Jatuh bangun karier T.O.P BIGBANG dari skandal di Korea
Jatuh bangun karier T.O.P BIGBANG dari skandal di Korea

Di Korea Selatan, publik bisa mencintai idol setinggi langit, tapi juga menjatuhkannya tanpa ampun. Salah satu contoh paling tragis adalah T.O.P (Choi Seung-hyun) dari BIGBANG. Tahun 2017 menjadi titik balik kelam dalam hidupnya, tahun di mana satu kesalahan mengubah segalanya.

T.O.P memang bersalah. Ia merokok ganja di rumahnya bersama seorang wanita, sebuah tindakan ilegal di Korea. Ia mengakuinya, meminta maaf, dan menjalani hukuman. Tapi pertanyaannya, haruskah ia membayarnya seumur hidup?

Kasusnya membuka satu ironi besar. Aktor di Korea yang terjerat kasus narkoba kerap diberi kesempatan kedua dan kembali berjaya di layar. Tapi idol seperti T.O.P? Wajahnya diblur di TV, namanya dihindari bahkan dilarang disebut, dan setiap langkah comeback-nya dibayang-bayangi kebencian media.

Kronologi kasus T.O.P BIGBANG
Kronologi kasus T.O.P BIGBANG

Kronologi Lengkap Kasus T.O.P (2016–2019)

Oktober 2016 – Penggunaan Ganja

Pada Oktober 2016, T.O.P terlibat dalam penggunaan ganja di rumahnya di Seoul. Berdasarkan hasil penyelidikan yang kemudian muncul di pengadilan, ia mengonsumsi ganja sebanyak empat kali bersama seorang wanita muda yang diketahui sebagai trainee.

Penggunaan ganja di Korea Selatan merupakan pelanggaran serius, bahkan jika dilakukan publik figur di luar negeri tetap dianggap ilegal. Namun, pada saat kejadian, perbuatan T.O.P tersebut tidak diketahui pihak berwenang. Fakta ini baru terungkap beberapa bulan kemudian, ketika T.O.P sudah menjalani wajib militer.

9 Februari 2017 – Mulai Wamil

Pada 9 Februari 2017, T.O.P resmi memulai masa wajib militernya sebagai petugas polisi yang direkrut secara khusus. Ia ditempatkan di Divisi Kepolisian Seoul, dengan jadwal pelepasan awal direncanakan pada 8 November 2018.

Bagi publik Korea, penempatan seorang idol populer di kepolisian, bukan di kemiliteran, menjadi kebanggaan tersendiri. Bagi T.O.P, ini adalah kesempatan untuk mengabdi sekaligus menjaga citra positif grupnya. Saat itu, tidak ada yang membayangkan bahwa hanya empat bulan kemudian, semua rencana ini akan hancur.

Juni 2017 – Kasus Meledak di Publik

Awal Juni 2017, media Korea melaporkan bahwa T.O.P akan diproses hukum tanpa penahanan atas tuduhan penggunaan ganja. Berita ini langsung menyebar luas, memicu gelombang kritik pedas dari publik.

Hanya dalam waktu 48 jam setelah laporan itu keluar, Kepolisian Seoul memindahkan T.O.P ke divisi berbeda dan memberhentikannya sementara dari tugas, sambil menunggu keputusan pengadilan. Perubahan ini tidak hanya merusak reputasinya sebagai idol, tapi juga membuatnya kehilangan status kehormatan di kepolisian.

6 Juni 2017 – Overdosis Antidepresan dan Percobaan Bunuh Diri

Hanya beberapa hari setelah berita itu meledak, tragedi lain terjadi. Pada 6 Juni 2017, T.O.P ditemukan tak sadarkan diri di barak polisi. Ia mengalami overdosis benzodiazepine, obat anti-kecemasan atau antidepresan yang diresepkan dokter untuk mengatasi depresi dan gangguan kecemasan.

