Ada momen dalam hidup kita sebagai penggemar musik yang rasanya susah banget dijelasin pakai kata-kata. Buat VIP, salah satunya ya pas April 2022, waktu BIGBANG akhirnya comeback lagi dengan lagu “Still Life” setelah empat tahun lebih gak ada aktivitas grup.
Kebayang gak? Grup yang jadi alasan kita jatuh cinta sama K-pop, yang dulu bikin kita teriak-teriak pas dengar “BANG BANG BANG” atau nangis berderai gara-gara “Last Dance,” tiba-tiba comeback. Tapi, bukan dengan lagu jedag-jedug seperti sebelumnya, mereka balik dengan sesuatu yang justru… pelan, lembut, kontemplatif.
Lagu yang kayak ngajak kita duduk sebentar, tarik napas, terus mikirin hidup bareng-bareng. Lagu tentang musim, tentang waktu yang gak akan pernah bisa diputar balik, tentang luka, dan juga tentang bagaimana manusia bertumbuh jadi versi dewasa dari dirinya.
Banyak orang suka bilang kata “legend” itu kebanyakan dipakai sembarangan. Tapi jujur aja, kalau ngomongin BIGBANG, kata itu kayaknya memang lahir buat mereka.
Mereka bukan sekadar boygroup yang debut di era pertengahan 2000-an. Mereka bukan cuma grup K-pop yang berhasil survive lebih dari satu dekade (dan sekarang malah nyaris dua dekade!)
Mereka itu pionir. Grup yang bikin wajah K-pop berubah, yang bikin standar baru, yang jadi pintu pertama banyak orang di seluruh dunia untuk kenal sama musik Korea.
“Still Life” adalah lagu BIGBANG paling menyentuh yang memang tidak dibuat untuk pasar, tapi mereka tulis dari hati, untuk diri mereka sendiri dan untuk VIP.
Penantian Panjang Setelah “Flower Road”
Kalau kita tarik ingatan ke 2018, BIGBANG merilis “Flower Road” sebagai lagu perpisahan sebelum masing-masing member masuk wajib militer. Rasanya dulu aku mendengar lagu itu seperti surat cinta terakhir yang indah sekaligus bikin dada sesak.
Di sana, mereka menyanyikan tentang bunga-bunga yang akan tetap mekar meski mereka pergi. Dan benar saja, setelah itu, jalan yang ditempuh grup ini tidak mulus.
Empat tahun lebih tanpa aktivitas grup adalah waktu yang panjang, terutama di industri K-pop yang bergerak cepat. Satu tahun saja tanpa comeback bisa bikin fans merasa khawatir, apalagi empat tahun? Kalau kita bawakan ke tipikal K-popers zaman sekarang, sudahlah pasti mereka berpindah fandom atau mencari idol group lain yang lebih bisa hadir buat mereka.
Selama masa itu, berbagai hal terjadi. Ada skandal yang mengguncang, ada masa-masa sulit yang bikin publik meragukan masa depan BIGBANG, ada isu bubar, bahkan ada gosip bahwa “Flower Road” benar-benar lagu terakhir mereka.
Buat banyak VIP, ini masa penuh ketidakpastian. Ada yang mencoba bertahan dengan harapan, ada juga yang memilih menjaga jarak karena takut kecewa. Tapi jauh di dalam hati, hampir semua dari kita masih menyimpan doa kecil, semoga suatu hari mereka kembali.
That’s why ketika “Still Life” akhirnya dirilis, lagu itu rasanya seperti pelukan setelah sekian lama terpisah. BIGBANG tidak datang dengan ambisi untuk mengalahkan chart atau menciptakan tren baru. Mereka hadir dengan kejujuran diri sembari mengirim pesan sederhana bahwa mereka masih hidup dan masih bernyanyi.
Tentu saja, mereka juga mengakui bahwa mereka sudah berubah. Mereka bukan lagi anak muda yang membawakan “Haru Haru” atau mengguncang dunia lewat “Fantastic Baby.” Mereka sekarang pria dewasa dengan luka, pengalaman, dan refleksi masing-masing.
Musim sebagai Metafora Waktu “Still Life”
Dalam lagu “Still Life,” BIGBANG menggunakan musim sebagai kiasan. Empat musim, mulai dari musim semi, panas, gugur, dan dingin adalah cerminan perjalanan manusia.
Kita semua pernah berada di musim semi saat penuh semangat, lalu ke musim panas ketika segalanya terasa membara, lalu tiba di musim gugur ketika kita mulai melepaskan, dan akhirnya musim dingin, waktu yang sepi, dingin, dan untuk refleksi.
Di tangan BIGBANG, siklus ini menjadi perjalanan mereka sebagai grup, sekaligus perjalanan pribadi masing-masing member. Mereka bukan lagi anak muda yang jingkrak-jingkrak, lompat, berlari tanpa henti di panggung. Mereka sudah melewati badai, kehilangan, bahkan luka.
MV “Still Life” dibuka dengan Taeyang. Ia berdiri di atas sebuah kapal, mengarungi lautan luas, tapi di sekelilingnya justru bukan ombak, melainkan hamparan bunga kuning. Buat banyak VIP, bunga kuning ini jelas simbol dari light stick khas BIGBANG, crown stick berwarna kuning emas.
Visual kapal melambangkan perjalanan, bahwa Taeyang, dan BIGBANG, telah berlayar jauh, menghadapi badai, kadang sendirian di tengah laut. Tapi bunga-bunga itu mengingatkan bahwa meski jalannya panjang, mereka tetap dikelilingi cinta penggemar. Fans selalu ada, jadi penopang, jadi lautan bunga yang tak pernah hilang.
Suara Taeyang sendiri, sejak awal lagu, lembut dan konstan. Dari dulu, Taeyang memang punya warna vokal yang memberi rasa nyaman di telinga juga hati kita. Di “Last Dance,” dia juga yang jadi pintu masuk emosional lagu. Seolah setiap kali BIGBANG ingin membuka hati, Taeyanglah yang memulainya.

