Sebagian orang mungkin mencibir, buat apa sih ngerayain tahun baru? Itu kan bukan budaya kita (Muslim), terlalu ramai, terlalu mahal, paling cuma buat ikut-ikutan eksis, biar bisa nulis status di Facebook, update foto or video di Instagram.
Enakan di rumah, bisa tafakur, tahajud, meditasi, ngumpul bareng keluarga. Eh, asik juga ya kalo pesta barbekyu bareng teman di taman belakang atau pesan makanan enak delivery order. Bisa lihat kembang api juga dari balkon rumah kan? Yeee, sama aja kaliii. Itu namanya tetap ngerayain. Hihihi.
Well, well, well, apapun pendapat orang lain, gak salah sih. Tapi plisss, kalo udah dikaitkan ke agama, saya angkat tangan dan tak ingin berdebat. Buat saya, ibadah saya biar saya dan Allah SWT saja yang tahu. Tak perlu saya umbar jungkir balik shalat, doa, puasa, sedekah saya pada jamaah netizen sekalian.
Ngomong-ngomong soal agenda tahun baru, saya pernah menjalani semuanya, mulai dari merenung dan introspeksi diri (rutin nih pas masih jomblo dulu). Pernah juga malam tahun baru nemenin suami stand by piket buat mastiin sinyal Telkomsel lancar jaya di seluruh Bali. Orang-orang pada cuti tahun baru, suami malah gak bisa cuti.
Malam tahun baru bareng keluarga juga pernah. Mama papa datang ke Bali dan kita tahun baruan di rumah, bikin sate, makan martabak, minum fanta, main kembang api di balkon, yaaa gak kalah serunya.
Kebetulan aja tahun ini kami tertarik untuk staycation karena ada pesta kembang api terbesar di Bali yang diadakan di Kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK), Ungasan. Iklannya spektakuler, 20 ribu tembakan kembang api. Gilakkkkkk. Buat saya sih memorable banget dan layak untuk disaksikan.
Baca Juga: Enjoy Bali dalam Satu Keranjang
Singkat cerita, sebulan sebelumnya suami sudah pesan penginapan di hotel terdekat (deket bangettttt) dari GWK, yaitu Four Points by Sheraton Bali, Ungasan. Kami awalnya ingin bergabung dengan ratusan wisatawan lainnya, namun urung karena lebih memprioritaskan keamanan anak-anak. Inilah yang membuat kami memilih penginapan persis di sebelah GWK.
FOUR POINTS BY SHERATON BALI UNGASAN
Ini adalah hotel Four Points ketiga yang dibuka Marriott International di Bali. Dulunya hotel ini bernama Ungasan Bay, kemudian direnovasi total hingga seindah sekarang.
Apa sih istimewanya hotel ini yang membuat traveler layak menginap?
1. Lokasinya dekat bandara dan destinasi wisata populer
Jarak Four Points Ungasan dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai hanya 25-30 menit perjalanan. Jika ke Bali, traveler umumnya menginap di Kuta, Denpasar, atau Jimbaran dan sekitarnya.
Nah, Ungasan masuk ke dalam kategori Jimbaran dan sekitarnya. Four Points Ungasan ini dekat banget dengan GWK, bahkan bisa jalan kaki loooh.
Obyek wisata terdekat selain GWK adalah Pantai Uluwatu, Pantai Dreamland, Pantai Pandawa, Omnia Dayclub, dan Malini Agropark. Banyak lagi pantai-pantai tersembunyi yang bisa diakses dari hotel ini.
2. Desainnya milenial dan berkelas
Four Points Ungasan memiliki 270 kamar dan suite kontemporer berdesain modern. Pokoknya tampilannya milenial banget lah.
Kamar kami misalnya, didesain dengan apik. Furniturnya kekinian banget dengan warna serba cokelat. Lampu tidurnya model gantung, sangat stylish dan glamor, tidak seperti lampu tidur model topi pada umumnya. Kamar tidur kami pun terlihat sangat elegan.
Ada TV 49 inchi dan jaringan Wi-Fi kencang. Fasilitas dasar hotel ini super lengkap, bahkan ada setrika uapnya. Kamar kami ada di lantai lima dengan balkon pribadi, langsung menuju kolam renang infinity yang luas dan panjang.
3. Restorannya indoor dan outdoor
Namanya Restoran Evolution. Konsepnya indoor dan outdoor. Hidangannya lengkap, mulai dari makanan Indonesia hingga menu-menu internasional. Ada juga menu ala carte yang bisa dipilih sepanjang hari, gak cuma pas sarapan atau dinner doang.