Kondisi T.O.P kritis. Ia segera dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma. Media melaporkan situasi ini dengan penuh bombardir, seolah seluruh berita di media cetak, online, dan televisi hanya tentang T.O.P, memicu cibiran publik. 

Ironisnya, banyak media keliru menyampaikan informasi. Di laporan-laporan awal media, mereka memberitakan T.O.P overdosis di barak, memberi kesan seolah-olah itu masih overdosis akibat narkoba. Padahal faktanya, overdosis tersebut disebabkan obat anti-depresan yang ia konsumsi karena tidak tahan dengan pemberitaan besar-besaran tentang dirinya.

Bayangkan, begitu banyak media play yang membuat publik makin membenci T.O.P. Belakangan setelah berita ini keluar, pihak rumah sakit menggelar konferensi pers resmi dan menegaskan bahwa T.O.P overdosis obat antidepresan, bukan akibat narkoba. Perlu dicatat, T.O.P memang merokok ganja pada Oktober 2016, tetapi kasusnya baru meledak di media pada Juni 2017.

Ibu T.O.P kemudian memohon kepada semua orang, terutama media, supaya memberi ruang untuk T.O.P. Beliau juga mengonfirmasi bahwa putranya berada dalam kondisi serius hingga akhirnya sadar setelah perawatan intensif.

Bagi T.O.P, ini adalah titik terendah dalam hidupnya. Dalam wawancara beberapa tahun kemudian, ia mengakui bahwa momen itu adalah percobaan bunuh diri karena tekanan mental yang tak tertahankan.

29 Juni 2017 – Sidang Pertama

Sidang pertama T.O.P digelar pada 29 Juni 2017 di Pengadilan Distrik Seoul Pusat. Di hadapan hakim, ia mengaku bersalah dan tidak membantah tuduhan penggunaan ganja empat kali pada Oktober 2016.

Hakim menjatuhkan hukuman 10 bulan penjara dengan masa percobaan selama 2 tahun dan denda sebesar 1 juta KRW (sekitar Rp10 juta). Karena ini merupakan pelanggaran pertama T.O.P, ia tidak langsung dipenjara. Namun, jika selama masa percobaan ia melakukan pelanggaran serupa, hukuman penjara akan langsung dijalankan. Keputusan ini membuat T.O.P secara resmi gagal melanjutkan tugas di kepolisian.

Setelah pertama kali kasusnya mencuat, T.O.P menulis surat untuk kita semua.

Pertama-tama, aku ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya. Aku tahu aku telah mengecewakan banyak orang, termasuk kalian yang selalu mendukungku, dengan kesalahan besar yang aku buat. Aku terlalu malu untuk berdiri di depan kalian dan meminta maaf. Aku tidak punya alasan apapun untuk membenarkan diri, dan aku sangat menyesal, bahkan takut dengan apa yang telah terjadi. Jadi, aku menulis semua ini dengan hati-hati, karena itu satu-satunya cara aku bisa menyampaikan perasaan yang begitu berat ini.

Untuk para member, agensiku, para penggemar yang selalu ada untukku, dan keluarga yang selalu mendukung, aku tahu aku telah meninggalkan luka yang sangat dalam di hati kalian. Luka yang mungkin tak bisa aku obati dengan kata-kata atau perbuatan apa pun. Dan aku merasa, aku pantas menerima hukuman atas kesalahan ini.

Hati aku benar-benar sakit. Aku merasa sangat malu dengan diriku sendiri. Aku akan terus merenung, berulang kali, tentang apa yang sudah aku lakukan, tentang bagaimana aku bisa membuat kesalahan seperti ini. Aku berjanji pada diri sendiri, aku tidak akan pernah mengulanginya lagi. Sekali lagi, aku ingin mohon maaf, karena aku tidak bisa langsung meminta maaf pada kalian semua. Aku sangat menyesal atas semua yang telah terjadi.

Aku sangat malu pada diriku sendiri.

