https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=G-8K50HN0MMT window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag(‘js’, new Date()); gtag(‘config’, ‘G-8K50HN0MMT’);

Ombak Berarak di Pantai Sasak Pasaman Barat


Hari masih pagi ketika kami sampai di Pantai Sasak Pasaman Barat. Ketiga anakku berhamburan membawa mainan pasirnya ke pinggir pantai. Maklum, anak-anak era pandemi yang tiga tahun terakhir selalu ‘dipingit’ di rumah. Si kembar, Rashif dan Rangin bahkan baru kali ini main ke pantai yang ada ombaknya. Percaya gak percaya, kan?

Putra-putriku bergegas mengeruk pasir, menyetak istana pasir, mengangkut pasir dengan truk mainan, atau Rashif yang begitu enjoy bikin gunung pasir setinggi mungkin. Kendati anak-anak tak kuperkenankan berenang karena ombak Pantai Sasak sangat besar lantaran berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, mereka tetap ceria.

Kami sengaja datang jam delapan pagi karena cuaca masih sejuk, belum terlalu panas. Jelang jam makan siang, Pantai Sasak Pasaman Barat biasanya ramai didatangi pengunjung hingga matahari terbenam. Pasalnya, banyak rumah makan pinggir pantai dengan kuliner lokal yang menggugah selera.

Pantai Sasak Pasaman Barat, pantai kesayangan.

Pantai Sasak kesayangan masyarakat Pasaman Barat. Terlalu banyak memori di pantai ini. Memori masa kecil, masa sekolah, masa remaja hingga dewasa. Ini satu-satunya pantai terdekat dari Simpang Ampek, ibu kota Kabupaten Pasaman Barat. Pemandangan sunset-nya luar biasa indah.

Jarak rumah kami ke pantai yang berlokasi di Nagari Sasak, Kecamatan Ranah Pasisia ini sekitar 20 kilometer. Waktu tempuhnya berkisar 30-40 menit menggunakan mobil atau motor via Nagari Simpang Tigo tembus ke Jalan Lintas Sasak – Kapa Selatan atau via Nagari Simpang Ampek tembus ke Jalan Lintas Sasak – Kapa Selatan.

Kenapa namanya Pantai Sasak?

Nama ini sama dengan nama nagari atau desa tempat pantai ini berada. Sasak diambil dari kata manyasak, bahasa Minangkabau yang artinya mendesak.

Nagari Sasak juga memiliki dua muara, yaitu Muara Sasak dan Muara Tanjung. Zaman dahulu, Pantai Sasak konon menjadi salah satu habitat buaya muara (Crocodylus porosus). Hewan buas ini hidup di dua sungai besar yang melalui Nagari Sasak, yaitu Batang Kapar dan Batang Pasaman.

Pantai Sasak Pasaman Barat
Kumpul keluarga di Pantai Sasak

Demi melindungi diri, masyarakat buru-buru memagari wilayah tempat tinggal mereka yang berbatasan langsung dengan sungai tadi menggunakan nibung (Oncosperma tigillarium), sejenis tumbuhan palem dengan batang lurus dengan tekstur kuat dan kokoh.

Masyarakat membuat pagar perlindungan ini sebaik mungkin. Setelah selesai, setiap harinya mereka harus mengantre sampai berdesak-desakan karena bergantian mengambil air di bagian sungai yang relatif aman dari serangan buaya. Sejak itu, masyarakat membentuk nagari bernama Nagari Sasak yang dipimpin empat orang penghulu adat.

Kepala Penghulu adat Nagari Sasak yang pertama bernama Datuak (Dt) Sinaro Mangkuto. Beliau didampingi tiga orang penghulu adat, yaitu Dt Basa, Dt Misa Bumi, dan Dt Rajo Alam yang masing-masingnya berkedudukan di tiga dusun, yaitu Padang Sarai, Pondok, dan Sialang.

Pohon Seribu membangkit rindu

Salah satu keistimewaan Pantai Sasak Pasaman Barat dibanding pantai-pantai lain adalah pasirnya putih, tepiannya landai, dan wilayahnya hijau. Kebanyakan pantai wisata tidak memiliki pohon. Kalau pun ada, biasanya pohon kelapa. Lihat saja Pantai Kuta, Pantai Jimbaran, Pantai Selatan, dan sebagainya.

