Aku mau declare dulu sama pembacaku di blog ini, bahwa aku sudah menjadi VIP sejak 2007. Sejak era LIES. Yes. Aku memang tidak mengikuti BIGBANG sejak pradebut (2001) sampai mereka resmi debut 2006. Tapi kalau dipikir-pikir, bolehlah aku sombong sebagai salah satu VIP yang mengikuti mereka sejak awal di Indonesia.
FYI, tahun 2007 itu, K-pop di Indonesia masih kayak makhluk asing. Gak semua orang ngerti, bahkan sebagian besar masih nganggep ini tontonan “anak alay pencinta Korea.”
Tapi harus diakui, berkat Super Junior dan BIGBANG, K-pop mulai mencakar-cakar charts musik Indonesia, menyaingi dangdut dan pop Melayu yang saat itu menguasai TV. Jangan lupa, ini era ringtone monophonic yang bisa bikin orang tiba-tiba goyang di angkot.
Jadi, aku cukup pede lah kalau disebut VIP angkatan pertama di sini. You can call me “fosil fan.”
Selama 18 tahun menjadi VIP (dari 2007 sampai 2025), alias 19 tahun usia BIGBANG, aku sadar fandom kami ini unik. Tidak se-flexing fandom lain. Kami gak kompak soal vote, gak kompak soal streaming MV, gak kompak soal kasih hearts, cendol, atau segala tetek bengek algoritma idol zaman sekarang.
Kenapa? Ya karena itu memang bukan zaman kami. Generasi kami kompaknya di tempat lain, mulai dari beli CD fisik (yang beratnya bisa dijadikan dumbbell kalau lagi gym miskin), beli merchandise resmi (yang harganya bisa nyicil motor kala itu), dan tentu saja, urusan konser. Kalau ada konser grup, VIP bakal tumpah ruah kayak pasar malam.
Satu Bendera, Satu Lightstick.
Yang bikin aku bangga, dulu fandom ini hanya kenal satu bendera, yaitu BIGBANG. Gak ada istilah solo stan meski yang mempopulerkan debut solo dan sub-unit di K-pop Gen-2 itu adalah BIGBANG sendiri.
Sejak G-Dragon debut solo 2009, disusul Taeyang, lalu T.O.P debut akting, Daesung debut Jepang, dan akhirnya Seungri, kami tetap bawa satu lightstick, yaitu bangbong.
Kami gak datang ke konser dengan poster “GD only” atau “Taeyang my bias, the rest who?” Nope. Kami datang sebagai VIP, bukan sebagai pecahan fandom yang bawa spanduk beda-beda. Konsep “bias” zaman kami dengan “bias” zaman sekarang sungguhlah jauh berbeda.
Jadi bayangkan betapa shock-nya kami ketika sekarang fandom terbelah jadi kubu-kubu solo stan.
BIGBANG sudah vakum cukup lama. Terakhir kali formasi lengkap itu MADE era (2015–2016). Kalau boleh jujur, buatku waktu berhenti di sana. Setelah itu, rasanya kosong. Semua VIP tahu, setelah 2016 BIGBANG tak lagi sama.
Kami kira fandom ini akan jadi mumi abadi, berhenti di puncak MADE. Semua setuju, sampai kemudian 2022 empat member merilis “Still Life.” Harapan kembali menyala, walau hanya empat kelopak bunga.
Lalu, ketika T.O.P memutuskan keluar, banyak yang merasa jam fandom ini benar-benar berhenti di 2022.
Lilin Kecil Itu Menyala Lagi
Sampai akhir 2024, G-Dragon akhirnya muncul lagi. Tentu saja, tetap dengan “bonus” skandal-skandal yang ditumpahkan padanya. VIP paham betul, tiap kali GD rilis album baru, selalu saja ada skandal baru yang nongol. Seolah media Korea gak akan puas kalau tidak membingkai dirinya dalam berita negatif.
Coba flashback sebentar:
- “Heartbreaker” (2009) langsung diisukan plagiat, ditambah kontroversi gaya panggung di konser Shine a Light.
- “One of a Kind” (2012) beriringan dengan kasus jebakan rokok ganja di Jepang.
- “Coup d’Etat” (2013) ditemani isu “blackface” yang bahkan sampai dibahas di Amerika dan Eropa.
- “Kwon Jiyong” (2017) terhambat gara-gara format album flash disk-nya gak dihitung sebagai rilisan resmi.