Aku mohon maaf.

T.O.P (Choi Seung-hyun)

2018 – Kembali Wamil Sebagai Pekerja Publik

Setelah evaluasi disipliner yang panjang, Kementerian Pertahanan Nasional Korea Selatan memberi status “cadangan” pada T.O.P. Ia dipindahkan dari kepolisian dan diwajibkan menyelesaikan masa wajib militernya sebagai pekerja pelayanan publik.

Pada 26 Januari 2018, T.O.P memulai penugasan barunya di Yongsan Arts and Crafts Center di pusat Seoul. Meskipun secara fisik ia kembali beraktivitas, interaksi dengan publik dan media sangat terbatas. T.O.P memilih diam dan menjauh dari sorotan, fokus menjalani kewajibannya hingga selesai.

6 Juli 2019 – Bebas Wamil

Setelah hampir dua tahun menjalani tugas sebagai pekerja pelayanan publik, T.O.P resmi bebas wamil pada 6 Juli 2019. Alih-alih menggelar jumpa pers besar seperti banyak selebritas lain, ia memilih bertemu dengan fans dalam sebuah pertemuan rahasia.

Pertemuan ini berlangsung tanpa liputan media, bahkan para VIP (sebutan fans BIGBANG) kompak mengelabui awak media yang sudah menunggu di lokasi resmi.

Fans dibagi menjadi dua kelompok, di mana kelompok pertama pura-pura menunggu konferensi pers di lokasi yang diumumkan untuk menarik perhatian media, sedangkan kelompok kedua diam-diam bertemu T.O.P di tempat rahasia.

Di Instagram, T.O.P menulis pesan menyentuh:

“Meskipun saya tidak bangga dengan diri sendiri, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua penggemar yang meluangkan waktu dan usaha untuk berbagi momen ini dengan saya. Saya akan merenung dan berusaha membayar kembali rasa sakit dan kekecewaan yang saya sebabkan. Terima kasih sekali lagi. Sampai bertemu lagi… cinta, T.O.P.”

Bagi VIP, ini adalah momen emosional. Setelah dua tahun ketidakhadiran T.O.P, mereka bisa melihat idolanya kembali tersenyum walaupun masih ada bayang-bayang masa lalu.

Standar Ganda: Idol vs Aktor di Korea

Sejak kasus penggunaan ganja pada 2017, T.O.P menjadi salah satu contoh paling mencolok dari bagaimana media dan publik Korea memberlakukan vonis sosial tanpa batas waktu untuk idol. Ia telah mengaku bersalah, menjalani proses hukum, menerima hukuman percobaan, dan secara terbuka menyampaikan penyesalan mendalam. Namun, di mata sebagian besar media dan publik domestik, hukuman itu seakan tidak pernah benar-benar selesai.

Salah satu bentuk paling nyata adalah perlakuan media televisi. Pasca-skandal, wajah T.O.P kerap diblur ketika cuplikan lama BIGBANG ditayangkan di program musik atau variety show. 

Praktik ini jarang terjadi pada figur publik yang telah menyelesaikan masa hukumannya, apalagi jika mereka adalah aktor. Bahkan ketika cuplikan tersebut bersifat arsip atau bagian sejarah musik K-pop, penyuntingan dilakukan sedemikian rupa sehingga kehadiran T.O.P dihapus dari ingatan visual penonton.

Ketika BIGBANG akhirnya melakukan comeback pada April 2022 dengan lagu “Still Life” yang disambut antusias oleh penggemar di seluruh dunia, liputan media Korea malah memperlihatkan bias yang kontras. 

Alih-alih fokus pada musik BIGBANG yang penuh makna tentang perjalanan waktu dan pertumbuhan pribadi, banyak headline memilih sudut pandang yang menekankan “kemunculan kembali T.O.P setelah skandal narkoba.” 

