Review drama china 'The Prisoner of Beauty'
Review drama china 'The Prisoner of Beauty'

Bayangkan kamu terlahir sebagai putri cerdas dari keluarga ternama, tapi justru harus menikah dengan lelaki dari keluarga yang secara harfiah pernah berperang dengan keluargamu, bahkan ingin membantai seluruh keluargamua tak bersisa. Seperti kisah klasik Romeo dan Juliet, tapi… minus bunuh diri di akhir. Inilah awal mula kisah antara Xiao Qiao dan Wei Shao, dua tokoh utama dalam drama china terpanas tahun 2025, The Prisoner of Beauty.

Aku baru aja selesai nonton semua 36 episode, dan jujur… aku masih belum bisa move on. Padahal niatnya mau lanjut nonton Xiao Zhan di The Legend of Zang Hai (Zang Hai Zhuan), tapi bentar dulu deh. Rasanya mau rehat bentar karena habis naik roller coaster emosi di The Prisoner of Beauty.

Nggak setiap tahun aku kasih skor 10 buat drama china, tapi untuk tahun 2025 ini, The Prisoner of Beauty benar-benar layak dapet angka sempurna itu. Kenapa? Silakan kamu baca review ini sampai habis.

Review drama china 'The Prisoner of Beauty'
Review drama china ‘The Prisoner of Beauty’

Sinopsis Drama China The Prisoner of Beauty

Di masa lampau, dua negara besar, Yanzhou dan Wei, memilih berdamai lewat sebuah proyek ambisius: pembangunan Kanal Yongning. Tujuannya mulia, untuk menyejahterakan dua kota perbatasan mereka, yaitu Kota Panyi (wilayah Yanzhou) dan Kota Xindu (wilayah Wei). Dari proyek itu, lahirlah perjanjian aliansi bahwa kedua negara akan saling bantu, bahkan jika perang sekalipun datang menghampiri.

Sayangnya, janji tinggal janji…

Tahun-tahun berlalu, hingga suatu hari, Negara Bianzhou, musuh Negara Wei, mengirim pasukan menyerang Xindu. Sang jenderal, Li Su, memimpin langsung penaklukan. Dalam serangan berdarah itu, Adipati Wei (Wei Lun), putranya (Wei Jing), dan cucu tertuanya, Wei Bao (Bo Gong), gugur di medan perang. Satu-satunya pewaris yang selamat hanyalah Wei Shao (diperankan Liu Yuning) yang saat itu masih kecil.

Saat tragedi itu terjadi, pasukan Negara Wei sebenarnya tengah menanti bala bantuan dari Yanzhou. Tapi Adipati Yanzhou, Qiao Gui, menarik pasukannya, tak jadi membantu dengan alasan tak ingin negaranya ikut campur perang dua negara dan itu sudah menjadi takdir. Xindu pun jatuh. Sejak itu, dendam membara di dada Wei Shao. Dia bersumpah membalas semua luka dengan membunuh Jenderal Li Su dan melenyapkan seluruh keluarga Qiao yang dianggap mengkhianati perjanjian persahabatan itu.

14 tahun kemudian…

Wei Shao sukses memenuhi separuh sumpahnya. Ia berhasil membunuh Jenderal Li Su dan merebut kembali Xindu dari Negara Bianzhou kembali di bawah kekuasaan Negara Wei. Tinggal satu misi terakhir: menaklukkan Panyi, gerbang utama menuju pusat pemerintahan Yanzhou, tempat keluarga Qiao tinggal, dan menghabisi mereka semua.

Akan tetapi, takdir malah berbelok…

Adipati Qiao Gui justru mengajukan lamaran agar cucunya dinikahkan dengan Wei Shao. Nenek Wei Shao, Nyonya Xu, menerima lamaran itu, berharap cucunya meninggalkan dendam masa lalu dan membangun masa depan baru bersama cucu Keluarga Qiao.

Semula, Wei Shao hendak dinikahkan dengan Qiao Fan (Da Qiao), cucu perempuan tertua dari Keluarga Qiao. Sayangnya, Da Qiao malah kabur menjelang pernikahan bersama kekasihnya, Bi Zhi, seorang budak. Aksi pelarian itu sebenarnya dibantu oleh sepupunya, Qiao Man alias Xiao Qiao (diperankan Song Zuer), yang ingin melihat sang kakak sepupu hidup bahagia.

Xiao Qiao menggantikan kakaknya menikah dengan Wei Shao
Xiao Qiao menggantikan kakaknya menikah dengan Wei Shao

Sebagai gantinya, Xiao Qiao harus menggantikan Da Qiao untuk menikah dan menjadi istri Wei Shao. Xiao Qiao sendiri sebetulnya sudah dijodohkan dengan Liu Yan, putra mahkota dari Negara Liang Ya. Tapi karena merasa negara itu meremehkan keluarganya, bahkan hanya memberi mahar ala kadarnya, Xiao Qiao menolak dan memutuskan dia sendiri yang akan menggantikan Da Qiao untuk menikah dengan Wei Shao.

Xiao Qiao bukan gadis biasa. Sejak kecil, ia tumbuh tanpa ibu, sementara ayahnya sibuk di medan perang. Karena itulah ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama kakeknya, Adipati Qiao Gui, bahkan saat sang kakek sakit keras dan harus memimpin negara dari tempat tidur.

