Ulasan MV Doom Dada T.O.P
Ulasan MV Doom Dada T.O.P

Sebelum aku mengulas lengkap “Doom Dada” T.O.P seperti judul di atas, aku mau disclaimer dulu kalau ini semua dari sudut pandang aku ya. Sejauh aku nikmati musik Korea sejak awal 2000-an, kalau kita tarik garis panjang perkembangan solo hip-hop Korea, ada sejumlah nama yang membuatnya populer. Ini karakter solo ya, bukan group, meski mayoritas nama-nama berikut ini juga menjadi anggota dari sebuah grup musik.

Pertama, Tiger JK, salah satu bapak hip-hop Korea yang membuka jalan genre ini populer di generasinya, masih raw dan autentik. Liriknya lugas, mostly mengangkat kisah hidup, perlawanan, dan refleksi yang bikin vibe rap-nya terasa long lasting. Kayak Iwa-K-nya Indonesia lah ya.

Tiger JK, hip-hop rapper Korea
Tiger JK, hip-hop rapper Korea

Kedua, Tablo Epik High, rapper yang mengubah hip-hop Korea menjadi lebih puitis. Tablo nulis lagunya gak sekadar flow, tapi dengan kualitas lirik ala sastrawan.

Dia nih yang bikin makin banyak orang cinta sama hip-hop di Korea, bahkan di Asia, terutama Asia Timur dan Asia Tenggara. Aku sendiri jauh lebih dulu kenal Epik High ketimbang BIGBANG. Wkwkwk.

Baris-baris katanya Tablo tuh, ya ampun, as simple as that, tapi permainan metaforanya bikin kita yang dengerin merasa ditampar oleh realitas sekaligus.

Tablo, hip-hop rapper Korea
Tablo, hip-hop rapper Korea

Ketiga, aku pilih Verbal Jint. Dia salah satu yang menancapkan standar teknis hip-hop Korea yang kita kenal sekarang lewat rima lirik super rapi, hingga semua rapper Korea generasi berikutnya merasa kayak punya “aturan main” baru. 

Verbal Jint tuh, kalau kamu baca lirik-lirik rap-nya di roman Korea, rimanya rapi banget. Dia jago teknik, jago mengolah bahasa udah kayak matematikawan-nya K-hip-hop. 

Kata-katanya terstruktur, tapi kaya lapisan makna, kadang ironis, kadang getir, pembaca kayak baca puisi yang disusun pakai rumus. Kalau dengar dia nge-rap, kayak kereta Whoosh, cepat tapi artikulasinya jelas banget. Dengerin aja part dia di “Born Haters.”

Verbal Jint, hip-hop rapper Korea
Verbal Jint, hip-hop rapper Korea

Keempat, T.O.P, rapper idol dari dunia hip-hop underground yang keberadaannya sampai sekarang pun sebenarnya masih sering bikin debat panjang apakah dia lebih cocok disebut idol rapper atau rapper hip-hop sejati?

Nyatanya, di mata aku, T.O.P berdiri di garis yang berbeda. Ia bukan hanya seorang rapper dari grup terbesar di generasinya, BIGBANG, melainkan sosok yang menempatkan rap, musik, dan bahkan citra dirinya ke dalam sebuah kanvas seni. Ketika dalam grup, dia adalah idol, tapi ketika solo, dia seperti kembali ke jati diri aslinya di dunia hip-hop.

T.O.P, rapper underground pertama yang menjadi idol K-pop
T.O.P, rapper underground pertama yang menjadi idol K-pop

Sama seperti Tiger JK yang lugas, Epik High yang puitis, dan Verbal Jint yang matematis, T.O.P juga punya jalannya sendiri dalam meramu rap. Dia gak memilih jalur aman, gak suka yang populer. Karakternya surealis, misterius, penuh simbol, seolah ingin bilang ke pendengarnya bahwa musik hip-hop atau rap track itu bukan cuma soal telinga, tapi juga soal imajinasi.

Bait-bait lirik yang ditulis T.O.P seperti mengajak kita masuk ke dunia yang gak bisa ditelan mentah-mentah, tapi harus ditembus lapisan demi lapisan metafora. Wajar kalau lagu macam “Doom Dada” atau “Turn It Up” bikin banyak orang bingung saat pertama dengar. 

Ada yang bilang agak aneh, asing, bahkan sulit dicerna. Tapi kasih deh waktu. Dengarkan dua kali, tiga kali, empat kali. Lama-lama hook-nya nyangkut, nadanya merasuk, dan tanpa sadar kamu akhirnya latah ikut nyanyi.

Inilah persamaan besar antara Tiger JK, Tablo Epik High, Verbal Jint, dan T.O.P. Mereka menganggap kata-kata adalah kuas, beat adalah kanvas, dan setiap barisan lirik adalah guratan yang membentuk gambaran besar tentang kehidupan, kritik sosial, eksistensi, dan perjalanan batin manusia. T.O.P mengambil banyak referensi, mulai dari sejarah, seni rupa, sastra, sampai simbolisme modern.

