Kalau kamu VIP sejak awal, pasti ingat cerita klasik ini. Seungri nyaris didepak dari formasi BIGBANG sebelum debut. CEO YG Entertainment, Yang Hyunsuk, semula hanya memberikan kontrak kepada empat member, yaitu G-Dragon, Taeyang, Daesung, dan T.O.P.
Seungri yang waktu itu masih remaja dari Gwangju, berjuang keras di program dokumenter pre-debut BIGBANG Documentary. Episode itu legendaris karena memperlihatkan momen YG memberi ultimatum bahwa hanya trainee yang bisa menunjukkan perkembangan signifikan yang bertahan.
Dan apa yang terjadi? Seungri tidak menyerah. Setelah Yang Hyunsuk mengumumkan akan memberikan wild-card kepada satu dari dua trainee yang tersisa, antara Seungri dan Hyunseung, Seungri pulang ke dorm dengan wajah pucat. Demi mempersiapkan diri untuk kesempatan terakhir itu, dia latihan vokal dan tarian sampai pagi, lalu muncul di evaluasi dengan senyum khasnya.
Hasilnya? Dia terpilih. Dan sejak debut resmi 19 Agustus 2006, si maknae ini tumbuh jadi energy booster grup, mulai dari bantuin bikin koreografi lagu-lagu BIGBANG, MC dadakan, pengatur suasana, sampai jadi jembatan interaksi BIGBANG dengan fans.
Seungri itu ibarat mood maker dan VIP lama tahu itu. Saat member lain terlalu fokus atau suasana panggung mulai datar, dia sering melempar jokes random, mengajak penonton nyanyi bareng, bahkan iseng menggoda GD atau T.O.P di atas panggung.
Di variety show, Seungri lah yang paling cerewet dan paling cepat beradaptasi. Kepercayaan diri itu bikin BIGBANG gak cuma dilihat sebagai grup cool, tapi juga grup yang approachable.
Peran itu bukan cuma gimmick panggung. Di balik layar, Seungri memang member yang rela jadi pusat perhatian demi memecah ketegangan walaupun tingkahnya harus bikin garing, walaupun dia kerap dicap “badut grup.”
Bayangin aja, BIGBANG punya empat member dengan karakter kuat. Ada GD si perfeksionis dingin, Taeyang si kalem religius, T.O.P si nyentrik misterius, dan Daesung yang memang ramah tapi kadang pendiam kalo gak dipancing. Nah, di tengah kombinasi ini, Seungri hadir sebagai “social glue” alias member yang rajin nyamber obrolan, ngelempar punchline spontan, dan bahkan rela menjadikan dirinya bahan bercandaan demi bikin suasana cair.
Sayangnya, peran ini sering kali terjebak stigma. Di banyak grup, member dengan kepribadian seperti ini kadang dikonotasikan sebagai underrated member, gak sekeren member yang lain, fansnya lebih sedikit, dan dianggap “pelengkap” saja, bukan “inti.” Kwanghee ZEA adalah contoh lainnya di K-pop Gen-2.
Jadi, aku gak kaget kalau sampai sekarang pun masih ada yang menganggap Seungri gak punya peran penting di BIGBANG. Ironisnya, anggapan ini bukan cuma datang dari non-fans, tapi bahkan dari sebagian VIP (atau yang ngaku VIP) yang merasa kontribusi Seungri gak sebanding dengan member lain.
Padahal, kalo mau jujur nih, sifat Seungri yang “gak takut malu” itu justru modal besar yang bikin BIGBANG dulu terasa humanis dan relatable di mata fans. Kalau energi Seungri ini dulu hilang, terutama di tahun-tahun awal debut, grup berpotensi kehilangan dinamika yang bikin mereka terasa dekat dengan fans.
Dalam kasus BIGBANG, Seungri bukan cuma penghibur di tengah-tengah, tapi juga penggerak suasana yang bikin empat karakter kuat tadi bisa tampil harmonis di depan publik. Si mood maker ini menjadi “perekat” tim, terutama saat semua member punya jadwal gila-gilaan, stres, dan harus tampil di depan kamera dengan senyum tanpa cacat. Dan di era BIGBANG masih awal-awal debut dulu, mereka belum “segila” dan “secair” sekarang humornya.