Di sanalah Xiao Qiao belajar banyak. Ia paham politik, strategi perang, dan bahkan tahu seluk-beluk pemerintahan, meski tak pernah memegang senjata. Sang kakek sering berkata: “Cucu perempuanku ini lebih cerdas dari ayah dan pamannya.” Sayang, ia hanya seorang perempuan.

Satu masalah besar menghadang, Wei Shao sama sekali tidak menerima perjodohan ini. Ia tetap ingin menyerang Panyi dan melenyapkan Keluarga Qiao. Maka, keluarga Qiao pun mengajukan agar pernikahan digelar di Xindu saja, strategi untuk mencegah Wei Shao masuk ke Panyi. Iringan kereta pengantin berisi Xiao Qiao pun langsung dikirim ke Xindu.

Wei Shao ingin menduduki Panyi, gerbang masuk Negara Yanzhou
Wei Shao ingin menduduki Panyi, gerbang masuk Negara Yanzhou

Kenapa Wei Shao begitu terobsesi dengan Panyi?

Karena Panyi adalah pintu masuk ke jantung kekuasaan Yanzhou, tempat keluarga Qiao tinggal dan segel kekuasaan disimpan. Jika Panyi jatuh, maka keluarga Qiao tinggal menunggu waktu.

Xiao Qiao pun mencari cara. Ia meminta kakeknya memberikan Kota Panyi sebagai harta sesan atau warisan pengantin atas namanya. Artinya, secara sah, Xiao Qiao adalah pemilik sah segel Panyi. Dan jika Wei Shao ingin menguasai kota itu, ia tak punya pilihan lain selain menikahi Xiao Qiao.

Adipati Qiao Gui akhirnya setuju. Namun ia berpesan, “Perlakukan Wei Shao dan keluarganya seperti air.” Halus, tenang, tapi bisa menaklukkan api.

Pernikahan digelar. Tapi tak semudah itu Xiao Qiao meluluhkan hati Wei Shao yang penuh luka. Bahkan setahun setelah menikah, Wei Shao tak pernah menyentuh Xiao Qiao. Ibu mertuanya bahkan menyarankan putranya, Wei Shao untuk mengangkat selir. Namun, Xiao Qiao tak menyerah.

Xiao Qiao tetap bersikap jujur. Ia tak berpura-pura membenci keluarganya hanya karena telah menikah dengan Wei Shao. Ia justru membantu sang suami menyelesaikan berbagai masalah negara, seperti membangun kembali Kota Xindu pascaperang, mendapat pengakuan dari rakyat di Panyi, memperbaiki Kanal Yongning, mengatasi kekeringan, membangun irigasi, hingga menyusun strategi perang.

Sedikit demi sedikit, kejujuran dan ketulusan Xiao Qiao mulai membuka celah di hati Wei Shao. Bukan karena kata-kata manis, tapi karena keberanian dan dedikasi gadis itu yang tak pernah gentar berdiri di samping suami yang awalnya ingin membunuhnya. Dan dari sinilah kisah cinta yang penuh luka, dendam, dan pengorbanan mulai tumbuh di tengah bara politik dan perang antar empat negara: Yanzhou, Wei, Bianzhou, Liang Ya.

Wei Shao dan Xiao Qiao akhirnya menikah
Wei Shao dan Xiao Qiao akhirnya menikah

Karakter-Karakter Pendukung di The Prisoner of Beauty

1. Wei Yan/ Shiyuan, diperankan Liu Duan Duan

    Wei Yan adalah kakak sepupu Wei Shao, sosok yang hidupnya tak kalah rumit dibanding tokoh utama kita. Ia adalah buah dari pernikahan politik antara putri Negara Wei dengan penguasa Bianzhou, sebuah pernikahan yang semula diniatkan sebagai simbol perdamaian. Tapi tragisnya, sang putri justru mengalami pelecehan di negeri asing itu. Ia dibuang dalam keadaan hamil, dan dari rahimnya lahirlah Wei Yan.

    Sejak kecil, Wei Yan tumbuh dalam dilema. Ia membawa darah Wei, tapi secara teknis harus mengakui pria yang menyakiti ibunya, Chen Pang, yang kemudian menjadi penguasa Bianzhou, sebagai ayahnya. Beban itu berat, tapi beruntung, Wei Yan tumbuh dikelilingi kasih sayang. Neneknya dan Wei Shao, sang adik sekaligus teman seperjuangannya, menjadi cahaya yang menenangkan dalam hidupnya.

    Wei Yan/ Shiyuan, diperankan Liu Duan Duan
    Wei Yan/ Shiyuan, diperankan Liu Duan Duan

    Meski pada akhirnya ia memilih kembali ke Bianzhou, ke tempat asal ayah kandungnya, Wei Yan tidak pernah benar-benar melepaskan ikatannya dengan tanah kelahirannya. Bahkan di saat genting, ketika Negara Wei nyaris jatuh ke tangan pasukan Liang Ya, Wei Yan datang membawa bala tentara dari Bianzhou untuk membantu Wei Shao mempertahankan negeri mereka. Momen itu jadi penebusan dosa-dosa Negara Bianzhou di masa lalu, sekaligus pembuktian bahwa darah Wei masih mengalir kuat dalam dirinya.