Saat T.O.P diumumkan sebagai cast “Squid Game 2” pada 2023, headline di Korea justru penuh sindiran dan komentar sarkastis. Fans global merayakan, tapi di Korea, kolom komentar dipenuhi kebencian. 

Beberapa netizen bahkan memprotes casting tersebut. Hasilnya, T.O.P absen mengikuti tur promosi sekali pun, padahal perannya di serial tersebut cukup sentral.

Sanksi sosial untuk T.O.P terus berlanjut. Seolah karya seni, proses kreatif, dan refleksi diri yang telah dijalaninya selama bertahun-tahun hanya menjadi catatan kaki di bawah bayang-bayang masa lalunya.

Kontras ini semakin tajam ketika kita bandingkan perlakuan media terhadap aktor Korea yang terlibat kasus serupa. Jo Ji Hoon, misalnya, sempat terjerat kasus narkoba pada 2009, tetapi hanya kurang dari tiga tahun kembali membintangi drama dan film populer, bahkan menjadi bintang di panggung internasional melalui serial “Kingdom.”

Lee Jung Jae, yang di masa lalu juga pernah tersandung isu narkoba, kini dielu-elukan dunia berkat “Squid Game,” dengan media Korea memberikan narasi “redemption arc” yang positif dan inspiratif.

Perbedaan standar ini menunjukkan bahwa idol K-pop memikul beban moral ganda. Sebagai figur yang dianggap “role model” oleh penggemar muda, mereka diharapkan mempertahankan citra sempurna. Kesalahan sedikit saja dapat menghapus seluruh pencapaian mereka, dan proses pengampunan publik berjalan jauh lebih lambat, atau bahkan tidak terjadi sama sekali. 

Sementara itu, aktor cenderung dipandang sebagai seniman individual yang karyanya bisa berdiri terpisah dari kehidupan pribadi mereka, sehingga publik lebih mudah menerima mereka kembali.

Cancel Culture dan Mental Health

Korea punya budaya cancel culture yang brutal, terutama bagi idol. Mereka dianggap “role model” absolut, sehingga satu kesalahan berarti penghapusan karier.

Bagi T.O.P, tekanan itu nyata. Dalam wawancara dengan Prestige Hong Kong (2022), ia berkata, “Tahun 2017 adalah momen terburuk dalam hidup saya. Saya pernah mencoba bunuh diri. Saya menyadari betapa banyak luka yang saya berikan pada orang-orang yang saya cintai.”

Kembali ke publik bagi T.O.P pun bukan proses yang mulus. Salah satu momen paling menyedihkan terjadi ketika ia mencoba melakukan siaran langsung di Instagram. Awalnya, ia tersenyum, menyapa penggemar, dan mencoba berbicara santai. Namun, dalam hitungan detik, kolom komentar dibanjiri kata-kata kebencian dari segelintir netizen Korea. 

Komentar tersebut mulai dari hinaan personal hingga tuduhan lama yang diungkit kembali. Dalam rekaman siaran itu, terlihat jelas perubahan ekspresi T.O.P. Senyumnya hilang, dan ia hanya terdiam sambil membaca komentar demi komentar. 

Selama beberapa menit, T.O.P tidak mengucapkan sepatah kata pun, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri siaran. Fans internasional, terutama VIP, marah besar melihat kejadian itu. 

Mereka mengunggah tagar dukungan, meminta publik untuk menghentikan ujaran kebencian, dan mengingatkan bahwa kesehatan mental seseorang bisa runtuh karena tekanan semacam itu. Namun, di media Korea, insiden tersebut hampir tak mendapat liputan berarti.

Tidak ada diskusi serius tentang dampak psikologis dari online harassment, apalagi pembahasan soal pentingnya memberi kesempatan kedua.

Menemukan Jalan Baru

Setelah 16 tahun berada di bawah naungan YG Entertainment bersama BIGBANG, T.O.P memutuskan untuk mengambil jalannya sendiri. Keputusan hengkang dari grup diumumkan pada awal 2022, bertepatan dengan kabar comeback BIGBANG lewat single “Still Life.”