Apalagi, YG bukanlah agensi yang memanjakan artisnya dengan exposure variety show seperti sekarang. Banyak idol YG dikenal canggung atau “dingin” kalau tampil “sendirian” di acara TV. Beda cerita kalo mereka tampil rame-rame di TV dengan sesama teman seagensinya sendiri, seperti saat BIGBANG jadi tamu talk show “Strong Heart” yang bintang tamunya kebanyakan artis-artis YG juga. Vibe-nya bisa langsung nyambung dan mereka lebih nyaman.
Nah, Seungri justru kebalikannya. Dia tipikal “social butterfly” yang paling gampang nimbrung, bergaul sama idol lintas agensi, bahkan jadi “Unofficial PR Manager” BIGBANG. Berkat dia juga, BIGBANG jadi lebih dekat dengan idol-idol dari SM, JYP, bahkan grup rookie yang waktu itu masih belum terkenal.
Buat VIP yang ngikutin dari awal, momen-momen ini priceless. Masih ingat waktu Seungri jadi MC dadakan di konser Jepang BIGBANG dan ngelawak pakai bahasa Jepang seadanya? Atau waktu dia tanpa skrip ngeledek GD di acara fan meeting sampai GD bener-bener ketawa ngakak? Atau saat dia bikin tantangan dance battle di tengah konser cuma buat bikin penonton heboh? Seungri di BIGBANG bukan cuma maknae, tapi “chief entertainment officer”-nya BIGBANG.
Di jenjang kariernya sebagai idol, Seungri bukan cuma “si cerewet” atau “si mulut besar” yang modal bicara doang. Album solonya “Let’s Talk About Love” (2013) dan “The Great Seungri” (2018) memuat lagu-lagu yang cukup sukses di chart domestik dan Asia. Dia juga aktif mempromosikan BIGBANG di luar musik, jadi ambassador tidak resmi di variety show Jepang dan China.
Banyak kolaborasi BIGBANG dengan brand-brand di Asia Timur yang awalnya tertarik karena daya tarik komersial Seungri. Bahkan di balik layar, Seungri berkontribusi di beberapa lagu BIGBANG, memberi ide staging konser, sampai membantu konsep fan meeting.
Seungri juga dikenal sebagai “penjaga hubungan internasional” BIGBANG, terutama saat tur dunia. Dia fasih banyak bahasa, mulai dari Korea, Jepang, Inggris, Mandarin, dan cukup lancar berkomunikasi dengan media asing.
Itulah kenapa, ketika berita Burning Sun pecah, banyak VIP yang shock berat. Karena buat fans yang ngikutin BIGBANG dari awal debut, Seungri itu wajah yang selalu senyum, selalu bercanda, dan terasa “dekat.” Dia bukan member yang menjaga jarak atau terlihat dingin. Justru dia yang paling sering ngajak fans bercakap, paling rajin bikin interaksi personal di fan sign, dan paling “rame” di media sosial.
Jadi, melihat namanya nyangkut di skandal sebesar Burning Sun, apalagi dengan tuduhan prostitusi dan chat group ilegal, rasanya seperti melihat orang yang selalu kita anggap “happy virus” tiba-tiba jadi headline berita kriminal.

Terjun ke Dunia Bisnis
Semua berawal dari keputusan Seungri untuk terjun ke dunia bisnis. Pada 2016, di usia 27 tahun, usia di mana GD dan T.O.P pun mengakui bahwa adik mereka ini sudah mulai merasa gak nyaman terus-menerus menjadi maknae, Seungri mendirikan perusahaan patungan bernama Yuri Holdings, bermitra dengan rekannya, Yoo In-seok.
Media Korea Herald menggambarkan Yuri Holdings sebagai “investment company” yang bergerak di bidang food and beverage (FnB) serta hiburan. Keempat member BIGBANG sejak awal sebenarnya tidak keberatan ketika Seungri berbisnis FnB, seperti saat ia mendirikan Aori Ramen.