    Bukan drama namanya kalau tidak ada cinta segitiga yang bikin hati sesak, meski dalam konteks The Prisoner of Beauty, tidak terlalu kental persaingannya. Diam-diam, Wei Yan memendam perasaan terhadap Xiao Qiao, istri Wei Shao. Ia menyayangi perempuan itu dalam diam, tahu betul bahwa cintanya tak akan pernah bisa jadi nyata.

    Saat Wei Shao akhirnya tahu, bukan amarah yang ditunjukkan, melainkan pengertian. Tapi Wei Yan, yang merasa bersalah telah melukis Xiao Qiao dalam pose yang tak pantas, memilih menghukum dirinya sendiri dengan memotong jarinya. Tindakan ekstrem itu jadi bukti bahwa ia lebih memilih menanggung rasa sakit fisik ketimbang menodai kehormatan seseorang yang ia cintai secara diam-diam.

    2. Liu Yan/ Mao Qing, diperankan Ji Xiaobing.

      Liu Yan awalnya adalah tunangan Xiao Qiao, seorang pangeran dari negara kecil bernama Liang Ya. Di antara tiga negara besar yang kerap berperang, yaitu Yanzhou, Bianzhou, dan Wei, Liang Ya sebenarnya negara yang jauh lebih damai. Bisa dibilang, negara ini bukan pemain utama dalam konflik besar, tapi justru jadi panggung dari awal mula drama yang lebih besar.

      Masalah mulai muncul ketika Xiao Qiao memilih untuk menikahi Wei Shao daripada meneruskan hubungan dengan Liu Yan. Keputusan ini jadi titik balik besar, bukan cuma buat Xiao Qiao, tapi juga buat Liu Yan yang diam-diam menyimpan ambisi besar menjadi raja.

      Saking ambisiusnya, Liu Yan tega membunuh ayah kandungnya sendiri, juga selir ayahnya, bahkan adik kandungnya, semua demi merebut takhta. Sadis? Jelas. Tapi yang bikin makin ngeri, dia nggak menunjukkan penyesalan sedikit pun setelah melakukannya.

      Berbeda dengan Wei Shao, yang meskipun kejam dan dingin di awal, lama-lama penonton bisa memahami luka dan kompleksitasnya, Liu Yan justru tampil sebagai karakter yang benar-benar “terkutuk”. Nggak ada ruang untuk simpati. Semua tindakannya semata-mata didorong oleh haus kekuasaan.

      Di episode-episode terakhir, Liu Yan akhirnya menikahi Su E Huang alias Nyonya Menara Yu yang saat itu sudah menjadi seorang janda. Keduanya lalu bersekutu dan jadi partner in crime dalam usaha menggulingkan Negara Wei dan merebut kekuasaan dari tangan Wei Shao.

      Liu Yan dan Su E Huang menikah
      Liu Yan dan Su E Huang menikah

      3. Su E Huang/ Nyonya Menara Yu, diperankan Xuan Lu

        Kalau ada satu karakter yang sukses bikin penonton gregetan dari awal sampai akhir, dia adalah Su E Huang, atau yang lebih dikenal sebagai Nyonya Menara Yu. Sosoknya benar-benar seperti mawar berduri, secantik itu, tapi sekaligus mematikan.

        Ambisinya untuk menjadi istri penguasa begitu besar, sampai-sampai dia rela mengorbankan cinta, keluarga, dan bahkan dirinya sendiri. Satu per satu orang yang pernah dia cintai pergi entah karena kematian atau takdir pahit yang menimpa mereka. Mulai dari Wei Bo (kakak Wei Shao sekaligus tunangannya dulu), lalu Chen Xiang (suami pertamanya), hingga Liu Yan (suami keduanya). Semua hubungan itu berakhir tragis.

        Su E Huang/ Nyonya Menara Yu, diperankan Xuan Lu
        Su E Huang/ Nyonya Menara Yu, diperankan Xuan Lu

        Setalah suami pertamanya meninggal, Su E Huang berambisi untuk mendapatkan hati Wei Shao. Dia seperti di atas angin hanya karena sebelum tewas di medan perang, Wei Bo/ Bo Gong, abang Wei Shao menitipkan dirinya pada Wei Shao. Itulah kenapa Su E Huang melakukan berbagai cara untuk membuat citra Xiao Qiao buruk di Negara Wei.

        Adegan paling memilukan tentu saja datang di episode terakhir, saat Su E Huang baru menyadari bahwa Liu Yan, suami keduanya, sebenarnya tahu kalau wajahnya cacat setelah dihukum potong hidung oleh Wei Shao. Alih-alih menjauh atau menceraikan, Liu Yan justru menerima Su E Huang apa adanya. Dia bahkan rela pura-pura tidak tahu kalau istri yang selalu mengenakan topeng itu memiliki wajah yang rusak.

        Su E Huang/ Nyonya Menara Yu setelah dihukum potong hidung oleh Wei Shao
        Su E Huang/ Nyonya Menara Yu setelah dihukum potong hidung oleh Wei Shao

        Sayangnya, Su E Huang terlambat mengetahui ketulusan Liu Yan. Sepertinya, Su E Huang memilih mengakhiri hidupnya sendiri di episode terakhir. Penonton pun dibuat terdiam, bukan karena benci lagi, tapi karena hancur oleh kisah tragis seorang wanita yang terlalu terluka oleh ambisinya sendiri.