Ulasan Lagu dan MV “Doom Dada”

Serius deh, MV K-pop belakangan ini kadang terasa kayak mesin fotokopi. Polanya gitu-gitu aja. Warna ngejreng, koreografi rapih, kamera muter-muter, terus fade out. Gak heran, aku sering lihat dua fandom ribut cuma gara-gara MV grup A dibilang mirip sama grup B. Padahal ya… gimana gak mirip, kalau emang template-nya sama?

Nah, kalau kamu pikir semua MV K-pop sama polanya, coba tonton MV “Doom Dada” dari T.O.P BIGBANG. Konsepnya agak dark, tapi punya sisi jokes, banyak simbolisme dan makna tersembunyi yang penasaran. 

1. Kemunculan GoriTOP

MV dibuka dengan T.O.P berdiri membelakangi kamera. Mukanya nggak kelihatan sama sekali. Khas banget, kan? Misterius itu udah jadi brand dirinya. 

Sekilas mirip sama opening MV “Turn It Up” yang juga hitam putih dan dia ngadep belakang. Eh, pas kamera siap-siap nangkep wajahnya, tiba-tiba dia malah berubah jadi… gorila. Mari kita sebut aja: GoriTOP.

Opening "Doom Dada" (atas) dan "Turn It Up" (bawah)
Opening “Doom Dada” (atas) dan “Turn It Up” (bawah)

Kalau kamu perhatiin, adegan ini kayak simbol evolusi. Dari kera ke manusia, artinya dari T.O.P lama ke T.O.P baru. Gorila itu kuat tapi punya sisi lembut. Pas banget buat T.O.P yang di satu sisi badass, di sisi lain sensitif dan puitis. 

Jadi, MV “Doom Dada” itu gak cuma T.O.P random cosplay jadi kera, tapi emang  ini tuh metafora perjalanan hidupnya. Dari liar ke matang. Dari primal ke sophisticated. Dari trainee YG ke ikon surealis.

GoriTOP di MV Doom Dada
GoriTOP di MV Doom Dada

2. Mikrofon di pasir

Next scene, GoriTOP dan geng keranya gali pasir dan nemuin mikrofon raksasa. Buat yang doyan film, ini jelas referensi ke film “A Space Odyssey” karya Kubrick yang dirilis 2001. Di film itu, kera nemuin tulang, lalu eksperimen, tanda awal evolusi manusia. Nah, di sini, mikrofon itu sama kayak tulangnya T.O.P. Itu benda sakral yang bikin dia “berevolusi” jadi rapper.

Ada juga efek zoetrope, kayak gerakan kerangka. Simbol bahwa rap dan musik udah jadi bagian rantai evolusi manusia versi T.O.P. Mikrofon itu tak ubahnya seperti api yang mengubah hidupnya. Bagi T.O.P, rap sama dengan oksigen. Tanpa rap, dia bukan T.O.P.

Evolusi T.O.P di MV Doom Dada
Evolusi T.O.P di MV Doom Dada

3. Kalau gak aneh, bukan T.O.P.

Masuk ke detail unik lain, yaitu T.O.P pakai penutup mata. Awalnya kelihatan kayak gaya-gayaan, tapi ternyata ini referensi ke James Joyce, penulis eksperimen yang karya-karyanya penuh teka-teki. 

Kita tahu T.O.P cucu dari penulis legendaris Korea, jadi literatur emang udah jadi bagian hidupnya. Penutup mata itu adalah simbol pencarian diri. Ibaratnya, si T.O.P ini lagi “blindfolded journey” buat nemuin siapa dirinya di luar panggung. 

Lalu muncul adegan dia duduk dekat rusa. Rusa adalah lambang kelembutan dan kedamaian. Tapi, T.O.P bikin MV ini agak beda dengan menempatkan bayangan rusa jantan dengan tanduk melingkar, di mana lingkaran ini adalah simbol siklus hidup. 

T.O.P kirim pesan bahwa hidupnya tuh gak statis. Dia terus berevolusi, tumbuh, lahir kembali lewat musik.

T.O.P mata satu di MV Doom Dada
T.O.P mata satu di MV Doom Dada

4. Baby T.O.P

Salah satu scene paling nyeleneh nih, T.O.P naik bentor bareng bayi. Ada dua makna. Pertama, bayi itu simbol sisi polos T.O.P sebelum dunia hiburan bikin dia “dewasa karena terpaksa.” Dia bergantian sama bayi itu bawa bentor, melambangkan bahwa perjalanan menuju kedewasaan selalu tarik ulur antara sisi anak dan sisi dewasa dalam diri kita.

Kedua, bayi ini referensi ke karya Salvador Dali “Baby Map of the World.” Kepala bayi raksasa dengan peta dunia di dalamnya. Maknanya? Anak-anak adalah masa depan dunia. Sama kayak T.O.P yang percaya generasi muda adalah masa depan rap. Gak heran dia pakai kumis ala Dali di MV ini, kayak bentuk penghormatan visual.

