Kebun binatang apa saja yang pernah kamu kunjungi? Absen yuk? Saya pernah berkunjung ke Kebun Binatang Ragunan, Wisata Fauna Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Kebun Binatang Bukit Tinggi, Kebun Binatang Surabaya, Taman Safari Bogor, Taman Safari Bali, Bali Zoo, dan Bali Bird Park.
Kebun binatang bisa menjadi tempat liburan mengasikkan bersama keluarga. Sudah terlalu lama gadget merenggut kehidupan kita. Android dan smartphone memanjakan kita, membuat kita terlalu santai, sehingga kita lebih senang menghabiskan waktu sehari-hari, khususnya hari libur dengan duduk atau rebahan bersamanya.
Mengapa tidak mencoba berkunjung (lagi) ke kebun binatang bersama keluarga?
Ah, sudah pernah, bosan.
Bosan? Bagaimana jika kita sedikit berimprovisasi dengan kunjungan berikutnya?
Hmmm, boleh juga tuh. Gimana caranya?
Baca terus tulisan ini ya?
Oke deh!
Jangan Musuhi Kebun Binatang!
Saya pinjam judul di atas dari coretan dosen saya, Ibu Mirza Dikari Kusrini di status Facebook-nya beberapa waktu lalu. Beliau adalah ahli herpetologi Fakultas Kehutanan IPB.
Tidak semua orang setuju dengan keberadaan kebun binatang. Mungkin sebagian dari kita yang tadinya senang-senang aja berkunjung ke sini, menjadi memandang sebelah mata setelah maraknya kasus perlakuan oknum pengelola kebun binatang yang semena-mena terhadap satwa.
Beberapa tahun lalu viral gambar-gambar dan foto seekor harimau sumatera yang kurus kering karena ditelantarkan di Kebun Binatang Surabaya. Kebun binatang terbesar di Asia Tenggara ini bahkan dilabeli sebagai Death Zoo.
Baca Juga: Nge-bolang di Batu Malang
Sebelum itu juga viral video penyiksaan orangutan di Kebun Binatang Bandung. Saya pun terpancing untuk mengecam keras dan meminta kebun binatang ini ditutup saja jika terbukti mengabaikan kesejahteraan satwa.
Ibu Miki, demikian panggilan akrab beliau juga berpandangan sama. Jika ada kebun binatang yang pengelolaannya kacau, binatangnya gak keurus, maka kebun binatang itu layak dikerangkeng alias ditutup.
Namun, sebelum menyerukan hal tersebut ada baiknya kita bijak menyikapi informasi beredar. Cek kebenaran gambar, foto, video, dan pesan berantai yang berkembang supaya tidak termakan hoax.
Di negara maju, ada banyak pihak menentang keberadaan kebun binatang, salah satunya PETA (People for the Ethical Treatment of Animals).
Organisasi pelindung hak asasi hewan dunia yang bermarkas di Amerika Serikat ini menilai kebun binatang adalah penjara bagi satwa. Satwa dikerangkeng, dikandangkan secara tak layak, menjadi obyek tontonan banyak orang, hingga rentan stres dan tersiksa.
Ibu Miki mempunyai pandangan berbeda. Kebun binatang maju umumnya sudah meninggalkan sistem kandang model kerangkeng. Kandang satwa telah didesain sedemikian rupa untuk memenuhi kenyamanan dan keamanan satwa, termasuk pengunjungnya.
Pengelola kebun binatang bahkan bergabung dengan berbagai asosiasi untuk memastikan anggota-anggotanya memenuhi standar kesejahteraan satwa, termasuk tidak melakukan pembelian satwa di pasar gelap.
Di Indonesia, kebun binatang bahkan dimasukkan dalam kategori lembaga konservasi. Fungsinya tak sekadar rekreasi dan edukasi, namun juga konservasi eksitu, yaitu penyelamatan dan pengembangbiakan satwa liar di luar habitat aslinya.
Ibu Miki mencontohkan, banyak sekali satwa yang sudah diduga hilang, namun masih ada di kebun binatang, misalnya Kura-Kura Rote. Orientasi kebun binatang memang bisnis, namun kental dengan visi konservasi. So, jangan ikut-ikutan memusuhi kebun binatang ya!
Manfaat Liburan ke Kebun Binatang
Kunjungan ke kebun binatang memberi segudang manfaat, khususnya bagi anak. Apa saja itu?
1. Liburan keluarga
Kebun binatang bukan cuma tempat menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga. Kebun binatang juga media edukasi dan rekreasi.
Kebun binatang memberi kita, khususnya yang masih awam kesempatan untuk melihat dan mengenal berbagai satwa. Kita tak harus menjadi penjelajah hutan profesional untuk bisa melihat langsung satwa-satwa eksotis di alam liar.
Anak-anak perkotaan bisa merasakan sensasi berada di hutan, meski cuma hutan buatan sembari melihat satwa-satwa berinteraksi satu sama lain. Kunjungan ke kebun binatang menjadi wisata murah meriah ketimbang mereka harus terbang ke Aceh untuk melihat harimau dan Badak sumatera, atau terbang ke Papua hanya untuk menyaksikan cendrawasih menari.