        4. Qiaon Fan/ Da Qiao, diperankan He Hongshan

          Qiao Fan adalah putri sulung dari Keluarga Qiao. Ia memiliki seorang adik laki-laki, Qiao Ci, yang sangat dekat dengan sepupu mereka, Xiao Qiao.

          Di balik sikap tenangnya, Qiao Fan menyimpan keberanian besar. Ia memilih untuk melawan takdir ketika dijodohkan dengan Wei Shao. Hatinya sudah tertambat pada Bi Zhi, seorang pria sederhana yang dulu hanya seorang budak di rumah Keluarga Qiao. Dengan dukungan penuh dari Xiao Qiao, Qiao Fan memutuskan untuk kawin lari bersama pria pilihannya itu.

          Qiaon Fan/ Da Qiao, diperankan He Hongshan
          Qiaon Fan/ Da Qiao, diperankan He Hongshan

          Keputusan berani itu membawa mereka pada perjalanan hidup yang tak terduga. Di tanah baru bernama Boya yang tak bertuan dan tanpa pemimpin, mereka membangun rumah tangga yang bahagia sekaligus menciptakan kekuatan baru. Bi Zhi berhasil membangun Boya dan menjadi jenderal terhormat, bahkan membentuk 20 ribu pasukan berkuda.

          Qiao Fan pun bukan sekadar istri jenderal. Di Boya, ia dihormati sebagai nyonya pemimpin, mendampingi Bi Zhi dalam menjalankan pemerintahan dan menjaga stabilitas wilayah baru mereka.

          5. Bi Zhi, diperankan Zhou Lula

            Ngomongin soal Bi Zhi, karakter satu ini mungkin nggak punya banyak screen time, tapi tetap meninggalkan kesan yang cukup kuat di hati penonton. Di awal kemunculannya, Bi Zhi digambarkan sebagai seorang budak, tapi bukan budak biasa. Ia gagah, kuat, dan punya aura yang mencuri perhatian. Bahkan, saking kuatnya, dia sempat membuat Wei Shao kewalahan hanya dalam beberapa jurus saat bertarung.

            Ciri khas Bi Zhi adalah matanya yang biru, membuat penampilannya terlihat unik di antara karakter lainnya. Tapi yang paling mencolok dari sosok Bi Zhi adalah kesetiaannya. Ia mencintai nona-nya, Qiao Fan, dengan sepenuh hati. Sampai-sampai mereka nekat kawin lari demi bisa bersama, menjauh dari perjodohan politik dan tekanan keluarga.

            Bi Zhi, diperankan Zhou Lula
            Bi Zhi, diperankan Zhou Lula

            Namun cinta mereka tidak berjalan mulus. Di episode-episode terakhir, setelah Liu Yan naik tahta dan menjadi Raja Liang Ya, konflik mulai memanas. Qiao Fan diculik dan disekap, sementara Bi Zhi dihadapkan pada pilihan sulit, antara mengikuti perintah Liu Yan untuk mengkhianati Negara Wei dan membunuh Wei Shao yang notabene adik iparnya sendiri, atau melindungi prinsip dan cintanya.

            Tragisnya, sebelum Bi Zhi benar-benar menuruti perintah itu, Qiao Fan memilih jalan pengorbanan. Ia memilih bunuh diri karena ingin melindungi Bi Zhi, suaminya, agar tidak menjadi alat kekuasaan Liu Yan. Keputusan pahit itu menjadi titik paling menyayat hati dalam alur cinta mereka.

            6. Penasihat Militer dan Empat Jenderal Wei Shao

              Salah satu hal yang bikin The Prisoner of Beauty makin seru adalah kehadiran penasihat militer dan empat jenderal setia yang selalu mendampingi Wei Shao. Mereka ini bukan cuma tangguh dan sangar kayak tuannya, tapi juga bisa banget jadi pemecah suasana dengan kelakuan mereka yang lucu dan menghibur.

              Penasihat Militer Negara Wei bernama Gongsun Yang, diperankan Wei Zixin. Beliau ini paling bisa meredam emosi Wei Shao dan layaknya ayah pengganti baginya. Penasihat Yang banyak memberikan wejangan perihal politik, perang, bahkan hal-hal personal seperti cara menjadi suami yang baik untuk Wei Shao.

              Penasihat Yang (tengah) diapit 4 jenderal kepercayaan Wei Shao
              Penasihat Yang (tengah) diapit 4 jenderal kepercayaan Wei Shao

              Berikutnya, ada empat jenderal, terdiri dari Jenderal Wei Liang, Jenderal Wei Qu, Jenderal Wei Xiao, dan si bungsu sekaligus paling tampan, Jenderal Wei Duo.

              Jenderal Wei Liang gampang banget dikenali dari posturnya yang tambun, tapi jangan salah, meski tubuhnya besar, dia jago banget di medan perang. Karakternya hangat dan sering jadi sasaran keisengan para jenderal lain, terutama Wei Qu.