Bagian berikutnya, salah satu bait paling mengena di “Still Life,” dinyanyikan oleh Daesung:
“Goodbye now to my beloved young days, our beautiful spring, summer, autumn and winter.”
Daesung seolah mewakili seluruh member untuk bilang bahwa masa muda mereka sudah berlalu. Bukan berarti hilang, tapi fase mereka itu memang sudah selesai. BIGBANG pernah hidup di musim semi penuh bunga, debut dengan semangat membara.
Mereka pernah berada di musim panas, era “Fantastic Baby” dan “Bang Bang Bang,” ketika dunia terasa seperti milik mereka. Lalu datang musim gugur, ketika beberapa dari mereka harus melepas panggung, entah karena wajib militer atau karena skandal yang membuat publik meragukan mereka.
Dan akhirnya musim dingin, melambangkan masa sunyi, panjang, penuh pertanyaan, “Apakah BIGBANG masih akan kembali?”
Pesan penting MV “Still Life” adalah setiap musim akan datang kembali. Musim semi selalu kembali setelah musim dingin.
Jadi meski mereka bilang selamat tinggal pada masa muda di lagu “Still Life” ini, itu bukan akhir. Itu hanya transisi menuju fase lain dalam hidup mereka, yang mungkin lebih dewasa, lebih tenang, tapi tetap punya keindahan tersendiri.
Visual Daesung di MV “Still Life” mungkin yang paling sederhana. Ia berdiri di lorong panjang, kosong, sunyi. Lorong kosong ini bisa dimaknai sebagai ruang transisi, dari satu bab ke bab berikutnya.
Lorong itu bisa dilihat sebagai simbol bahwa ia berjalan sendirian, melangkah ke masa depan yang tak pasti, tapi dengan penerimaan atau self acceptance. Ada rasa syukur di wajah Daesung meski masa muda penuh sorak-sorai sudah lewat. Ia kini siap menyambut apa pun yang datang.

