakin bersemangat. Ya, persis seperti burung hantu.
Ini bukan opini saya belaka. Ada penelitiannya loh, pakai monitoring MRI pula. Penelitian ini dilakukan tim ilmuwan dari Belgia dan Swiss terhadap 16 orang diurnal dan 15 orang nokturnal.
Penelitian yang dipimpin Profesor Christina Schmidt ini bahkan sudah diterbitkan dalam Journal of Science.
Sayangnya kaum nokturnal lebih rentan terhadap penyakit. Mereka berisiko tiga kali lebih besar terkena depresi dibanding kaum diurnal. Ini merupakan hasil penelitian terpisah yang diterbitkan di Journal of Psychiatry and Clinical Neuroscience.
Risiko ini dikaitkan dengan kurangnya paparan sinar matahari. Para nokturnal mengalami defisit vitamin D yang dapat menyebabkan depresi. Makanya penting untuk menyesuaikan pola makan, khususnya sumber-sumber vitamin D.
Orang-orang nokturnal memang berisiko mengalami masalah kesehatan. Sayangnya itu semua tak menghentikan mereka tidur larut malam. Sebagai kakak dari adik yang demikian, saya tahu perjuangannya. Rasanya seperti melihatnya ada dalam perang sungguhan.
Satu-satunya waktu saya melihat adik saya tidur lebih awal adalah ketika dia merasa sakit, tidak enak badan, atau sedang stres karena kerjaan. Dia berjanji akan mencoba mengubah jam tidurnya lebih awal, tapi keesokan harinya dia mengulangi hal sama.
Yah, mungkin itu sudah menjadi pilihan hidupnya. Semoga pasangan hidupnya kelak bisa memahami kebiasaannya yang antimainstream itu.
Leave a Comment