2. Membuktikan satwa liar itu ada
Selama ini anak-anak kita hanya mengenal beruang karena kita menghadiahinya Teddy Bear. Anak-anak kita mengenal domba karena diberi boneka Shaun the Sheep. Mereka tahu burung karena ada boneka Angry Bird.
Bac Juga: Ketika Burung dan Manusia Bertemu di Bali Bird Park
Kunjungan ke kebun binatang membuktikan kepada anak bahwa hewan-hewan tersebut sesungguhnya ada di dunia nyata. Apa yang mereka lihat di televisi, yang mereka baca di buku, yang mereka dengarkan dalam cerita dongeng ternyata riil. Anak-anak bisa menyaksikan sendiri hewan kesukaannya yang berwujud hidup dari jarak dekat.
3. Melihat wujud asli satwa
Anak-anak kita selama ini mungkin mengenal satwa hanya dari video animasi, gambar kartun, atau film. Di ingatan mereka mungkin terpatri bahwa gajah itu pasti berwarna cokelat kemerahan seperti Tantor di animasi Tarzan. Mereka menganggap susunan surai singa pasti berbentuk segi enam seperti surai Alex di Madagascar.
Jalan-jalan ke kebun binatang membantu anak membedakan mana hewan dalam animasi dan mana hewan dalam bentuk nyata.
4. Mengenal perilaku satwa
Menyaksikan langsung perilaku satwa menjadi aktivitas menarik sekaligus mendebarkan bagi anak. Bayangkan saat anak kita pertama kali mendengarkan singa mengaum, sapi mengemoh, kambing mengembek, ayam berkokok, dan aneka burung berkicau.
Anak-anak juga memahami pola kekerabatan satwa, misalnya harimau yang suka soliter, gajah yang suka berkelompok, beberapa jenis burung senangnya berpasangan. Mereka juga tahu ada hewan pemangsa dan hewan yang dimangsa.
5. Mengenal habitat satwa
Kebun binatang saat ini mulai meninggalkan konsep kandang kotak segi empat. Pengelola menyiapkan habitat mikro yang mirip dengan habitat asli satwa di hutan. Anak-anak akan mengetahui habitat merak di hutan dataran rendah, buaya di lahan basah, harimau di hutan dataran rendah hingga hutan pegunungan, dan sebagainya.
6. Menghilangkan rasa takut pada satwa
Secara tak sengaja anak menangkap bahwa hewan-hewan besar, seperti harimau, singa, jerapah, gajah, macan menakutkan. Hewan-hewan ini boleh saja satwa liar, namun anak-anak perlu mengenal keindahan dan peran mereka di hutan. Nah, kebun binatang bisa menjadi cara untuk menghilangkan ketakutan tersebut.
7. Mengajarkan anak disiplin
Ada sejumlah aturan berlaku bagi pengunjung kebun binatang, seperti larangan memberi makan satwa sembarangan, larangan melalui batas aman areal kandang, larangan buang sampah sembarangan, larangan makan dan minum di sekitar kandang, larangan merokok, dan larangan mengganggu satwa.
Kebun binatang menjadi salah satu tempat terbaik mendisiplinkan anak. Syukur-syukur disiplin tersebut terbawa hingga mereka pulang dan seterusnya.
8. Memupuk kepedulian dan rasa cinta lingkungan
Anak-anak semakin paham pentingnya menjaga lingkungan, khususnya hutan sebagai habitat satwa. Gangguan sekecil apapun terhadap ekosistem hutan bisa berdampak pada kesejahteraan satwa.
Kebun binatang mengajarkan anak peran setiap satwa di hutan, misalnya burung-burung menyebarkan serbuk bunga, orangutan menyebar biji tanaman buah, kotoran satwa menyuburkan tanah yang menjadi lantai hutan.
Sebagian besar kebun binatang dilengkapi area Baby Zoo atau Petting Zoo. Anak-anak bisa praktik memberi makan satwa, membelai satwa, dan belajar banyak tentang kehidupan satwa. Ini akan memupuk kepedulian dan rasa cinta lingkungan.
9. Family bonding
Orang tua, kakek nenek, anak cucu, sepupu, dan saudara kandung semuanya bisa menikmati suasana kebun binatang bersama.
Sebagian kebun binatang bahkan menyediakan wahana bermain anak di luar edukasi tentang satwa. Bali Zoo misalnya memiliki Jungle Water Splash, taman air untuk dewasa dan anak. Kebun Binatang Ragunan menyediakan wahana kereta keliling, perahu angsa, kuda bendi, dan sepeda ganda yang bisa digunakan anak-anak hingga dewasa.
Tips Antibosan ke Kebun Binatang
Pemandangan umum yang kita lihat di kebun binatang rata-rata sama. Senyum bahagia pengunjung. Anak-anak sumringah, berteriak gemas saat bertemu hewan-hewan favorit mereka. Patroli stroller anak mulai dari gerbang masuk hingga pintu keluar, disempurnakan dengan ramainya suara hewan.