Kekhawatiran mulai muncul ketika Hyung-line BIGBANG (T.O.P, Taeyang, dan G-Dragon) mengetahui Seungri menerima banyak tawaran promosi dari klub-klub malam. Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan.
Meski ketiga hyung jarang blak-blakan membicarakannya di depan kamera, orang awam pun paham bahwa bisnis klub malam, di mana pun di dunia ini, kerap beririsan dengan aktivitas berisiko tinggi seperti perjudian, narkoba, hingga prostitusi. Apalagi, sejak sibuk berbisnis, Seungri makin sering bergaul dengan orang-orang di luar circle pertemanan idol.
Hal ini memicu ketakutan para member BIGBANG. Tidak jarang, T.O.P, G-Dragon, Taeyang, dan Daesung mengungkapkan, baik di wawancara maupun lewat candaan, bahwa Seungri terasa makin menjauh dari mereka.
Bahkan, di beberapa kesempatan, candaan itu terdengar seperti sindiran halus. Ada momen ketika para member menyebut seolah-olah BIGBANG hanya beranggotakan empat orang. T.O.P sendiri pernah tanpa sengaja “curhat” di depan publik, mengatakan, “Seungri, dulu kita tidak melihat uang sebegitu pentingnya.”
Secara tersirat, T.O.P ingin mengingatkan bahwa Seungri kini terlihat menempatkan uang di posisi yang sangat utama, mungkin terlalu utama, dibanding masa-masa awal mereka bersama.
Time flies. Seungri makin dikenal publik sebagai “poster boy” untuk sejumlah klub malam mewah di Seoul. Istilah “poster boy” di sini maksudnya kurang lebih mirip dengan influencer, bahwa dengan mencantumkan nama Seungri di jajaran direktur internal atau menampilkan promosi yang melibatkan dirinya, angka kunjungan ke klub tersebut bisa melonjak drastis.
Dan memang, ini terbukti waktu itu. Tarif masuk dan harga layanan VIP di klub-klub yang berafiliasi dengan Seungri ikut melambung. Semua orang tahu, Seungri adalah member dari salah satu grup K-pop terbesar saat itu. Kehadirannya membawa daya tarik eksklusif, mulai dari fans, sosialita, hingga investor asing yang tertarik datang hanya untuk merasakan suasana “klubnya Seungri.”
Sebelum kasus Burning Sun mencuat, Seungri sudah lebih dulu bersinggungan dengan beberapa klub kelas atas. Pertama, Klub Arena, yang dibuka pada 2014 di Nonhyeon-dong, Gangnam. Klub ini populer sebagai tempat nongkrong para selebritas TV dan atlet ternama.
Klub Arena memiliki reputasi eksklusif dengan aturan berpakaian yang sangat ketat dan kapasitas hingga 700 tamu, lengkap dengan lantai dansa terpisah untuk musik EDM dan hip hop.
Kedua, Monkey Museum, yang resmi dibuka pada 27 Juni 2016. Klub ini menyasar kalangan kelas atas di kawasan Cheongdam-dong, Gangnam-gu, dan dikenal dengan konsep interiornya yang unik sekaligus mewah.
Dua tahun kemudian, pada 2018, Seungri melalui perusahaannya, Yuri Holdings, menjadi salah satu investor di Burning Sun, sebuah klub hiburan malam yang digadang-gadang akan menyaingi bahkan melampaui popularitas Klub Arena.
Terbukti, beberapa staf, promotor, dan pelanggan tetap Arena akhirnya ikut pindah atau mengelola event di Burning Sun setelah klub itu dibuka. Jadi ada overlap lingkaran sosialnya. Bahkan sebelum skandal, banyak rumor bahwa Burning Sun berusaha “merebut” pasar elite yang tadinya dikuasai Klub Arena.
Singkatnya begini… Klub Arena itu “senior” di dunia klub hiburan Gangnam, sedangkan Burning Sun adalah “pendatang baru” yang ingin merebut segmen yang sama, dengan beberapa orangnya berasal dari lingkaran Arena.