Nah, kalau kalian ke Pantai Sasak, kalian akan bertemu banyak pepohonan, didominasi pohon pinus. Ada area khusus, disebut Pohon Seribu, tempat wisatawan menikmati pantai sambil piknik atau bersantai di atas hammock.

Pantai Sasak Pasaman Barat
Pantai Sasak berlatar hutan pinus, bagian dari kawasan Pohon Seribu.

Kawasan berpohon ini sangat dekat dengan pinggiran pantai. Orang tua misalnya, bisa bersantai di bawah pohon sembari mengawasi buah hati bermain ombak. Jadi, kita enggak perlu takut kepanasan main di pantai ini.

Angin pantainya sangat kencang. Sebaiknya, anak-anak juga mungkin orang dewasa memakai topi karena bisa bikin sakit kepala kalau terlalu lama terkena angin pantai ini.

Hutan mangrove di Nagari Sasak terbilang luas. Inilah yang melindungi masyarakat dari ancaman gelombang tsunami dan abrasi pantai.

Masyarakat pesisir di Nagari Sasak pernah terdampak tsunami Aceh 2004. Tragedi tersebut menyebabkan gelombang pasang Samudra Hindia yang menghancurkan dan membenamkan lebih dari 100 rumah masyarakat.

Sampai hari ini pun masyarakat setempat, khususnya di Jorong Pondok masih trauma. Mereka kini menempati kompleks perumahan nelayan baru yang dibangun akhir 2008 oleh Dinas Kelautan dan Perikanan.

Nagari Sasak sepenuhnya berupa area pesisir. Tak ada satu pun bukit atau dataran tinggi yang bisa menjadi lokasi evakuasi apabila terjadi tsunami. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan.

Pantai Sasak Pasaman Barat
Maetami (6 tahun) bermain pasir di Pantai Sasak

Solusinya, pemerintah membangun sejumlah grip atau pemecah ombak di pantai sepanjang tujuh kilometer itu. Pemerintah juga membuatkan gedung tinggi berfungsi sebagai shelter untuk warga saat gelombang tsunami datang.

Perubahan iklim menyebabkan permukaan air laut di Pantai Sasak Pasaman Barat terus naik. Sebagian pemukiman warga akan terendam kala air laut pasang.

Setidaknya ada tiga jorong yang selalu dibayangi ancaman abrasi pantai di Nagari Sasak, yaitu Jorong Pasa Lamo, Jorong Pondok, dan Jorong Padang Halaban. Jumlah kepala keluarga (KK) yang bermukim di sana mencapai 7.000 KK.

Oleh sebabnya, pemerintah daerah dan masyarakat terus menggalakkan penanaman pohon di Pantai Sasak dan muara-muara sekitarnya. Tujuannya mereduksi tekanan air laut serta memajukan pariwisata.

Pantai Sasak Pasaman Barat
Rangin (3 tahun) bermain truk pasir

Sebagian besar pohon mangrove di Nagari Sasak didominasi nipah (Nypa fruticans). Pohon ini mirip dengan sagu, mirip juga dengan kelapa sawit muda, dan daunnya mirip daun kelapa.

Nipah tanaman mangrove yang unik. Pertumbuhannya berada di dalam lumpur atau daerah pasang surut air laut. Sekilas, kita hanya melihat daun dan buahnya saja di permukaan, mirip pohon yang tak berbatang. Padahal, batang pohonnya berada di dalam lumpur, berbentuk rimpang menjalar dengan akar serabut yang tumbuh memanjang belasan meter.

Kamu pernah makan buah nipah? Daging buahnya mirip dengan kolang-kaling. Bentuk buahnya bulat telur dan bertandan, sering dijadikan kudapan enak di bulan puasa.

Pantai Sasak Pasaman Barat
Rashif (3 tahun) membuat gunung pasir di Pantai Sasak

Kawasan Pohon Seribu di Pantai Sasak Pasaman Barat benar-benar membangkit rasa rindu. Masa putih abu-abu, aku dan teman-teman rutin mendatangi pantai ini. Pulang sekolah, biasanya selesai ujian, siswa-siswa konvoi dengan motor mendatangi Pantai Sasak.

