Setiap melewati Jalan Raya Kuta, khususnya dari dan menuju Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, ada sebuah bangunan yang hampir tak pernah luput dari perhatian pengguna jalan. Namanya The Keranjang.
Seperti namanya, bentuk bangunannya unik. Sebagian orang mungkin bilang aneh, persis menyerupai keranjang belanja ibu-ibu di pasar. Hehehe. Saking besarnya itu keranjang, selintas terbayang ada raksasa lagi shopping trus ninggalin keranjang belanjaannya begitu aja, nemplok di jalanan Kuta 😀
The Keranjang adalah pusat oleh-oleh teranyar di Bali yang dipromosikan pasangan artis idolaku waktu kecil, Melly Goeslow dan Anto Hoed. Soft openingnya digelar akhir Mei 2019.
Sekitar Maret lalu, netizen dihebohkan dengan Tarian Keranjang di berbagai platform sosmed. Sempat viral loh. Salah satu gaya tarian paling kece diperagakan YouTuber, Ria Ricis. Nah, ternyata itu bukan cuma kampanye mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai, tetapi juga promosi bisnis baru Teh Melly ini.
Konsep yang diusung The Keranjang adalah Bali dalam Satu Keranjang. Maknanya dalam banget, seakan mau bilang, kenali Bali dan seisinya dalam waktu singkat dengan berkunjung ke The Keranjang. Intip keseruan kami sekeluarga di sini.
The Keranjang bukan cuma tempat beli oleh-oleh, tapi juga berwisata dan mengenal budaya Bali lebih luas. Setidaknya ada empat aktivitas utama yang bisa dilakukan di sini.
Lorong Awan
Pengunjung langsung berjumpa lorong ini begitu melalui pintu masuk The Keranjang. Disebut Lorong Awan sebab desainnya seperti Negeri di Atas Awan.
Lorong ini bisa juga disebut pabrik selfie, bahkan sebagian mengusung konsep ala trick eye museum.
Banyak spot foto kece menjadi pilihan, khususnya bersama para tokoh nasional, mulai dari Presiden Joko Widodo dengan sepeda ontelnya, Presiden Soeharto dan Ibu Tien, Presiden SBY dan Ibu Ani, Presiden BJ Habibie dan Ibu Ainun, Presiden Gusdur dan Ibu Sinta Nuriyah, Presiden Soekarno dan Hatta. Ada juga foto-foto artis terkenal, salah satunya Princess Syahrini nan cetar membahana.
Di sebelah kiri lorong ini, pada satu titik pengunjung akan bertemu lift yang dirangkai menyerupai kayon atau gunungan wayang. Ini adalah pintu masuk langsung menuju Kampung Langit, lokasi wisata paling fenomenal di The Keranjang.
Jika ingin berbelanja terlebih dahulu, pengunjung terus berjalan hingga sampai di ujung lorong, dan memasuki pusat oleh-oleh di sebelah kiri.
Pusat Oleh-Oleh
Sebagai destinasi wisata dunia, Bali tentu memiliki banyak pusat oleh-oleh. Krisna, salah satu tempat paling ramai dikunjungi. Krisna dimiliki pengusaha asli Bali, I Gusti Ngurah Anom yang saat ini masuk dalam deretan teratas orang terkaya di Pulau Dewata. Jaringannya – jika di-pin-up di peta – kayaknya sudah ada hampir di semua daerah tujuan wisata populer.
Selain Krisna, ada juga Agung Bali, Erlangga, Kosayu, Karang Kurnia, Kuta Art Market, Guwang Art Market, Pasar Seni Sukawati, Pasar Seni Kumbasari, Kampung Nusantara Bali, dan Joger Pabrik Kata-Kata. Kehadiran The Keranjang semakin mengukukuhkan Bali sebagai Surga Oleh-Oleh.
Barang-barang yang dijual di The Keranjang mulai dari yang termurah, hingga termahal alias premium. Produk makanan yang ada di sini macam-macam. Mau makanan asin, manis, gurih, pedas? Adaaaaa, tenang aja. Mau cari pie susu, pia Bali, kopi Bali, cokelat Bali, kacang disco, keripik, brem, sampai ayam betutu pun ada.