Berlokasi di basement Hotel Le Méridien di Distrik Gangnam, Klub Burning Sun ini dioperasikan oleh Burning Sun Entertainment. Berdasarkan data kepolisian per Maret 2019, pembagian sahamnya sebagai berikut:
- Operator Hotel Le Méridien (Junwon/Cheonwon Industries) – 42%
- Yuri Holdings (Seungri dan Yoo In-seok) – 20%
- Madam Lin (investor asal Taiwan) – 20%
- CEO Burning Sun (Lee Moon-ho) – 10%
- Lee Sung-hyun – 8%
Beberapa media, seperti Soompi, sempat memberitakan bahwa pada awal pendirian Burning Sun Entertainment, Yuri Holdings memegang 40% saham. Sementara itu, Yonhap pernah menulis bahwa setengah dari saham tersebut, dari 40% menjadi 20%, dialihkan ke Madam Lin. Dengan kata lain, porsi saham Madam Lin diduga berasal dari pengurangan kepemilikan Yuri Holdings.
Akan tetapi, hingga kini tidak ada dokumen kredibel yang secara resmi membuktikan detail transaksi tersebut. Baik tanggal, harga, salinan akta jual beli, maupun dokumen kepemilikan lainnya, tidak satu pun yang mendukung klaim awal soal 40% saham Yuri Holdings. Karena itu, angka yang diakui dan digunakan secara resmi tetaplah 20%, sesuai laporan kepolisian.

Dari Sorotan Cahaya ke Badai Gelap
Setelah konser 0.TO.10 dan Last Dance 2017, BIGBANG memasuki periode wajib militer. T.O.P lebih dulu masuk, disusul GD, Taeyang, dan Daesung pada 2018.
Seungri jadi satu-satunya member aktif di luar, dan ini awalnya dianggap peluang emas. Dia merilis solo album “The Great Seungri” pada Juli 2018, memulai tur konser solo, dan menjalankan Yuri Holdings seperti biasa. Namun, Januari 2019 jadi titik balik hidupnya.
Media Korea, lewat SBS 8 O’Clock News, memberitakan dugaan keterlibatan Seungri dalam skandal klub malam Burning Sun. Tuduhan awalnya adalah memberi akses prostitusi untuk investor asing tahun 2015 lewat Klub Arena, kemudian berkembang ke kasus chat group KakaoTalk berisi percakapan tentang spycam dan pelecehan seksual.
FYI, dalam laporan media, Seungri tercatat sebagai Executive Director di Burning Sun. Namun, jabatan ini lebih bersifat branding, di mana namanya dimasukkan untuk membantu promosi, bukan untuk mengatur operasional harian.
Seungri sendiri (melalui Yuri Holdings) hanya memiliki 20 persen saham di sana (itupun dibagi dua sama temannya, Yoo In-seok), yang berarti ia masuk kategori “minoritas kuat.” Artinya, ia tidak mengelola klub sehari-hari, tetapi punya hak suara di tingkat kebijakan strategis.
Misalnya, jika ada deadlock atau keputusan penting yang memerlukan suara terbanyak, pemegang saham 10–20 persen tetap bisa memengaruhi arah keputusan. Namun, karena namanya tercantum di struktur resmi, ketika skandal pecah, keterkaitannya secara hukum menjadi tak terelakkan.
Analogi sederhananya seperti pengungkapan kasus korupsi di Indonesia. Tak jarang yang ditangkap dan diadili justru adalah “kroco-kroco” di lapangan, sementara sosok besar di atasnya jarang tersentuh. Nah, posisi Seungri di Burning Sun juga sama. Sebab dia adalah figur publik terkenal, namanya digunakan sebagai magnet bisnis, yang pada akhirnya membuatnya berada di garis depan sorotan publik dan hukum.

Kronologi Singkat Kasus Burning Sun dan KakaoTalk
Laporan SBS 8 O’Clock News (Januari 2019) menyebutkan bahwa Seungri diduga mengatur jasa prostitusi bagi investor asing yang akan berinvestasi di bisnis hiburan yang berafiliasi dengannya.