              Jenderal Wei Qu adalah si tukang jahil sekaligus yang terkuat di kelompok ini. Dia punya hobi berburu tapi juga terkenal usil karena suka ngerjain Wei Liang, apalagi kalau sudah soal undian tugas. Setiap kali mereka harus menentukan siapa yang harus menjalankan misi paling berat, Wei Qu selalu punya cara licik tapi kocak buat menghindar dan akhirnya tugas itu jatuh ke tangan Wei Liang.

              Jenderal Wei Xiao adalah yang paling pendiam. Dia dapat tugas khusus mengawal Xiao Qiao, si Nyonya Muda, ketika harus berpisah dari Wei Shao. Meski tampak tenang, Wei Xiao sebenarnya menyimpan rasa benci yang dalam terhadap Keluarga Qiao, lebih dari jenderal lainnya, lantaran seluruh keluarganya mati dalam tragedi Xindu di masa lalu. Bahkan, di awal-awal, dia sempat beberapa kali ingin membunuh Xiao Qiao. Tapi seiring waktu, dia mulai kagum pada keberanian dan ketulusan istri tuannya.

              Jenderal Wei Duo adalah jenderal termuda dan, well… yang paling enak dipandang. Dia sering ditugaskan sebagai pengantar pesan dan penyamar ulung, berkeliling ke berbagai kota dan negara. Gayanya lincah, cekatan, dan karismatik.

              Jenderal Wei Liang dan Xiao Tao
              Jenderal Wei Liang dan Xiao Tao

              Di antara mereka berempat, Wei Liang punya sisi paling unik karena kisah cintanya dengan Xiao Tao, pelayan setia Keluarga Qiao. Keduanya sama-sama berbadan besar dan kerap jadi sumber tawa karena interaksi mereka yang menggemaskan. Sayangnya, hubungan mereka berakhir tragis karena kematian salah satu dari mereka, dan momen itu sukses bikin penonton ikut patah hati.

              7. Wanita-Wanita Keluarga Wei

                Sebelum Wei Shao memegang tampuk kekuasaan di Negara Wei, ada satu sosok perempuan tangguh yang lebih dulu memimpin dengan kebijaksanaan luar biasa. Dia adalah Nyonya Xu. Kalau diingat-ingat lagi, justru seharusnya Nyonya Xu lah yang paling punya alasan untuk menyimpan dendam terhadap Keluarga Qiao.

                Bayangkan saja, akibat pengkhianatan dari keluarga itu, Nyonya Xu harus kehilangan suami, anak, hingga cucu laki-lakinya. Setelah wilayah Xindu direbut oleh Negara Bianzhou, cobaan hidupnya belum selesai. Ia bahkan harus merelakan darah daging terakhirnya, putrinya, dibawa paksa untuk dinikahkan dengan penguasa Bianzhou. Tapi tragisnya, sang putri justru diperkosa oleh Chen Pang, adik dari penguasa Bianzhou, dan dari peristiwa itu, lahirlah seorang anak laki-laki bernama Wei Yan, atau Shiyuan yang merupakan kakak sepupu Wei Shao.

                Nyonya Xu, nenek Wei Shao
                Nyonya Xu, nenek Wei Shao

                Meski Shiyuan secara darah masih bagian dari Keluarga Wei, Nyonya Xu tidak pernah memberikan kekuatan militer padanya. Kenapa? Karena darah Chen Pang yang mengalir di tubuh Shiyuan membuat posisi politiknya jadi rumit. Dia adalah cucu dari penguasa Negara Wei sekaligus anak dari penguasa Bianzhou, sebuah dualitas yang dianggap bisa jadi ancaman untuk stabilitas kekuasaan Keluarga Wei. Dilema ini terasa kuat sepanjang episode. Namun meskipun begitu, Nyonya Xu tetap berusaha adil dan menyayangi kedua cucunya, Wei Shao dan Wei Yan, dengan sepenuh hati.

                Di sisi lain, ada pula sosok Nyonya Zhu, ibu kandung Wei Shao, yang punya dinamika hubungan rumit dengan ibu mertuanya, Nyonya Xu. Sejak awal tinggal di kediaman Keluarga Wei, Nyonya Zhu selalu merasa tak pernah benar-benar diterima. Tapi kalau dilihat lebih dalam, sebenarnya Nyonya Xu hanya berharap agar menantunya bisa menjadi figur yang lebih dewasa, bijak dalam mendampingi Wei Shao, dan mampu menjalankan peran sebagai istri sekaligus ibu seorang pemimpin sejati.

                Nyonya Zhu, ibu kandung Wei Shao
                Nyonya Zhu, ibu kandung Wei Shao

                Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Nyonya Zhu kerap terlihat memaksakan kehendaknya, terutama soal jodoh untuk Wei Shao. Bahkan, meskipun dia adalah ibu kandungnya, ia tidak tahu ukuran kaki anaknya sendiri. Wei Shao sedang sehat atau sakit pun sering luput dari perhatiannya. Tapi karakter Nyonya Zhu ini tidak statis. Sepanjang cerita, kita bisa melihat bagaimana dia perlahan berubah dan berkembang, menyadari banyak hal yang dulu mungkin ia abaikan.