Hal paling menarik perhatianku adalah makanan jadi, seperti bebek betutu, ayam betutu, ayam bumbu kuning, bebek bumbu kuning dalam bentuk kotakan. Kemasannya kece abis, eksklusif, namun porsi dan harganya pas. Ayam bumbu kuning seberat 500 gram misalnya, dijual Rp 97.500. Isinya sudah lengkap, tinggal lhap lhep. Cucok bangetttt dibawa pulang buat oleh-oleh keluarga di kampung. Hehehe.
Kalo dulu, ada teman yang nitip ayam betutu, kita harus pergi dulu ke restoran Men Tempeh, ke Krisna Resto, atau ke Restoran Ayam Betutu Khas Gilimanuk. Ngantrinya itu loh, gak nahan.
Baca Juga: Pedasnya Ayam Betutu Men Tempeh
Pengunjung yang suka fashion awas kalap loh. Ada banyak produk skin care, kaos Bali, sandal, kacamata, batik, kemeja, kain tenun, kain pantai, mukena Bali, kebaya, sarung Bali, baju barong, dan banyak lagi. Kemarin sempat intip sandal Bali diobral 100k dapat 4 pasang. Murceu bangetttt.
Hal yang menarik perhatian di sini adalah ada booth khusus berisi semua produk bertemakan Bali United, klub sepak bola kebanggaan masyarakat Bali, juga Indonesia. Produknya keren-keren dan gaul abis, mulai dari kaos, celana pendek, celana panjang, jaket, jaket hoodie tanpa lengan, sepatu, topi, tas backpack, macam-macam deh.
Bali United ini menurutku salah satu klub sepak bola paling mandiri dan paling inovatif di Tanah Air. Ini klub sepak bola pertama dan masih satu-satunya yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Huebattt kan? Mereka beda dari klub-klub lain yang mungkin cuma ngandalin dana dari pihak sponsor.
Setidaknya ada tujuh lini bisnis Bali United. Selain menjadi emiten bola, klub bergelar Serdadu Tridatu ini juga punya toko merchandise, play land anak, tur stadion, kafe, tim e-Sport, serta radio dan stasiun TV sendiri. Kuerennn.
Suvenir dan pajangan yang dijual di The Keranjang juga lengkap. Ada mainan anak, lukisan, kerajinan kayu, kerajinan kelapa, kerajinan rotan, gantungan kunci, boneka, gelang, asbak, tas, layang-layang, alat musik Bali, dan tak ketinggalan aneka produk spa Bali yang sudah mendunia. Maetami dan kembar membeli beberapa mainan dan aksesoris lucu. Kakak Mae sukaaaa sekali.
Kampung Langit
Kampung Lagit atau Cultural Sky Park di The Keranjang merupakan indoor sky park terluas pertama yang ada di Pulau Dewata. Pengunjung disuguhi serangkaian wisata budaya yang merupakan representasi kehidupan masyarakat Bali sejak zaman dahulu dan turun temurun sampai saat ini.
Apa saja bentuknya? Ada kelas membantik, kelas meracik ramuan tradisional, mencoba aneka permainan tradisional anak, berdandan mengenakan riasan Bali, membuat kerajinan gerabah, mengenal kerajinan topeng, berinteraksi dalam bahasa Bali, dan menikmati karya seni Bali lainnya, tarian tradisional di Teater Saba. Semua pertunjukan bernuansa kontemporer dan kekeluargaan. Sangat artistik dan interaktif.
Areal seluas 1.600 meter per segi ini terletak di lantai atas The Keranjang. Sayang waktu kami ke sini malam hari, Kampung Langit sudah tutup. Penjaganya bilang, khusus Kampung Langit hanya dibuka sampai pukul 17.00 WITA. Meski demikian si bapak dengan senang hati menginterpretasikan semua hal tentang Kampung Langit dan The Keranjang. Padahal, si bapak cuma satpam penjaga. Nilai plus untuk beliau.