Ada yang boncengan sama teman, pacar, atau gebetan. Healing anak akhir 90-an atau awal 2000-an sesederhana itu. Kadang, kalau jumlah motor tak cukup, kami patungan sewa angkot. Kami bermain di pantai sampai sore menjelang senja.

Tradisi Maelo Pukek

Kalau dipikir-pikir, tantangan nelayan menangkap ikan saat ini makin tinggi. Permukaan air laut terus naik, ikan-ikan makin bermigrasi ke perairan lebih dalam, belum lagi gelombang laut yang ganas. Rasanya makin berbahaya menangkap ikan mengandalkan perahu kayu sekarang ini.

Pagi itu, ibuku sengaja menanti sekelompok nelayan maelo pukek atau menarik jala, jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia. Maelo pukek adalah kegiatan penangkapan ikan secara tradisional oleh nelayan-nelayan Sumatra Barat.

Aksi ini sangat menarik di mana nelayan bersama-sama melempar jaring atau jala ke laut, biasanya menggunakan kapal terlebih dahulu. Selanjutnya, dari daratan, nelayan-nelayan tadi menarik jala tersebut.

Jumlah nelayan saat maelo pukek bisa mencapai 10 orang atau lebih. Kaki dan tangan mereka serentak menghentak lalu menarik jala ke bibir pantai. Pukek atau pukat yang digunakan adalah sejenis pukat kantong. Butuh waktu rata-rata dua jam untuk melakukannya.

Biasanya, nelayan-nelayan tadi bergantian menarik jala. Manakala nelayan paling belakang kembali ke posisi paling depan, nelayan paling depan pindah ke posisi nelayan kedua, begitu seterusnya hingga pukat menangkap banyak ikan. Praktik seperti ini seolah membagi semua energi agar nelayan tidak mudah lelah.

Tali pukat atau tali jala yang ditarik biasanya diikatkan ke pinggang masing-masing nelayan. Jenis talinya harus kuat dan stabil, dalam artian ketegangan talinya sama.

Hasil ikan tangkapan akan dibagi untuk masing-masing nelayan yang terlibat. Kalau nelayannya ada 10, ya hasilnya dibagi 10. Ada juga porsi untuk pemilik kapal atau pemilik jala.

Masyarakat bisa membeli langsung ikan, udang, cumi-cumi, dan hasil tangkapan nelayan lainnya dengan harga sangat murah. Bayangkan, ibuku bisa mendapatkan ikan segar sebanyak ini hanya dengan merogoh kocek Rp 20 ribu.

Pantai Sasak Pasaman Barat
Beli ikan hasil maelo pukek dari para nelayan Pantai Sasak

Kalau kamu pengen lihat atraksi maelo pukek di Pantai Sasak, datanglah pagi hari, di bawah jam 10.00 WIB. Menarik banget menyaksikan para nelayan ini seperti sedang menari di pinggir pantai dengan gerakan seragam.

Oh ya, ada Pangkalan Pendaratan Ikan di Pantai Sasak. Ya, Pantai Sasak salah satu pantai dengan hasil laut terbesar di Sumatra Barat. Ada Bandara Pusako Anak Nagari yang terletak di Jorong Laban, Nagari Kapa bisa dijadikan landasan terbang bagi pesawat-pesawat berbadan kecil untuk mengirimkan hasil laut ke ibu kota provinsi dan kota-kota sekitarnya.

Bandara ini melayani penerbangan dari dan ke Simpang Empat. Pesawat yang bisa mendarat sejauh ini tipe Cassa 212.

Kuliner Gulai Sabo-Sabo

Kalau kamu pengen tahu apa sih kuliner khas Pantai Sasak? Jawabannya adalah gulai sabo-sabo. Pecinta gulai, pecinta pedas, atau pecinta makanan berkuah wajib banget mencicip sajian ini.

Sabo-sabo dalam bahasa Minangkabau berarti campur-campur. Sesuai namanya, gulai sabo-sabo memang terdiri dari campuran berbagai hasil laut, mulai dari ikan, udang, kepiting, cumi, kerang yang diolah dengan cara digulai bersama santan dan potongan cabai rawit.

wisata kuliner di Pantai Sasak Pasaman Barat
Salah satu tempat makan favorit keluarga di Pantai Sasak

Gulai sabo-sabo bisa juga dibilang gulai seafood dengan olahan bumbu yang kompleks. Ciri khas masakan orang Minang yang pedas dan segar.