                Review Drama China The Prisoner of Beauty

                Pertemuan Wei Shao dan Xiao Qiao tidak bermula dengan cinta. Sama sekali tidak. Bahkan, aura permusuhan bisa dirasakan sampai 10 episode pertama. Tapi di situlah justru letak hook-nya. Kamu tidak sedang menonton kisah cinta manis, kamu sedang menyaksikan duel dua orang paling cerdas di dua kerajaan yang kebetulan harus berbagi ranjang dan juga rahasia negara.

                Episode demi episode, kita disuguhkan chemistry yang luar biasa antara Xiao Qiao dan Wei Shao. Mereka saling menusuk lewat kata-kata pedas, tapi dalam diam mereka mulai mengenali satu sama lain lebih jauh dari yang mereka perkirakan.

                Politik dan cinta menjadi dua sisi mata uang yang saling mengunci. Setiap langkah mereka terasa seperti catur. Siapa yang duluan jatuh, siapa yang duluan menyerah?

                Xiao Qiao bukan tipe perempuan yang hanya cantik di luar, tapi kosong di dalam. Dia adalah definisi “wanita ideal” versi politik kerajaan. Yes, dia pintar, diplomatis, dan tahu kapan harus mundur atau menyerang. Bukan sekadar “beauty”, tapi juga “brain and bravery.” Dan ketika perempuan seperti itu mulai membuka hati, tidak ada yang lebih menggugah dari ketulusan yang ditunjukkannya, bahkan pada pria yang dulu menghina keluarganya.

                Sementara itu, Wei Shao adalah jenderal besar, anak yatim, yang tumbuh di medan perang, tidak terbiasa dengan permainan hati. Tapi justru di balik ketegasannya, dia menyimpan trauma, luka, dan dendam dari masa lalu. Dan ketika cinta menyelinap diam-diam ke dalam hidupnya, ia tidak tahu cara menyambutnya. Lalu, ia mulai belajar… dari wanita yang awalnya ia anggap musuh

                Enemis to lovers, Xiao Qiao dan Wei Shao
                Enemis to lovers, Xiao Qiao dan Wei Shao

                Kalau kamu mengira The Prisoner of Beauty hanya bicara tentang cinta, kamu salah besar. The Prisoner of Beauty adalah kisah penuh intrik, konspirasi, dan permainan kekuasaan. Ada pasukan yang memberontak, penasihat kerajaan yang punya agenda rahasia, sampai pertarungan batin antara tugas dan perasaan.

                Di tengah itu semua, Wei Shao dan Xiao Qiao terus bertumbuh. Mereka tidak hanya jatuh cinta, tapi juga saling mendukung. Ada kalanya Xiao Qiao harus menyelamatkan reputasi suaminya di depan umum dengan strategi politik cerdas. Ada kalanya Wei Shao memilih melindungi istrinya bahkan jika itu berarti melawan keluarganya sendiri.

                Pertengkaran mereka? Legend banget. Tapi begitu mereka berdamai, kamu akan tersenyum sendiri di depan layar. Setiap dialog seperti pisau bermata dua. Ada sarkasme, tapi juga ada cinta. Ada amarah, tapi juga ada kerinduan. Dan yang paling penting, ada pertumbuhan karakter yang konsisten dan logis dari episode ke episode.

                Tidak ada cinta yang instan di sini. Yang ada hanyalah dua manusia yang mencoba memahami satu sama lain di dunia yang keras dan penuh jebakan. Jadi, jangan heran bahkan adegan intim antara mereka yang sudah menjadi suami istri dari awal pun baru ditemui di 5 episode terakhir.

                Komedi Tak Terduga

                Drama china The Prisoner of Beauty ini tidak hanya serius. Justru salah satu kekuatan utamanya adalah komedi cerdas dan situasional yang muncul dari interaksi karakter. Misalnya ketika Wei Shao pilih tidur di ruang baca atau kabur ke rumah penasihat militer hanya untuk menghindari kemarahan istrinya, adegan seperti ini bisa membuatmu tertawa terpingkal-pingkal.

                Pasangan pendukung, seperti Wei Liang dan Xiao Tao juga menyuntikkan warna tersendiri. Mereka seperti sahabat yang tidak kamu minta, tapi kamu syukuri ada. Mereka menjadi jembatan emosi, pemecah ketegangan, bahkan pemantik pertengkaran lucu antara tokoh utama.

                Dan jangan lupakan Wei Yan alias Shi Yuan, karakter abu-abu yang transformasinya luar biasa ya. Dari awalnya manipulatif dan oportunis, hingga menjadi pelindung sejati bagi keluarga yang dicintainya. Dia bukan sekadar karakter figuran sih menurutku. Dia adalah contoh bagaimana seseorang bisa berubah jika diberi cinta dan kesempatan kedua.

                Pertarungan Hati

                Salah satu episode paling menyentuh adalah ketika Wei Shao harus memilih antara melindungi keluarganya atau mendengarkan hati nuraninya yang telah dilunakkan oleh Xiao Qiao.

                Di sinilah drama china ini benar-benar bersinar. Pilihan-pilihan sulit disajikan tanpa bumbu melodrama murahan. Kamu bisa benar-benar merasa simpati terhadap dua karakter utama yang terus mencoba jadi versi terbaik dari diri mereka.