Mego dan Megi
Kampung Langit mempunyai maskot lucu berbentuk awan loh. Namanya Mego dan Megi. Mereka suka bermain dengan warga Kampung Langit dan senang berinteraksi dengan pengunjung.
Lorong Sloka
Jika di lantai dasar ada Lorong Awan, maka di Kampung Langit ada Lorong Sloka. Ini adalah lorong ajaran kebaikan dalam kepercayaan masyarakat Bali. Pengunjung akan melalui gulungan raksasa berbentuk labirin bertuliskan daftar nama dan sifat terpuji manusia. Semua disajikan dalam bahasa Sansekerta dan ditulis dalam aksara Bali. Tenang saja, ada terjemahannya kok dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
Lorong Sloka punya background unik, klasik. Bagus banget buat dijadikan tempat berswafoto.
Gimana cara menikmati Kampung Langit? Tentunya pengunjung harus membeli tiket terlebih dahulu, bisa via website https://thekeranjangbali.com. Ada dua tipe kunjungan berdasarkan durasi, yaitu dua jam dan lima jam.
Pengunjung lokal yang ingin menikmati pengalaman di Kampung Langit selama dua jam cukup membayar Rp 75 ribu, sementara turis asing Rp 150 ribu. Pengunjung lokal yang ingin menikmati pengalaman selama lima jam membayar Rp 125 ribu, sementara turis asing Rp 175 ribu.
Kenapa sih ada kunjungan lima jam? Sebab dua jam saja rasanya tidak cukup untuk mengeksplorasi semuanya. Pasti setelah itu pengen datang lagi untuk kedua kalinya. Hehehe.
Kopi Kebon
Di teras The Keranjang, tepatnya setelah melalui pintu keluar usai bayar belanjaan di kasir, pengunjung akan bertemu kafe teras bernama Kopi Kebon. Ini adalah tempat yang pas untuk mencicipi aneka kopi Nusantara, khususnya kopi Bali. Duuuh, ini arsiteknya siapa siiih? Sejak masuk sampai keluar pun pengunjung ditahan-tahan biar betah di The Keranjang 😀
Keberadaan Kopi Kebon bikin pengunjung The Keranjang tergoda untuk tidak buru-buru pulang. Setelah borong belanjaan, mereka bisa santai sejenak menyeruput kopi, sambil upload foto-foto terbaru ke IG atau FB.
Baca Juga: Sentuhan Rasa Italia di La Cucina
Serangkaian pengalaman menarik tentang kopi bisa dinikmati di sini, mulai dari mengenal berbagai jenis kopi Nusantara dalam bentuk tanaman asli, hingga produk olahannya. Iya, ada tanaman-tanaman kopi berjejeran menghiasi kafe ini. Mungkin ini mengapa namanya Kopi Kebon.
Ada juga kelas latte art yang dipandu langsung barista profesional yang sudah berpengalaman di bidangnya. Cakeup.
Gimana nih, udah puas wisata selfie, wisata budaya, wisata edukasi, wisata sejarah, wisata belanja, wisata kuliner? Itu belum termasuk wisata kesehatan loh, sebab ada spa corner juga. Gak ada habisnya emang main di sini.
Jangan lupa tetap shalat lima waktu yaaaa. Pengunjung Muslim tak perlu risau mencari tempat ibadah. Ada musala di basement dengan tempat wudhu dan toilet super bersih. Jumlahnya juga memadai untuk laki-laki dan perempuan. Kaca riasnya itu loh, besar menutupi dinding. Jamaah perempuan puas deh touch up make up dan merapikan hijab usai wudhu. Gak perlu rebutan. Hehehe.
Langsung ke parkiran mobil di depan? Eits, jangan buru-buru pulang. Foto dulu dong dengan back ground bangunan The Keranjang. Pengelola sudah menyediakan titik khusus pengambilan gambar yang pas. Jadi, gak perlu repot nyari posisi bagus biar semuanya bisa masuk frame.
Gimana? Sudah cukup jelas? Biar gak makin penasaran, kuy lah main ke The Keranjang, atau intip-intip dulu aktivitasnya di IG @thekeranjangbali dan @kampunglangit. Selamat berkunjung 😀
Leave a Comment