- Dan terakhir, “Ubermensch” dituduh terkait narkoba plus dicap pro-Nazi.
Apa maunya kalian, haters??? Kami, VIP, sampai kebal dengan template skandal murahan itu. Bahkan banyak non-fans pun mengakui pola beritanya sudah basi.
Nah, balik lagi ke 2024, GD akhirnya muncul setelah tuduhan narkoba tidak terbukti, dan kali ini dia bisa kembali fokus bermusik. Dengan “POWER” lalu bikin nostalgia lewat “HOME SWEET HOME,” lilin kecil di hati kami menyala lagi.
Dalam hitungan singkat, dari penampilan di MAMA yang cuma kurang dari 15 menit itu, langsung lahirlah begitu banyak baby VIP. Generasi baru jatuh cinta seketika, bahkan lebih cepat dibanding kami dulu yang harus buffering MV di warnet pakai komputer Pentium 4.
Solo Stan Jangan Recokin VIP
Nah, di titik ini aku harus curhat keras. Jumlah solo stan tiba-tiba melonjak gila-gilaan. Dulu belasan tahun fandom ini bebas dari toxic war, tapi sekarang? Timeline media sosial, X, Instagram, penuh dengan keributan antar-fans. Langsung saja aku kasih contoh, solo stan G-Dragon dan solo stan T.O.P, bahkan sedikit solo stan Daesung.
Kalian ribut soal kenapa GD mengunggah ucapan ulang tahun BIGBANG dengan lima garis. Padahal itu simbol yang sejak dulu jadi identitas grup, bukan sekadar garis-garis random di CorelDraw.
Kalian ribut soal kenapa agensi Taeyang dan Daesung hanya menampilkan wajah member masing-masing, bahkan memilih menyebutnya sebagai “ulang tahun debut” ketimbang “ulang tahun grup.”
Kalian juga mempersalahkan kenapa FANPLUSONE, yang jelas-jelas platform untuk solo fandom GD, justru memosting ucapan selamat ulang tahun untuk BIGBANG.
Serius, sesempit itukah cara pandang kalian? Sepicik itukah nalar kalian?
Apakah kalian lupa, atau memang tidak tahu, bahwa lima garis yang kalian perdebatkan itu adalah bagian dari sejarah? Bahwa setiap agensi sekarang punya kepentingannya masing-masing, tapi tidak bisa menghapus fakta bahwa para member pernah bersama-sama membangun sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar nama individu?
Kalau GD memilih lima garis, itu bukan berarti ia “pura-pura tidak move on.” Itu bentuk penghormatan. Kalau agensi Taeyang dan Daesung memilih menampilkan wajah member mereka saja, itu juga bukan dosa besar, itu urusan branding bisnis.
Dan kalau FANPLUSONE mengucapkan selamat ulang tahun untuk BIGBANG, justru itu bukti bahwa bahkan dalam ekosistem solo, nama grup masih terlalu kuat untuk diabaikan.
Jadi, daripada sibuk mencari siapa yang salah dalam cara mereka mengucapkan “selamat ulang tahun,” lebih baik kalian belajar memahami konteksnya.
Sorry to say, gak mudah bagiku menerima semua solo stan sebagai VIP. Aku sadar, banyak dari kalian hanya suka GD doang, atau T.O.P doang, tanpa peduli BIGBANG as a whole. Dan aku sadar, aku gak bisa maksa kalian suka semuanya.
Tapi jujur, aku gak masalah kalau kalian menyimpan preferensi itu buat diri sendiri. Yang bikin aku muak adalah ketika kalian menyinggung member dan ex-member secara negatif, terus mendemonisasi mereka, apalagi di hari ulang tahun BIGBANG.
Ini yang mau aku tegaskan… Kalau kalian solo stan, atau haters berkedok solo stan, kalian tidak berhak bicara soal grup.
Kalian gak berhak teriak-teriak soal OT3, OT4, OT5.
Kalian gak berhak nyuruh fandom lain nerima realita pakai versi kalian.
Karena VIP itu bukan soal suka satu orang. VIP itu suka grup.
Kalau kalian cuma cinta G-Dragon, ya kalian “FAM.” Kalau kalian cuma cinta T.O.P, ya kalian “Thanos stan.” Tapi yang jelas, kalian bukan VIP.
Jadi izinkan aku, sebagai fosil fan ini, bilang: PLEASE, biarkan VIP merayakan hari ini, hari ulang tahun BIGBANG ke-19, dengan damai.