Kunjungan ke kebun binatang terkesan membosankan karena aktivitas yang dilakukan tak lebih dari datang, berkeliling, pulang.
Baca Juga: Famgath Telkomsel ke Taman Safari Bali
Kebanyakan pengunjung sekadar lalu, tak menyempatkan diri membaca papan penanda kecil berbentuk kotak atau persegi panjang yang sengaja dipajang di sekitar kandang. Papan interpretasi itu memberi informasi lengkap tentang jenis hewan yang dilihat, mulai dari nama lokal, nama ilmiah, jenis pakan, hingga ukuran tubuh.
Jika pun dibaca, orang tua hanya membacanya untuk diri sendiri, tidak mengedukasi makhluk kecil yang datang bersama mereka. Anak-anak yang sedang asik membaca pun diburu-buru melanjutkan perjalanan.
Fasilitas edukasi di kebun binatang seluruh Indonesia relatif sudah lengkap. Namun, anak-anak tak sepenuhnya mendapat esensi dari kehadiran mereka di kebun binatang.
Orang tua lebih tertarik mempertontonkan anak-anak mereka pemandangan monyet bergelantungan ke sana kemari, harimau tidur, atau gajah menyemburkan air, ketimbang menimba manfaat lain yang jauh lebih penting.
Bagaimana caranya supaya kunjungan ke kebun binatang tidak membosankan bagi anak?
1. Pilih kebun binatang yang bagus
Pilih kebun binatang yang fasilitatif untuk anak, mulai dari edukasi, rekreasi, dan aktivitas menarik lainnya. Pilih juga kebun binatang yang cocok untuk segala usia, supaya anak dan orang tua sama-sama bisa enjoy berada di dalamnya.
Kebun binatang yang bagus mempunyai visi misi konservasi, dan memerhatikan kesejahteraan satwa.
2. Beri anak pengantar informasi beberapa hari sebelum kunjungan
Supaya kunjungan ke kebun binatang tidak membosankan, orang tua perlu mencari tahu segala informasi terkait destinasi yang dikunjungi.
Cari tahu hewan apa saja yang kira-kira ada di kebun binatang tersebut dan berikan sedikit pengantar untuk anak. Sampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti, dan buat anak semakin excited hendak berkunjung ke sana.
3. Siapkan topik dan tema untuk dijelajahi
Jika anak kita sudah usia sekolah, misalnya SD atau SMP, siapkan topik yang akan dipelajari sesuai usia mereka. Anak usia SMP misalnya bisa belajar tentang evolusi, ekologi, keanekaragaman hayati satwa, dan konservasinya, dikaitkan dengan keberadaan kebun binatang.
Wah, saya kan bukan orang tua lulusan biologi atau konservasi. Mana saya paham?
Ya Googling atuh pak, buk! HP-nya jangan cuma buat Facebook-an doang.
4. Siapkan kegiatan interaktif untuk si kecil
Kita bisa menyiapkan kegiatan interaktif di kebun binatang untuk anak usia balita. Contoh sederhana, bantu anak mengidentifikasi satwa, misalnya dengan membawa serta buku cerita bertema hewan yang biasa mereka baca di rumah, kemudian menyesuaikan jenis hewan yang ada di buku dengan hewan yang dijumpai di kandang.
5. Sisipkan materi pendidikan lingkungan
Anak-anak itu malaikat kecil yang pintar. Tak ada salahnya kita memperkenalkan mereka dengan istilah-istilah baru, misalnya habitat, reproduksi, niche, keanekaragaman hayati, dan istilah-istilah lain tentang hutan dan satwa.
Bahas tentang warna dan bagian tubuh satwa, misalnya sayap, ekor, surai, tanduk, cakar, belalai, beserta fungsinya. Untuk balita, orang tua bisa terlebih dahulu memelajari beberapa lagu hewan, misalnya Burung Kakak Tua, Kupu-Kupu, Bermain dalam Lingkaran, Si Kancil, Burung Tantina, atau Semut Kecil.
Kita juga bisa menciptakan sendiri lagu baru tentang jenis satwa tertentu, misalnya Lihat Gajahku, namun menggunakan irama lagu Lihat Kebunku. Akulah Singa, namun menggunakan irama lagu Aku Anak Gembala. Liriknya bisa diciptakan sendiri oleh ibu ayah di rumah.
6. Dapatkan peta kebun binatang
Beberapa kebun binatang bagus biasanya menyediakan peta kebun binatang yang sangat komunikatif. Di peta itu kita bisa melihat semua jenis hewan yang ada di kebun binatang. Dari peta tersebut kita juga bisa membuat rute kunjungan berbeda saat menjelajahi kebun binatang. Jadi, tidak harus sama dengan pengunjung lainnya.
Ingin melihat gajah terlebih dahulu? Silakan. Ingin bertemu harimau dan singa dahulu? Monggo. Langsung menyaksikan atraksi satwa? Boleh.
Semoga tulisan ini bisa membantu siapa saja yang ingin memberi nilai lebih dari kunjungan bersama anak ke kebun binatang. Selamat merencanakan liburan ya ayah bunda!
Leave a Comment