Baby T.O.P di MV Doom Dada terinspirasi dari “Baby Map of the World"
Baby T.O.P di MV Doom Dada terinspirasi dari “Baby Map of the World”

5. Pesan Dali tentang narkoba

Lalu ada lirik “Doom Dada” yang jelas banget terinspirasi dari Dali, yaitu bagian kalimat “Don’t do drugs, I am drugs.” MV-nya penuh efek halusinasi, kayak cewek dengan pupil melebar. Seolah kita masuk ke dunia aneh, surealis, dan agak trippy. 

Ironisnya, tiga tahun setelah rilis MV ini, T.O.P terjerat kasus mariyuana. Hiks. Simbolisme yang awalnya filosofis malah jadi tamparan realita.

6. Ledakan bom atom

Salah satu scene paling nyantol di MV Doom Dada adalah ledakan bom atom. Buat yang ngeh, ini ngingetin banget sama karya Salvador Dali “The Three Sphinxes of Bikini,” lukisan yang terinspirasi dari uji coba bom atom di Kepulauan Bikini pasca-Perang Dunia II. 

Salvador Dali "The Three Sphinxes of Bikini" (kiri)
Salvador Dali “The Three Sphinxes of Bikini” (kiri)

Dali berkali-kali mengungkapkan ketakutannya soal bom atom, dan vibe itu kerasa banget di Doom Dada. Bedanya, T.O.P menaruh konsep ledakan ini justru pas bagian rap “Mass Media.” 

Kenapa mass media? Karena di titik itu, BIGBANG udah kayak “bom” buat media Korea. Selalu meledak jadi bahan berita, baik yang positif maupun negatif. Bertahun-tahun, BIGBANG dan para member sering dipakai jadi headline pengalihan isu. Ada gosip politik panas? Eh, tiba-tiba yang rame malah berita mereka.

Dan jujur aja, kita semua tahu, media sering banget kejam sama BIGBANG. T.O.P sendiri beberapa kali jadi sasaran tembak, dari prestasi gede sampai hal-hal pribadi yang terlalu sering digoreng. Pernah juga dia ditekan sedemikian rupa sama media, antis, dan opini publik sampai di titik mentalnya jatuh parah. 

Buat VIPs, kita tahu banget, drama BIGBANG di media itu sering lebih kayak “tameng isu” ketimbang sekadar gosip seleb. Jadi bukan lebay kalau aku bilang, BIGBANG tuh bukan cuma grup musik, tapi juga jadi bagian dari agenda media Korea yang lebih gede.

7. Desain furnitur sebagai simbol gaya hidup T.O.P

Selain penuh simbolisme seni, MV “Doom Dada” ini juga sneak peek ke sisi personal T.O.P yang classy banget. Di beberapa frame, ada furnitur modern dari brand Italia Cappellini. 

Buat yang ngikutin T.O.P, kita tahu dia emang kolektor furnitur dan benda seni. Ini properti sekaligus representasi dirinya yang sophisticated, mahal, elegan, dan… unik. 

T.O.P bukan cuma rapper, tapi juga kurator seni yang serius ngulik detail gaya hidup. Jadi pas furnitur high-end nongol di MV, itu semacam easter egg bahwa inilah dunia T.O.P yang gak semua orang bisa masuki.

Capellini di MV Doom Dada
Capellini di MV Doom Dada

8. Mikrofon jatuh dan kembali ke T.O.P

Scene penutupnya epik banget. T.O.P melempar mikrofon tinggi-tinggi, seolah-olah pengen ngelepasin beban musik dari dirinya. Tapi apa yang terjadi? Mikrofon itu balik lagi ke dia. 

Sekeras apa pun T.O.P coba menjauh dari panggung, musik bakal selalu jadi bagian dirinya. Mikrofon itu tak ubahnya seperti takdir. T.O.P dan musik udah kayak satu paket all-in, gak bisa dipisahin.

Dan jujur, itu juga relate banget sama perjalanan hidupnya. Ada masa dia pengen ninggalin spotlight karena terlalu berat, tapi akhirnya balik lagi, karena musik udah mendarah daging di dirinya. “Doom Dada” nunjukin itu dengan cara yang surealis, absurd, tapi juga jenius.

Menunggu Doom Dada 2.0 November 2025
Menunggu Doom Dada 2.0 November 2025

Jadi, apa pelajaran dari GoriTOP? Bahwa hidup itu ya kayak siklus evolusi yang penuh perubahan, kadang absurd, kadang gelap, tapi selalu menuju versi baru dari diri kita. Sama kayak T.O.P yang terus berevolusi, kita pun bisa nemuin versi terbaik dari diri kita di tiap fase hidup.

VIPs, kalian setuju gak kalau Doom Dada ini masterpiece yang makin lama ditonton, makin dalem maknanya?

Share:

Leave a Comment