Dugaan tersebut muncul dari bukti awal berupa chat (tahun 2015) yang membicarakan “perempuan” untuk tamu VIP, di mana Seungri diduga menginstruksikan stafnya untuk mengurus hal tersebut.
November 2018
Media mem-blow-up insiden kekerasan di Burning Sun terhadap seorang pria bernama Kim Sang-kyo. Berita itu menjadi viral. Kasus ini memicu investigasi luas terkait narkoba, prostitusi, dan keterlibatan polisi di Burning Sun.
Januari–Februari 2019
Nama Seungri mulai disorot dan dikaitkan dengan Burning Sun karena ada namanya di jajaran internal perusahaan, meskipun secara hukum kepemilikannya terbatas. Seungri pun langsung mengundurkan diri dari struktur internal Burning Sun demi mengikuti proses hukum yang berjalan.
Februari 2019
Muncul chat KakaoTalk dari 2015 yang diduga menunjukkan Seungri memfasilitasi jasa prostitusi untuk investor. Dalam grup chat yang memiliki beberapa chatroom itu ada beberapa figur publik lain, termasuk Jung Joon-young dan Choi Jong-hoon.
Maret 2019
Seungri mengumumkan keluar dari BIGBANG dan industri hiburan, menyatakan ingin melindungi grup dan YG Entertainment.
2020–2022
Proses pengadilan berlangsung. Pengadilan militer memutuskan hukuman 3 tahun penjara yang kemudian dikurangi menjadi 1 tahun 6 bulan.
Vonis untuk Seungri
Penting dicatat bahwa pengadilan tidak memvonis Seungri terlibat dalam spycam atau perekaman ilegal yang tersebar di grup chat KakaoTalk Jung Joon-young dan Choi Jong-hoon. Seungri bukan pelaku sama sekali.
Fokus vonis untuk Seungri di antaranya pelanggaran Undang-Undang Prostitusi, penggelapan dana, pelanggaran UU Transaksi Valuta Asing, dan dugaan korupsi polisi. Rinciannya kurang lebih sebagai berikut, aku kutip dari beberapa sumber media.
1. Mediasi Prostitusi (2015)
Menurut penyelidikan, antara Desember 2015 – Januari 2016, Seungri dicurigai menyediakan layanan prostitusi untuk investor asing di beberapa klub malam yang berafiliasi dengannya. Kendati dia diduga terlibat, fokus polisi kemudian malah lebih mengarah pada pesta ulang tahun Seungri di Filipina.
Polisi dilaporkan telah mendapatkan kesaksian dari beberapa perempuan yang hadir. Temuan awal, para perempuan itu mengatakan memang terjadi aktivitas seksual, tetapi mereka mengaku tidak diperintahkan oleh siapa pun untuk berhubungan seksual. Artinya, suka sama suka ya.
Polisi tetap saja curiga bahwa prostitusi mungkin terjadi dengan imbalan pembayaran biaya perjalanan para perempuan tersebut. Seungri disebut membiayai perjalanan mereka.
Seungri membantah tuduhan itu dan mengklaim ia membayar biaya perjalanan semua orang yang hadir di acara ulang tahunnya, tanpa maksud menyediakan layanan seksual.
Polisi berpendapat, meski tidak ada perintah langsung, mengundang perempuan ke sebuah pesta dan membiayai perjalanan mereka dapat menciptakan “atmosfer alami” untuk memberikan layanan seksual kepada investor asing.
Apalagi ada bukti tambahan, berupa catatan keuangan yang menunjukkan para perempuan di pesta ulang tahun Seungri itu menerima bayaran lebih besar dari biaya perjalanan normal.
Polisi menduga ini adalah “mediasi prostitusi” karena perempuan-perempuan tersebut bukan teman pribadi Seungri. Ada kemungkinan uang tambahan di luar biaya perjalanan adalah imbalan untuk jasa seksual.