4. Mendukung wisata MICE
Hotel-hotel berbintang di Bali sudah menyeriusi potensi wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Ini mengingat Bali semakin sering dijadikan lokasi pertemuan skala nasional dan dunia.
Four Points Ungasan memfasilitasi ruang meeting seluas 1.694 meter. Ballroomnya bisa mengakomodasi hingga 1.200 tamu undangan.
Mau nikah di Bali? Tenang, ada Rama Shinta Wedding Chapel siap menjadi venue paling mengesankan di hotel ini.
KIDDOS TIME
Traveling bersama satu batita dan dua anak kembar itu susah-susah gampang. Ada yang bilang, staycation bareng anak itu tak ubahnya mindahin isi rumah ke hotel. Hahaha. Tapi tidak bagi saya. Saya dan suami berusaha membawa barang bawaan seminim mungkin dan seringkes mungkin.
Hari itu saya hanya membawa satu kresek camilan, satu tas ransel, dan satu tas jinjing mini untuk keperluan saya, suami, dan tiga anak selama dua hari.
Jangan tanya tekniknya bagaimana ya. Next time saya bakal kasih tips ala Emak Aga alias Emak Anak Tiga yang sudah terbiasa packing buat naik gunung dan traveling singkat.
Berenang tentu saja masuk dalam list kiddos time kami di mana pun berada. Kakak Mae sedang asik-asiknya belajar berenang sama papanya. Pokoknya anak emak semua kudu bisa berenang. Jangan kayak emaknya yang cuma bisa gaya bye bye alias dadah dadah minta tolong karena pasti tenggelam. Hihihi.
Staycation di hotel bareng anak asiknya ngapain aja ya? Selain berenang, manfaatkan waktu singkat untuk quality time bersama keluarga.
Kalo di rumah mungkin pergerakan kita lebih luas dan tak jarang sibuk masing-masing. Bapak sibuk kerjaan, ibu sibuk ngurus anak sambil nyuri waktu ngintipin HP, anak yang satu sibuk menulis dan menggambar, yang dua sibuk nonton TV. Nah loh, kalo di hotel, ruangannya lebih sempit, sehingga frekuensi tatap muka anggota keluarga lebih sering, juga lebih dekat.
Sehari itu kami juga menstimulasi Adek Rangin (11 bulan) supaya bisa berjalan, menyusul Abang Rashif yang sudah pro banget. Gelendotan berlima dalam selimut di atas kasur. Biarin sempit, justru itu seninya, justru itu kenangan manisnya.
Nonton TV bareng sambil ngemil. Papa kadang menyelingi family time dengan kerjaannya. Yups, begini lah kalo punya suami engineer yang gak bisa pisah sama laptop dan hpnya. Harus siap ditelepon kapan saja.
PESTA KEMBANG API DIMULAI
Kawasan GWK sudah dipadati pengunjung sejak sore hari. Mereka yang mau menyaksikan pesta kembang api terbesar ini membayar tiket masuk 100k per orang.
Traveling ke Bali pas Desember itu sesungguhnya penuh risiko karena Pulau Dewata sudah musim penghujan. Nah, biar aman dan tetap enjoy Bali, bisa ikutin tipsnya nih, kebetulan emak pernah ikutan lomba bikin itinerary di Bali dan alhamdulillah jadi pemenang mingguan. Ada tipsnya di bagian bawah ya, cekidot!
Baca Juga: Tahun Baru Seru di Bali Bersama BookingLokal
Singkat cerita, Kawasan GWK sudah dipenuhi wisatawan sejak sore hari, Selasa, 31 Desember 2019. Kalo baca beberapa berita online, nyaris gak ada lagi ruang kosong di taman budaya terbesar di Bali itu.
Pesta kembang api untuk perayaan malam pergantian tahun di Bali selama ini acap kali digelar di Kuta. Nah, menyambut 2020, pusatnya dipindahkan ke GWK.
Mungkin salah satu tujuannya untuk mengalihkan massa juga yaaa. Secara, Kuta setiap tahunnya padatttttt udah kayak Padang Mahsyar kali ah, sampai-sampai akses ke area ini ditutup penuh untuk kendaraan mulai pukul 3 sore.
Ungasan itu bisa disebut titik tertinggi di Bali Selatan. Jadi, kalo kita menginap di Ungasan, malam harinya kita bisa menyaksikan pemandangan kembang api di wilayah Denpasar dan Kuta. Indaaaaaaaaaah banget.
Total kembang api yang memerihkan pesta di GWK ini mencapai 20 ribu tembakan. Gilaaaaaaak, awalnya kita gak kebayang itu ribut dan ramainya kayak gimana.