G-Dragon adalah otak kreatif BIGBANG, dan di “Still Life,” ia tampil di panggung kosong, dengan layar besar menayangkan fans mengangkat light stick kuning. GD seolah ingin bilang setelah semua yang ia lalui, mulai dari popularitas di usia muda, kritik, luka pribadi, yang tersisa dan paling berarti adalah hubungannya dengan VIP.
Liriknya sangat introspektif:
“A seven-coloured rainbow slanted like a sneer / Passed the seasons without maturing / I can’t mature (Still).”
Ada kejujuran pahit di sana. GD mengaku bahwa meski waktu berjalan, ia merasa dirinya tidak selalu “dewasa.” Ia masih membawa luka, masih ada keresahan, masih ada bagian dari dirinya yang stagnan. Dan ini terasa sangat manusiawi bagi kita juga.
Kita sering berpikir bahwa seiring usia, kita otomatis dewasa. Tapi kenyataannya, ada hal-hal yang tak pernah benar-benar selesai.
Bagi VIP, kita tahu GD selalu terbuka tentang dirinya. Dari “Crooked” hingga “Last Dance” dan sekarang “Still Life,” dia sering menulis tentang rasa kesepian dan keresahan. Di sini, ia kembali jujur, bahwa menjadi legenda tidak membuatnya kebal dari rasa takut dan gagal.
Visual panggung selanjutnya kosong. GD masih berdiri, tapi kini tanpa keramaian konser. Namun, ada fans yang tetap hadir. Itu bukti, meski dunia di panggung berubah, hubungannya dengan VIP tidak pernah hilang.

Lalu ada T.O.P, yang mungkin paling bikin banyak VIP terdiam. Ia muncul sendirian di bulan, melihat bumi dari kejauhan. Visual ini jelas simbol isolasi, keterasingan, dan jarak.
Selama beberapa tahun terakhir, T.O.P memang melalui masa paling berat dibanding tiga member lainnya. Dari kasus pribadi, kecaman publik, hingga pertanyaan apakah ia masih ingin jadi bagian BIGBANG.
Tapi liriknya jadi titik balik yang kaya harapan:
“I’m leaving inspiration’s Amazon / Burying all the trauma from past nights / I’m going to change more than before.”

T.O.P tidak menutupi bahwa ia ada trauma. Ia mengakui bahwa ada luka. Tapi di saat yang sama, ia juga menyatakan tekad untuk berubah, untuk meninggalkan masa lalu, untuk memulai ulang hidupnya menjadi pribadi lebih baik lagi.
Visual bulan di MV “Still Life” bisa dimaknai ganda. Pertama, isolasi. T.O.P pernah merasa jauh dari semua orang, termasuk para member.
Kedua, bulan juga simbol ketenangan dan awal baru. T.O.P seperti ingin bilang bahwa meski ia pernah jauh, kini ia ingin kembali dengan versi yang lebih baik.
Bagi banyak VIP, bagian ini sangat emosional. Karena kita tahu T.O.P pernah hampir menyerah. Melihat dia berdiri lagi, menyanyi lagi, itu seperti hadiah besar untuk kita.
Dan ternyata, waktu menunjukkan bahwa “Still Life” memang jadi penampilan terakhir T.O.P bersama BIGBANG. Tidak lama setelah perilisan lagu itu, ia resmi menyatakan bahwa dirinya keluar dari grup.
Saat kabar itu datang, VIP di seluruh dunia benar-benar patah hati. Rasanya masih terlalu berat untuk menerima kenyataan bahwa sang rapper kesayangan, si big hyung yang selalu jadi figur karismatik sekaligus penuh kehangatan ini, memilih jalan berbeda.

Meski begitu, pada akhirnya, kita belajar. Seperti lirik yang ia nyanyikan sendiri, T.O.P memang butuh menutup lembaran lama dan mencari kebahagiaan baru. VIP, meski dengan air mata, mulai belajar untuk melepas.
Tidak ada yang mudah dari perpisahan ini, tapi cinta yang kita miliki untuknya tidak akan pernah hilang.
“Still Life” menjadi semacam hadiah terakhir dari T.O.P untuk VIP sebagai bagian dari BIGBANG. Dan meski ia kini berjalan di jalannya sendiri, bagi kita, T.O.P akan selalu menjadi bagian penting dari musim-musim indah yang pernah kita lalui bersama BIGBANG.
BIGBANG telah memberi kita begitu banyak kenangan. Dan dengan “Still Life,” mereka memberi kita satu lagi kenangan tentang bagaimana rasanya menunggu, kehilangan, lalu bertemu kembali. Entah ini bab terakhir atau bukan, dalam hati VIP, BIGBANG akan selalu hidup selamanya.
Leave a Comment