Kalau bicara Pesawaran, Lampung, pikiran kita pasti langsung terbang ke pantai-pantai cantiknya. Pantai Sari Ringgung, Mutun, Klara, Dewi Mandapa, sampai Mahitam yang airnya sebening kaca. Kabupaten ini bukan cuma destinasi wisata, melainkan rumah bagi ekosistem laut yang kaya, terumbu karang sehat, padang lamun, hutan mangrove, dan berbagai biota yang bikin daerah ini dilirik sebagai bagian dari marine eco-parks Pulau Sumatra.
Tapi kamu pasti tahu, say… surga pun bisa terluka. Dan luka paling besar yang sedang dirasakan pesisir Indonesia, termasuk Pesawaran https://dlhpesawaran.org/berita/ adalah polusi plastik dan mikroplastik.
Plastik itu benda yang sering kita anggap sepele. Kantong kresek yang dipakai 10 menit, botol minum sekali pakai, sedotan, bungkus snack, popok, styrofoam… semua akhirnya berakhir di tempat yang sama, laut.
Itu laut yang sama tempat ikan-ikan bertelur. Laut yang sama tempat turis snorkeling melihat karang. Laut yang sama tempat nelayan mencari rezeki. Laut yang sama yang selama ini kita banggakan.
Kali ini, aku mau ajak kamu ngobrol tentang dampak polusi plastik di wilayah pesisir dan perairan laut, khususnya Pesawaran. Kita bahas kenapa masalah ini penting, apa saja faktanya, dan apa yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat. Yuk kita mulai.
Pesawaran: Cantik, Kaya, dan Rapuh
Sebelum ngomongin polusi, kita perlu tahu dulu seberapa berharganya alam Pesawaran. Biar kita paham apa yang sedang dipertaruhkan.
Kabupaten Pesawaran itu ibarat lumbung kekayaan laut. Ada terumbu karang warna-warni; ikan hias dan ikan konsumsi bernilai ekonomi tinggi; padang lamun (seagrass) yang jadi rumah dugong, penyu, dan ribuan spesies kecil; hutan mangrove sebagai peredam abrasi; pulau-pulau cantik seperti Pahawang, Tegal Mas, Maitem, Kelagian, Mahitam; laut dangkal yang jernih, surga snorkeling; serta daerah konservasi alam yang dilirik sebagai marine eco-parks Sumatra
Pesawaran adalah salah satu spot terbaik snorkeling di Sumatra karena keragaman biota laut dan kondisi karangnya. Banyak wisatawan yang rela menempuh perjalanan panjang hanya untuk berenang bersama nemo dan melihat karang-karang mekar seperti taman bawah laut di sini. Tapi keindahan itu pun pelan-pelan mengalami tekanan, dan salah satu tekanan terbesar adalah sampah plastik.
Kamu tahu, say, plastik itu unik. Dia ringan, kuat, murah, serbaguna… tapi di balik “kebaikan” itu ada fakta menyedihkan. Plastik butuh ratusan tahun untuk terurai. Satu kantong plastik bisa bertahan 400–1.000 tahun. Botol plastik sekitar 450 tahun. Styrofoam? Tidak bisa terurai secara alami.
Dan saat semua itu hanyut ke laut, sampahnya mengapung, lalu pecah menjadi partikel super kecil yang disebut mikroplastik (ukuran < 5 mm). Nah, mikroplastik inilah yang lebih berbahaya, karena tidak terlihat, bisa dimakan ikan, bisa masuk rantai makanan, dan akhirnya bisa masuk tubuh manusia.
Siapa sangka, say, plastik yang kita buang hari ini bisa kembali ke tubuh kita dalam bentuk mikroplastik dalam minuman, garam, atau seafood. Dalam banyak penelitian di Indonesia, mikroplastik ditemukan dalam usus ikan kembung, tongkol, bahkan kerang hijau.
Kalau kita makan ikannya? Ya mikroplastiknya ikut masuk. Sesederhana itu.
Dampak Polusi Plastik di Kawasan Pesisir Pesawaran
Sekarang kita kaitkan dengan kondisi nyata di Pesawaran. Beberapa desa pesisir di Pesawaran mulai melaporkan pantai makin banyak sampah yang hanyut saat musim barat. Ember, sandal, plastik, popok, styrofoam, semua datang entah dari mana. Sampah ini tidak selalu berasal dari warga lokal.
Banyak sampah datang dari aliran sungai, wisatawan, kapal, dan wilayah lain yang terbawa arus. Terjadi juga kerusakan terumbu karang akibat sampah.
Selanjutnya, mangrove tercemar plastik. Akar mangrove yang semestinya jadi tempat pembesaran ikan dan udang, seringkali tersangkut sampah. Plastik itu menghalangi respirasi akar hingga mengganggu ekosistemnya.
Mikroplastik ditemukan di perairan Teluk Lampung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Teluk Lampung, yang mencakup wilayah Pesawaran, sudah mengandung mikroplastik dalam jumlah signifikan. Ini mengancam plankton, ikan kecil, ikan konsumsi, kerang hijau, teripang dan biota lain, dan pada akhirnya, manusia.