2. Dugaan Prostitusi untuk Pebisnis Jepang (2015)
Polisi juga mengungkap bukti baru tentang dugaan penyediaan prostitusi pada pesta Natal 2015 dari Seungri untuk pengusaha Jepang. Pasalnya, perempuan yang hadir adalah profesional escort, bukan kenalan pribadi Seungri.
Analisis rekening bank mengonfirmasi adanya pembayaran. Polisi menyimpulkan bahwa meskipun tidak ada instruksi langsung untuk melakukan hubungan seksual, Seungri “membayangkan skenario tertentu” dan aktivitas seksual pada akhirnya benar-benar terjadi.
3. Kasus Penggelapan Dana Burning Sun
Kasus penggelapan dana ini mengarah pada uang sewa yang dibayarkan Burning Sun kepada Junwon Industries (pemilik saham mayoritas Burning Sun Entertainment dan pemilik Hotel Le Méridien tempat klub itu berada).
Pada awal kontrak, sewa bulanan Burning Sun ditetapkan sebesar 16,66 juta won. Tiga bulan kemudian, sewanya naik enam kali lipat menjadi 100 juta won per bulan.
Polisi mencurigai Junwon Industries dan Seungri (lewat Yuri Holdings) menggelapkan sekitar 600 juta won melalui skema overprice sewa.
Dalam hal ini, pihak pemilik Hotel Le Meridien membantah tuduhan penggelapan, menyatakan kenaikan sewa mengikuti harga pasar. Mereka mengklaim tidak pernah menjadi pemilik de facto Burning Sun, hanya investor yang percaya pada nilai bisnis Seungri.
4. Dugaan Korupsi Polisi
Ada keterlibatan seorang perwira polisi berpangkat tinggi di Kepolisian Metropolitan Seoul, yang diduga memberi perlindungan dan informasi kepada Seungri dan Yoo In Suk (CEO Yuri Holdings) terkait aktivitas bisnis mereka. Dia dipanggil Yoon.
Nah, Yoon ini memiliki koneksi luas di internal kepolisian, sehingga disebut-sebut bisa “membantu” meminimalkan masalah hukum bagi pihak-pihak tertentu. Hadeeeeh, ternyata aparat itu gak di Indonesia, gak di India, gak di Korea, semua mirip-mirip juga yes kelakuannya.
Terungkap bahwa Yoon pernah bermain golf empat kali dan makan bersama enam kali dengan Yoo In Suk (dan Seungri hadir di empat di antaranya). Investigasi menemukan bahwa biaya golf dibayar seluruhnya oleh Yoo In Suk memakai kartu perusahaan.
Ini menimbulkan dugaan pelanggaran UU Kim Young Ran (Improper Solicitation and Graft Act) karena Yoon menerima gratifikasi.
SINGKAT CERITA….
Berdasarkan seluruh temuan tersebut, Seungri dinyatakan bersalah oleh pengadilan militer dan dijatuhi hukuman 3 tahun penjara pada Agustus 2021. Ia juga diperintahkan membayar denda sekitar 1,15 miliar won. Setelah banding, hukuman dikurangi menjadi 18 bulan penjara (1,5 tahun) oleh pengadilan banding militer.
Mungkin kamu bertanya-tanya, apa sih alasan pengabulan banding dan pengurangan hukuman untuk Seungri selain faktor hoki? Ya, kurang lebih miriplah sama kasus-kasus terpidana di Indonesia.
Pertama, Seungri yang awalnya menyangkal beberapa tuduhan di pengadilan tingkat pertama, saat banding mengakui semua dakwaan dan menyatakan penyesalan mendalam atas perbuatannya. Sikap ini menerima apresiasi dari hakim sebagai bentuk itikad baik yang patut dipertimbangkan dalam penentuan hukum
Kedua, saat pengadilan banding, Seungri lebih kooperatif dan mengganti strategi hukum dari menyangkal menjadi menerima kesalahan. Ini menunjukkan bahwa ia tidak lagi bersikap defensif seperti di pengadilan pertama, melainkan rendah hati dan terbuka. Inilah poin yang berpengaruh besar terhadap keputusan hakim.