Beruntung si kembar sudah dibekali earplug, supaya pendengaran mereka tak terganggu. Tepat 10 menit menjelang pergantian tahun, pesta kembang api dimulai.
Masya Allah, duduk di balkon berdua sama mas. Sender-senderan di bahunya. Pelukan. Duuuh, jadi malu kan emak. Walau kemesraan sederhana seperti itu hanya berlangsung beberapa menit saja karena si kembar dan si kakak kebangun, tapi sungguh berkesan.
Rashif dan Rangin tak kalah antusias menyaksikan pancaran kembang api warna-warni menghiasi langit Bali.
Kembang api terus bermunculan di langit malam hingga pukul 01.00 WITA. Dari kejauhan kami juga menyaksikan kemeriahan yang sama di Pantai Kuta. Benar-benar spektakuler abis! Kemeriahannya juga bisa dilihat di InstaStory @gwkbali.
RESOLUSI 2020
Tahun ini saya tak terlalu ambisius menyusun resolusi karena sesungguhnya resolusi saya punya tiga momongan sebelum 35 tahun alhamdulillah sudah tercapai saat saya masih 32 tahun. Mihihi.
Resolusi utama saya tahun ini tetap bertemakan anak, yaitu membesarkan Kakak Mae dan si kembar dengan sebaik-baiknya.
Lebih teknisnya adalah Kakak Mae tahun ini harus mulai lagi belajar mengaji ke masjid, bisa tamat Iqra jilid satu, hapal doa sehari-hari, dan kemampuan menulis, mengenal, dan menghapal alfabetnya lebih bagus.
Kakak Mae Juni 2020 bakal berusia 4 tahun. Bisa dibilang fokus utama saya adalah ke dia.
Tahun ini saya berdamai dengan diri dan mengikuti saran suami untuk mempekerjakan lagi seorang asisten rumah tangga (ART). Tujuannya ya tadi, supaya saya benar-benar bisa fokus untuk si kakak, sembari membesarkan kembar tentunya.
Pekerjaan rumah tangga, diselingi mengasuh dua bayi mungil jika kebetulan saya terlampau sibuk bisa didelegasikan ke ART.
Namun, sampai saat ini saya belum nemu yang pas dan bikin saya nyaman. Pernah saya minta tolong lagi ke eks-ART saya (mbak-nya Mae yang bantu saya ngurus Mae sejak umur 7 bulan sampai 3 tahun), tapi sayang si mbak cuma bisa bantu tiga hari saja di rumah lantaran harus ikut suami bolak-balik Jember-Bali. Heuheuheu.
Saya ini kalo urusan anak agak bawel dan sering insecure. Jadi, harus nemu yang klik di hati.
Resolusi buat diri sendiri kalo urusan doa semoga sehat, murah rezeki, dan tetap bahagia mah gak usah ditanya yaaa. Itu mah doa sehari-hari. Tahun ini saya menargetkan minimal update postingan blog tiga kali seminggu.
Ini mulai saya terapkan dengan disiplin tinggi. Pengen sih resolusinya bisa posting tulisan one day one post, tapi kayaknya belum bisa deh karena gimana pun prioritas pertama masih ngurusin si kembar. Yang namanya resolusi harus terukur kaaaan?
Saya berterima kasih kepada Mas Seno (founder Blogerclass) yang dengan sabar menjadi dokter blog saya, dan dengan senang hati mendandani muthebogara.blog, sehingga bisa tampil sekece sekarang. Hahaha. Semoga ini jadi penyemangat saya ke depan.
Resolusi bersama suami? Insya Allah jika benar kabar burung itu bahwa suami akan dirotasi kerja ke Surabaya, tentu kami harus siap hijrah dan beradaptasi dengan lingkungan baru.
Surabaya adalah kota ketiga yang kami jejaki selama berstatus suami istri, setelah Kupang dan Denpasar. Semoga rumah kami di Bali bisa laku dijual dan berjodoh dengan pemiliknya yang baru. Amiiin.
Sebaik-baiknya resolusi adalah resolusi yang dieksekusi. Gak perlu nunggu tahun baru juga sih buat melakukan yang terbaik untuk diri sendiri.
Saya tertarik dengan tulisan seorang blogger luar, Dean Bokhari,
“Action leads to motivation, and not the other way around. Any action is better than no action at all. Stop waiting for motivation, and start motivating yourself.”
Terima kasih sudah berkenan membaca coretan saya yang mungkin receh ini. Hehehe. Semoga sedikit banyaknya bisa sama-sama membangkitkan semangat kita untuk mendahulukan aksi, ketimbang menunggu motivasi. Salam asik!
Leave a Comment