                Xiao Qiao, meskipun dihina dan dicurigai, tetap teguh. Ia bukan perempuan yang menangis karena cintanya ditolak. Dinikahi, tapi tak pernah dinafkahi secara batin oleh suaminya hingga setahun pertama berumah tangga.

                Xiao Qiao adalah perempuan tangguh yang tetap berdiri tegak, memperbaiki rambutnya, mempercantik dirinya, sembari menyusun strategi baru. Ia tahu caranya mencintai tanpa kehilangan jati dirinya sendiri. Dan itu membuat penonton, khususnya perempuan, merasa sangat terwakili.

                Wei Shao, meskipun jenderal yang keras dan terluka, tetapi tidak takut untuk belajar. Dia tidak takut untuk meminta maaf jika tahu salah. Dia juga tidak takut untuk menangis diam-diam di pelukan wanita yang dulu ia anggap musuh.

                Akhir cerita ini bukan tentang kemenangan perang semata. Ada kisah dua manusia yang memilih untuk tidak saling melukai lagi. Ada kisah tentang dua pihak yang saling belajar, saling menghormati, dan akhirnya saling mencintai, bukan karena mereka harus, tapi karena mereka ingin.

                Ketika ending-nya datang, seperti kebanyakan drama china yang selalu bikin degdegan dan suka banget open ending, eh ini enggak bikin penonton merasa digantung sama sekali. Aku pribadi merasa puas dengan endingnya. Yah, you know kan, Wei Shao dan Xiao Qiao pantas mendapatkan cinta, kedamaian, dan keluarga. Ini semata bukan karena mereka sempurna, tapi karena mereka berjuang keras untuk menjadi satu.

                Cinta tumbuh perlahan antara Wei Shao dan Xiao Qiao
                Cinta tumbuh perlahan antara Wei Shao dan Xiao Qiao

                Cinematic experience-nya keren banget!

                Secara teknis, The Prisoner of Beauty nggak cuma jual tampang aktornya aja. Drama ini benar-benar digarap dengan serius. Nggak heran kalau rating dan popularitasnya tembus 30.000 (termasuk angka paling tinggi di dunia drama china), bahkan menjadikan Liu Yuning secara resmi SAH sebagai Raja Drama China di tiga platform sekaligus, yaitu Tencent/ WeTV lewat The Prisoner of Beauty, iQIYI lewat A Journey to Love, dan Youku lewat The Story of Pearl Girl.

                Dari episode pertama The Prisoner of Beauty, kita langsung disuguhi visual yang memanjakan mata. Kostumnya mewah, detailnya ciamik, dan latar tempatnya… wow, megah banget! Rasanya kayak lagi nonton lukisan hidup yang bisa gerak. Cinematografi-nya juga artistik banget, tiap scene terasa sinematik.

                Dan OST-nya? Wah, siap-siap langsung buka Spotify setelah nonton episode terakhir. Lagu-lagunya dinyanyikan langsung oleh Liu Yuning. Yup, the one and only Raja Soundtrack-nya Drama China! Suaranya bikin hati meleleh, cocok banget dengan vibe dramanya yang emosional dan penuh luka. Kamu harus dengerin: Beacon Moon, Spring’s Abundance, dan Ask Not of Morn or Night. Lagu-lagunya bagusss!

                Cinta yang tumbuh dari rasa saling menghormati
                Cinta yang tumbuh dari rasa saling menghormati

                Masuk ke akting, The Prisoner of Beauty makin bikin jatuh cinta. Liu Yuning dan Song Zuer tampil luar biasa. Bukan cuma cakep doang, mereka benar-benar ngisi peran masing-masing dengan nyawa. Liu Yuning berhasil menghidupkan sosok Wei Shao yang keras luar dalam, penuh dendam, tapi tetap manusiawi. Emosinya berlapis-lapis, dan kita bisa ngerasain semuanya, mulai dari sadisnya, batunya, keras kepalanya, hingga sisi lembutnya.

                Aku bisa ngerasain takutnya melihat sosok Wei Shao ketika dia memutilasi tubuh Jenderal Li Su yang membantai keluarganya. Atau, ketika dia menerapkan hukuman militer dengan memotong hidung Su E Huang/ Nyonya Menara Yu yang tak lain adalah mantan kekasih abang kandungnya. Gilaaa serem bangettt lihat mata Wei Shao. Sementara itu, Song Zuer jadi detak jantung kisah ini. Dia cerdas, berani, dan lembut dalam satu paket yang bikin kita terharu dan kagum sekaligus.

                Uniknya, ada cerita menarik di balik layar. Kabarnya, karakter Wei Shao awalnya mau diperankan Zhang Wanyi. Tapi karena bentrok jadwal, peran itu akhirnya jatuh ke tangan Liu Yuning. Dan jujur ya, untung banget malah menurutku!

                Liu Yuning dan Zhang Wanyi
                Liu Yuning dan Zhang Wanyi

                Liu Yuning benar-benar cocok. Bayangin aja, wajah galak, aura jenderal garang, tapi bisa juga lembut dan romantis… siapa lagi kalau bukan dia? Kalau Zhang Wanyi yang meranin? Hmm, baby face banget, kurang dapet feel-nya sebagai jenderal sadis yang penuh luka dan dendam seperti Wei Shao.