- Pada 1 Januari 2022, Pengadilan banding militer (High Court for Armed Forces) menetapkan hukuman penjara Seungri dikurangi menjadi 1 tahun 6 bulan, disertai denda yang disesuaikan.
- Pada 26 Mei 2022, Mahkamah Agung Korea menguatkan putusan ini, menjadikan hukuman final resmi. Seungri pun menjalani sisa penjara dan bebas pada Februari 2023.
Kalau kamu ingat suasana media Korea awal 2019, itu seperti media war zone. Tiap malam ada berita baru, judul sensasional, dan foto Seungri tersenyum di masa lalu dipasang berdampingan dengan kata “prostitusi” dan “skandal.”
Apakah orang-orang yang tak tersentuh media, alias “invisible hand” di balik Burning Sun, akhirnya terungkap sampai sekarang? Jawabannya, tentu saja, TIDAK. Hingga hari ini, bayang-bayang sosok kuat di belakang layar itu tetap gelap, seolah hilang ditelan kabut.
Faktor lain yang memperkeruh suasana adalah rivalitas politik dan persaingan media di Korea. Beberapa jurnalis investigasi sempat membongkar bahwa kasus Burning Sun punya implikasi jauh lebih luas daripada sekadar skandal selebritas, menyentuh ranah aparat penegak hukum, politisi, hingga pebisnis yang sama sekali bukan bagian dari industri hiburan.
Namun, alih-alih menelusuri aktor-aktor besar itu, sorotan publik justru terus diarahkan ke satu sosok yang paling mudah dijadikan headline: Seungri.
Sebagai member BIGBANG kala itu, ia adalah wajah yang dikenal semua orang, nama yang selalu laku dijadikan judul, dan figur yang fotonya bisa menghiasi halaman depan tanpa perlu dijelaskan panjang lebar. Media pun menemukan “narasi sempurna” yaitu: Burning Sun = Seungri = semua dosa ditumpuk di satu nama.

Refleksi Rumit Para VIP
Sejak Seungri, lalu T.O.P, resmi keluar dari grup, bagi VIP terasa berat untuk menyebut jumlah member BIGBANG yang kini jelas tinggal tiga. Netizen pun mengelompokkannya ke dalam sebutan OT3, OT4, atau OT5.
Di balik label itu, sebenarnya ada banyak kisah perasaan fans yang kompleks. Antara rasa setia pada formasi awal, rasa kehilangan pada member yang pergi, dan usaha berdamai dengan realita formasi terbaru.
Sebutan OT3, OT4, atau OT5 akhirnya bukan sekadar angka, tapi simbol cara masing-masing VIP memaknai sejarah dan masa depan BIGBANG.
Lagu comeback “Still Life” (2022) terasa seperti salam dari BIGBANG kepada masa lalu, dengan lirik yang jika dibaca dalam konteks VIP, terasa juga ditujukan pada Seungri. Bukan untuk membenarkan kesalahannya, tapi untuk mengakui bahwa sejarah mereka bersama itu nyata.
Terlepas dari semua kesalahan yang Seungri akui di persidangan, ada sisi kemanusiaan yang sering hilang di tengah keramaian komentar publik. Seungri, yang memulai kariernya di usia 15 tahun, hidup di dunia di mana kesalahan sekecil apapun bisa jadi berita nasional.
Dia membangun citra “confident maknae” selama bertahun-tahun, tapi di balik layar, tekanan bisnis, ekspektasi fans, framing media, dan dunia hiburan Korea yang brutal jelas menggerus semua pencapaiannya.
Ada VIP yang marah besar, ada yang kecewa tapi memilih diam, ada pula yang tetap menyimpan foto OT5 diam-diam atau pun blak-blakan masih memberikan dukungan. Semua reaksi itu valid, karena cinta fans memang sering bercampur antara rasa bangga dan rasa dikhianati.
Bagi VIP yang masih berharap BIGBANG itu kembali jadi lima, salahkah?