Industri pariwisata pun ikut terdampak. Siapa yang mau snorkeling di laut penuh sampah? Wisata Pahawang dan Tegal Mas bisa kehilangan pesonanya jika sampah semakin banyak.
1. Terumbu Karang
Karang itu makhluk hidup yang sangat sensitif. Plastik yang menutupi permukaannya bisa menyebabkan infeksi, mati jaringan, bleaching, ketidakmampuan tumbuh. Padahal karang adalah fondasi seluruh ekosistem laut.
Kantong plastik yang menutupi karang membuat karang mati karena tidak bisa melakukan fotosintesis. Karang bukan tumbuhan, tapi ia punya simbiosis dengan alga yang butuh cahaya. Tanpa karang sehat, populasi ikan turun.
2. Ikan dan Biota Laut
Mikroplastik menurunkan kualitas pertumbuhan ikan, tingkat reproduksi, kemampuan berenang, kesehatan organ, bahkan ada ikan yang mati dengan perut penuh plastik.
3. Nelayan
Kalau populasi ikan menurun akibat polusi, hasil tangkapan nelayan turun. Pendapatan turun. Ekonomi pesisir terganggu.
4. Wisata Bahari
Air keruh dan sampah mengurangi minat wisatawan. Apabila jumlah kunjungan wisata menurun, pendapatan masyarakat ikut turun.
5. Kesehatan Manusia
Mikroplastik ada di garam laut, ikan, air minum, bahkan udara. Efek jangka panjangnya terjadi gangguan hormon, peradangan, risiko kanker.
Pesawaran punya karakter unik. Garis pantainya panjang, perairan dangkal dengan visibilitas tinggi, pulau-pulau kecil sebagai habitat penting, keanekaragaman hayati tinggi, potensi konservasi besar, akses wisata mudah, dekat dengan mobilitas penduduk dan ekonomi.
Karena itu Pesawaran dianggap hotspot untuk konservasi laut, pengembangan ekonomi biru (blue economy), ekowisata, pendidikan lingkungan, penelitian mikroplastik. Tapi justru karena posisinya sangat strategis itulah, Pesawaran juga rentan sekali pada polusi plastik.
Daerah yang seharusnya jadi kebanggaan Sumatra sebagai marine eco-parks bisa kehilangan daya tariknya kalau kita tidak menjaga lautnya dari sampah.
Polusi Plastik Datang Bersama Kebiasaan Kita
Tidak nyaman, tapi perlu diakui bahwa bungkusan bakso, mie, es teh manis di pantai, popok yang dibuang ke sungai, sampah wisatawan, sampah restoran dan warung, sampah yang hanyut dari kota, perahu nelayan yang membuang sampah ke laut, semua berkontribusi.
Polusi plastik bukan “kesalahan orang lain.” Ini kebiasaan kita sehari-hari. Dan kalau kita berani jujur, perubahan besar memang dimulai dari hal kecil seperti, seperti membawa botol minum sendiri, menghindari styrofoam, membawa kantong belanja sendiri, tidak membuang sampah ke sungai, dan edukasi anak sejak kecil.
Terdengar klise? Mungkin. Tapi inilah yang benar-benar berdampak. Selanjutnya, aku punya tips praktis berupa langkah realistis menyelamatkan laut dari polusi plastik:
- Kurangi penggunaan plastik sekali pakai. Sedotan, kresek, botol sekali pakai, hindari sebanyak mungkin.
- Gunakan wadah makanan sendiri. Kalau jajan seafood, bawa wadah. Warung pun biasanya welcome.
- Selalu bawa kantong belanja sendiri. Sekali tidak bawa, pasti pulang bawa kresek.
- Kampanye pantai tanpa styrofoam karena itu bencana kecil yang menyamar jadi wadah makanan.
- Edukasi anak tentang laut. Ajarkan tentang ikan, karang, mikroplastik. Anak-anak cepat paham.
- Ikut aksi bersih pantai. Tidak perlu menunggu event. Lihat sampah, ambil.
- Kurangi pemakaian popok sekali pakai karena popok adalah salah satu penyumbang sampah terbesar di pesisir.
- Dorong warung-warung pantai untuk beralih ke wadah aman, misalnya kertas lilin, daun pisang, atau mangkuk yang bisa dicuci ulang.
- Kelola sampah rumah tangga lebih baik. Pisahkan plastik, organik, B3.
- Gunakan produk rumah tangga yang lebih ramah lingkungan. Sampo bar, sabun bar, deterjen biodegradable.
- Edukasi wisatawan. Kadang wisatawan bukan sengaja membuang sampah. Mereka cuma tidak sadar.
- Dukung program pemerintah dan komunitas konservasi.
Dinas Lingkungan Hidup Pesawaran https://dlhpesawaran.org/berita/ mempunya beberapa program penanganan sampah. Selain itu, apabila ada kegiatan restorasi terumbu karang, penanaman mangrove, patroli laut, riset mikroplastik, kamu harus pedulu karena semua ini saling berkaitan.
Semoga setelah membaca tulisan ini, kamu melihat plastik dengan cara berbeda. Tidak lagi sebagai benda kecil sepele…
tapi sebagai makhluk keras kepala yang bisa merusak generasi.

Leave a Comment