                Pokoknya, The Prisoner of Beauty ini lengkap. Ceritanya kuat, penuh drama dan politik, karakternya dalam dan kompleks, sinematografinya memanjakan mata, dan akting para pemainnya totalitas. Drama ini ngajarin kita banyak hal tentang bagaimana dendam bisa membakar, tapi cinta bisa menyembuhkan. Tentang pengkhianatan, pengampunan, dan tumbuh dari luka yang dalam.

                Kalau kamu suka banget genre enemies to lovers, percayalah, ini must-watch! Apalagi kalau kamu suka karakter cewek yang cerdas, nggak cengeng, dan berani main di panggung kekuasaan, Xiao Qiao is your girl. Dan kalau kamu tipe penonton yang ngarep drama punya kedalaman, sentuhan humor tipis, plus OST yang bikin pengen nyanyi di kamar? The Prisoner of Beauty adalah jawaban sempurna.

                Rewatchable? YES. Worth every minute? DOUBLE YES.

                Share:

                11 responses to “Review The Prisoner of Beauty: 36 Episode Roller Coaster Emosi, Inilah Alasan Drama China Ini Layak Skor 10”

                1. Ira Hamid Avatar

                  Wahhh sempurna yaa nilainya? Saya tipikal penonton yang suka sama drama atau film dari benci jadi cinta. Apakah harus nonton drama ini? Episodenya 36, kayaknya masih bisa ditoleransi. Nanti mau coba cari dramanya ahh

                2. Dian Restu Agustina Avatar

                  Diiming-imingi The Prisoner of Beauty sama Netflix dari kapan hari…cek episode ada 36 ..mundur dulu. Eh, baca review Mba Muthe yang kasih skor 10, uwow, mesti nonton ini. Komplit bagusnya dari berbagai sisi. Apalagi aku suka sama karakter cewek yang cerdas, nggak menye-menye, dan berani main di panggung kekuasaan kek di drama ini. Gaskeunnn!!

                3. Diah Woro Avatar

                  Drama China makin gila kualitasnya! The Prisoner of Beauty, noted! 💯

                4. Elemde Avatar

                  Ternyata ceritanya penuh konflik keluarga dan politik yang rumit, ya. Xiao Qiao yang harus menikah dengan Wei Shao demi perdamaian, padahal ada dendam lama di antara keluarga mereka. Etapi, klo ada adegan komedi berarti nggak tegang2 amat, lebih nyaman nontonnnya, apalagi sinematografinya kalau emang keren banget. Jadi pengen ngintip cuplikannya

                5. Elemde Avatar

                  Ternyata ceritanya penuh konflik keluarga dan politik yang rumit, ya. Xiao Qiao yang harus menikah dengan Wei Shao demi perdamaian, padahal ada dendam lama di antara keluarga mereka. Etapi, klo ada adegan komedi berarti nggak tegang2 amat, lebih nyaman nontonnnya, apalagi sinematografinya kalau emang keren banget. Jadi penasaran pengen ngintip cuplikannya

                6. Maria G Soemitro Avatar

                  akhirnya saya nemuin drama China yang bikin addict: The Prisoner of Beauty!

                  setuju, keren banget, hampir gak nemuin celah untuk kritik

                  tapi yang bikin saya suka dari drama ini adalah aktingnya Song Zu Er sebagai Qiao Man

                  kayanya dalam drama ini aktingnya paling optimal deh ya?

                7. Enny Mamito Avatar

                  Aku juga suka banget nonton drama China, tapi kalau yang drama kolosal atau kerajaan gitu jarang banget nonton. Suka yang komedi romantis.
                  Tapi The Prisoner of Beauty ini bakal aku masukkan list tontonan dl, kayaknya bagus banget ini

                  1. Elysabeth Avatar
                    Elysabeth

                    gak terlalu berat kak ceritanya, enak ngikutin alurnya.. aku jga gak suka dracin kerajaan tapi iseng nnton krna pada seliweran pas coba nnton malah nagih dari eps 1

                8. Yuni Bint Saniro Avatar

                  Wadau. Apakah Wei Shao jadinya punya selir? Aku agak malas nonton drama dengan latar belakang kerajaan begini. Tapi, penasaran sama kisah cinta mereka ih.

                  1. Elysabeth Avatar
                    Elysabeth

                    dia gak ngambil selir kak, dia setia sama istrinya aja.
                    coba tonton deh kak seru, aku juga baru pertama nonton dracin kolosan dan lngsung suka karna alurnya rapi, cepet, mudah dimengerti dan gak berat

                9. Elysabeth Avatar
                  Elysabeth

                  1000/10 bagus bngt dramanya, kali pertama aku nnton dracin kolosan dan bersyukur bngt tpob yg aku tonton.. alurnya rapi, chemistry ning ge & zuer kawin bngt alis nyatu 😆 yg paling aku suka karna karakter FLnya yg gak menye2 dan lemah, zuer berhasil meranin cewe pemberani, pinter, sabar, gak pendendam, mood dia lagi bagus atau buruk dia tetap menyapa suaminya siapin kebutuhan suaminya dan zuer cantik bngt, kebangetan cantiknya sesuai dgn deskripsi novelnya

                Leave a Comment