Gak salah juga, kok. Namanya hati kan gak bisa diatur, apalagi kalau dari awal kamu udah jatuh cinta sama BIGBANG sebagai lima orang yang saling melengkapi. Tapi izinkan aku bilang satu hal, cukup simpan harapan itu di dalam hati.
Sebaiknya jangan terlalu vulgar mengucapkannya di ruang publik, apalagi di depan VIP lain yang masih memegang luka lama. Karena setiap kali harapan itu diucapkan, selalu ada yang teringat kembali pada hari-hari penuh kabar buruk yang menimpa grup ini.
Kita gak bisa pura-pura menulis ulang sejarah BIGBANG 2006–2019 tanpa menyebut Seungri. Faktanya, kontribusinya nyata, dari lagu-lagu yang dia bantu garap, koreografi yang dia kreasikan, sampai momen-momen crowd control di konser yang bikin VIP tertawa sampai pipi pegal. Tapi di sisi lain, kita juga gak bisa menutup mata pada kesalahan hukum yang sudah divonis pengadilan untuknya.
Mungkin cara paling dewasa untuk mengingatnya adalah dengan jujur dalam hati. Seungri adalah bagian dari BIGBANG yang memberi banyak tawa, tapi juga membawa badai yang mengguncang rumah yang dia bantu bangun.
VIP seperti aku, dan mungkin kamu yang lagi baca ini, pasti paham bahwa mengakui dua sisi Seungri ini bukan berarti membenarkan kesalahannya, tapi juga gak serta-merta menghapus semua kebaikannya untuk BIGBANG. Kita cuma mau mengingat sejarah ini apa adanya, tanpa mitos yang berlebihan, tapi juga tanpa demonisasi yang membabi buta.
Buatku, BIGBANG itu seperti pohon besar yang mulai tumbuh sejak 2006. Seungri adalah satu dari lima cabang utama pohon itu. Cabang kelima ini pernah berbuah manis, buah yang kita semua pernah nikmati sebagai VIP atau pun VVIP. Cabang itu juga ikut memberi warna, memberi oksigen, dan menguatkan batang pohon utamanya.
Tapi seperti cabang pohon di dunia nyata, ia juga pernah terserang hama. Serangan itu membuat pohon utama ikut goyah, bahkan sempat sakit.
Sekarang, pohon itu masih berdiri meski bentuknya sudah berbeda. Hanya tersisa tiga cabang kokoh (GD, Taeyang, Daesung), sementara dua cabang lainnya sudah patah (Seungri dan T.O.P). Tapi sebagai VIP, kita punya pilihan, mau merawat pohon itu dengan segala yang tersisa, atau menatap lama-lama cabang yang sudah jatuh sampai kita lupa bahwa batang utamanya masih hidup?
Sejarah BIGBANG di hati kita seharusnya gak cuma dibagi jadi “masa kejayaan” dan “masa skandal.” Lebih adil kalau kita melihatnya sebagai perjalanan panjang yang manusiawi, dengan cahaya putihnya yang menyilaukan dan bayangan hitamnya yang menyesakkan.
Karena kalau kita hanya mau mengingat yang indah atau yang buruk saja, kita sama saja memotong setengah cerita yang membentuk siapa BIGBANG hari ini. Dan jujur, buat aku, mencintai BIGBANG artinya mencintai kisah lengkapnya, bahkan bagian yang bikin kita ingin menutup mata.
Karena pohon ini, dengan segala cabang yang masih berdiri atau sudah patah, tetaplah pohon yang dulu pertama kali membuat kita jatuh cinta padanya. Terima kasih sudah membaca sampai habis, my fellow VIPs.
DISCLAIMER:
Tulisan ini adalah catatan pribadi yang lahir dari perspektif, riset, dan ingatan penulis. Segala isi di dalamnya tidak diizinkan untuk dijadikan rujukan atau bahan baku artikel baru di platform manapun. Jika di kemudian hari coretan ini memancing perdebatan atau pembahasan baru, penulis tidak bertanggung jawab atas interpretasi, kutipan, atau pemelintiran yang dilakukan pihak lain.
Leave a Comment