Tanpa komentar racun, tanpa sindiran ke member dan ex-member, tanpa bikin suasana panas. Karena kalau kalian benar-benar cinta BIGBANG, kalian tahu, grup ini berdiri bukan karena satu orang, tapi karena chemistry lima kelopak bunga yang dulu kita lihat bersama.
BIGBANG mungkin tinggal tiga sekarang, tapi setiap kelopak punya kenangan, punya luka, punya tawa. Dan itu yang bikin fandom ini bertahan 19 tahun, bahkan saat dunia bilang kami sudah punah.
Terkhusus untuk Para Solo Stan atau Haters Berkedok Solo Stan
Bukan maksud hatiku marah-marah, terlebih bukan maksudku memandang sebelah mata kalian, para solo stan. Aku paham betul, setiap orang berhak jatuh cinta pertama kali lewat satu sosok.
Banyak dari kita pun dulu masuk ke BIGBANG karena terpikat visual T.O.P, suara Taeyang, swag-nya GD, senyum nakalnya Seungri, atau komedi naturalnya Daesung.
Itu wajar. Tapi tolong pahami juga, bahwa perjalanan BIGBANG itu bukan semalam jadi legenda, bukan kayak dongeng “Roro Jongrang” atau “Tangkuban Perahu.” Grup ini berdiri di atas 19 tahun kerja keras, darah, air mata, skandal, pencapaian, bahkan pengorbanan yang mungkin tak kalian saksikan langsung.
Jadi ketika kalian baru mengenal G-Dragon, Taeyang, Daesung, atau bahkan baru kenal T.O.P dan tahu masa lalu Seungri dalam hitungan bulan, lalu buru-buru mendefinisikan ulang siapa itu VIP, rasanya tidak adil. Kami, yang sudah melewati hampir dua dekade bersama BIGBANG, hanya ingin kalian sedikit menghargai sejarah panjang itu.
Ibaratnya begini, kalian baru naik bus di halte terakhir, tapi jangan sampai kalian sibuk mengatur supir yang sudah nyetir dari awal perjalanan di halte pertama. Kalian boleh duduk nyaman, menikmati pemandangan, bahkan bercanda sama penumpang lain di dalam bus yang sama, tapi tolong jangan marah-marah kalau kursinya gak sesuai keinginan, atau musik yang diputar bukan favorit kalian.
Karena kendaraan ini namanya BIGBANG, bukan “G-Dragon Express” bukan “T.O.P Tour” bukan “Taeyang Taxi” juga bukan “Odong-odong Daesung.” Kalau kalian mau ikut, silakan naik. Kalau gak, kalian bebas turun. Tapi jangan bikin gaduh di dalam, apalagi ketika kendaraan bernama BIGBANG ini lagi berulang tahun.
Gak usah kalian ungkit soal Seungri, kami sudah kenyang dengan sedih dan marahnya. Gak usah kalian singgung soal T.O.P, kami juga tahu betul rasa kehilangan itu.
Jadi tak perlu kalian marah-marah dan mengumpat di medsos kalau ada VIP yang masih memasang bendera BIGBANG dengan lima garis, sama halnya tak perlu kalian tersinggung kalau ada VIP yang memilih menaruh foto BIGBANG hanya dengan tiga wajah.
Semua itu bukan soal siapa yang benar atau salah, tapi soal bagaimana setiap dari kami menyimpan kenangan dengan cara masing-masing dan merayakan hari bahagia ini dengan cara masing-masing.
Jadi ya begitulah curhat panjang ini…!
Dari “LIES” sampai “HOME SWEET HOME,” aku masih di sini. Aku tahu fandom ini gak akan pernah balik ke masa 2007 yang polos. Aku tahu solo stan sudah jadi bagian dari ekosistem baru. Tapi setidaknya, aku ingin deklarasi di sini, VIP sejati akan selalu membawa satu bendera, bukan sepanduk terpisah.
Kalau kalian bisa terima itu, welcome to the family. Kalau tidak, yaudah, tetaplah jadi fans solo. Cuma please, jangan racuni hari bahagia kami.
Because at the end of the day, BIGBANG itu itu adalah sejarah, darah, dan sedikit trauma bagi kami, para VIP. Entah kami lima, empat, atau tiga, selama lilin kecil itu menyala, fandom ini akan terus hidup.
Leave a Comment