Meski masih terlibat dalam aktivitas grup, ia secara resmi mengakhiri kontrak eksklusifnya dengan YG. Banyak yang menduga langkah ini bukan hanya untuk memberi ruang pribadi, tapi juga sebagai upaya lepas dari kendali industri hiburan Korea yang selama ini mengekangnya.

Sejak awal kariernya, T.O.P dikenal sebagai pribadi yang memiliki minat mendalam pada seni rupa, desain, dan koleksi benda-benda unik. Ia kerap menghadiri pameran seni internasional, menjalin hubungan dengan seniman global, dan bahkan pernah menjadi juri serta kurator dalam ajang seni kontemporer. 

Minat ini akhirnya mengarahkan T.O.P ke dunia yang selama ini menjadi pelarian dari sorotan media, yaitu dunia seni dan gaya hidup mewah.

T'SPOT wine by T.O.P
T’SPOT wine by T.O.P

Pada April 2022, T.O.P memperkenalkan proyek terbarunya: T’SPOT, sebuah label wine yang ia kurasi sendiri. Pengumuman ini dilakukan lewat akun Instagram pribadinya, menampilkan botol anggur Bordeaux 2017 hasil kolaborasi dengan pembuat anggur Prancis, Tunevan. 

Desain botolnya menjadi daya tarik tersendiri karena melibatkan seniman kontemporer Jepang, Kohei Nawa, yang dikenal dengan karya-karya patung dan instalasi berkonsep futuristik. Botol wine T’SPOT ini ia rancang sebagai objek seni yang layak dikoleksi.

Bagi T.O.P, T’SPOT bukan sekadar bisnis, melainkan perpanjangan dari identitasnya sebagai seniman. Dalam beberapa wawancara, T.O.P mengungkapkan bahwa wine baginya seperti musik. Keduanya punya aroma, tekstur, dan lapisan cerita yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang mau menikmati dengan penuh kesadaran.

Langkah ini juga mencerminkan keinginan T.O.P untuk tetap berkarya di luar jalur konvensional hiburan Korea. Dunia wine dan seni memberinya kebebasan berekspresi tanpa harus berhadapan dengan sensor media atau tuntutan pasar K-pop yang sering menekan. 

Ia bisa memilih proyek yang sesuai visinya, berkolaborasi lintas negara, dan tetap mempertahankan privasi yang ia jaga ketat sejak keluar dari sorotan publik.

Selain wine, T.O.P juga aktif sebagai kolektor dan kurator seni. Ia pernah menggelar lelang amal seni bersama Sotheby’s di Hong Kong, di mana hasil penjualannya digunakan untuk mendukung pendidikan seni bagi anak-anak. Langkah ini mempertegas citranya sebagai seniman multitalenta, bukan sekadar rapper atau idol.

Keputusannya untuk mengeksplorasi bidang ini disambut hangat oleh VIP, terutama penggemar T.O.P, yang melihatnya sebagai tanda bahwa T.O.P berhasil bangkit dari masa-masa kelam 2017–2019. Di mata mereka, T’SPOT adalah simbol kebebasan dan transformasi T.O.P. 

Sementara di Korea, meski media masih kerap menyinggung masa lalunya, kehadiran T.O.P di dunia seni dan wine perlahan menggeser narasi negatif menjadi kisah tentang reinvensi diri.

Kini, T.O.P menapaki jalannya tanpa terburu-buru kembali ke panggung. Ia memilih menciptakan karya yang ia cintai, mengurasi rasa dan estetika, sambil tetap setia pada prinsipnya, yaitu tidak lagi membiarkan industri atau opini publik mengatur hidupnya. Bagi T.O.P, inilah babak baru yang lebih sunyi, tapi juga lebih bebas. Mungkin itulah kemenangan sejatinya.

Share:

Leave a Comment