Gulai sabo-sabo khas Pantai Sasak

Satu porsi gulai sabo-sabo dibanderol Rp 15-18 ribu saja. Itu sudah termasuk sepiring nasi hangat. Bayangkan, kami makan berempat dewasa dan tiga anak-anak hanya membayar kurang dari Rp 100 ribu. Murah banget kan?

wisata kuliner di Pantai Sasak Pasaman Barat
Menikmati kuliner khas Pantai Sasak Pasaman Barat

Selain gulai sabo-sabo, Pantai Sasak juga terkenal dengan kuliner pacak (panggang ikan), rendang lokan (kerang muara), sop kepiting, lapek kakoci, rakik maco, kue kembang loyang, dan katupek sampadeh (ketupat ikan pedas).

Penikmat kuliner sebaiknya datang ke Pantai Sasak pada Selasa. Setiap hari itu, nelayan-nelayan setempat baru pulang dari melaut sehingga ragam kuliner yang bisa dinikmati cukup banyak.

Ayah dan ibuku bisa sampai tiga kali sepekan datang ke Pantai Sasak hanya untuk makan siang dan menikmati gulai sabo-sabo. Ayahku pernah bilang, rasanya beda makan gulai sabo-sabo buatan sendiri di rumah dengan gulai sabo-sabo yang dimakan di pinggir Pantai Sasak. Makannya lebih lahap.

Pesta Pantai Sasak

Pantai Sasak selalu menjadi lokasi event tahunan masyarakat, bernama Pesta Pantai. Acara ini digelar setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya hari kedua Lebaran.

Ada juga wisata budaya, seperti gandang lasuang dan tambua tasa. Ribuan pengunjung dari berbagai nagari di kabupaten, bahkan luar kabupaten datang ke tempat ini. Jalanan pasti macet dan butuh usaha mengakses pantai.

Fasilitas di Pantai Sasak terbilang lengkap, mulai dari musala, toilet, rumah makan, balai-balai tempat berteduh, wahana swafoto, wahana bermain motor ATV sepanjang pantai, bahkan ruang karaoke di pinggir pantai.

pohon seribu Pantai Sasak Pasaman Barat
Balai-balai di Pantai Sasak

Balai-balai tempat berteduh ini tidak dikenakan tarif khusus. Sebagai gantinya, pengunjung cukup memesan makanan atau minuman dari warung-warung masyarakat. Hammock pun bisa dipakai gratis dan jumlahnya cukup banyak.

Sayangnya, pengunjung yang hadir mayoritas belum sadar akan kebersihan. Pantai Sasak Pasaman Barat dipenuhi lautan sampah setiap pesta berakhir. Aku pernah datang beberapa kali ke acara ini, tetapi merasa jijik dengan tebaran sampah plastik di kawasan Pohon Seribu hingga bibir pantai.

pohon seribu Pantai Sasak Pasaman Barat
Kenangan tak terlupakan di Pantai Sasak

Sudahlah pasti sebagian sampah plastik itu kembali ke laut. Bisa dibayangkan sampah-sampah yang butuh ratusan tahun untuk terurai itu tanpa disadari dimakan oleh ikan-ikan di lautan. Membayangkannya saja aku sedih.

Apa susahnya sih membuang sampahmu ke tong sampah atau tempat pembuangan sampah? Semoga ke depannya masyarakat dan wisatawan Pantai Sasak Pasaman Barat makin sadar akan kebersihan dan lebih bijak mengelola sampah, dimulai dari sampah pribadi. Amin.


10 responses to “Ombak Berarak di Pantai Sasak Pasaman Barat”

  1. Gak jauh dari Medan ada pantai Mangrove kak. Sengaja dibuat untuk menahan ombak dari laut yang keras. Awalnya gak mudah karena masayarakat kurang edukasi. Namun sekarang setelah tau banyak manfaat dari mangrove masyarakat jadi sayang dengan pantainya.
    Suka banget liat pantai sasak yang teduh ya kak. Ada banyak pinus dan pohon seribu.
    Makanannya juga endeus ya.. Gulai sabo sabo.

    Like

  2. Senang banget baca ceritanya.. apalagi fotonya juga bagus bagus.. pantai denag pepohonan yang teduh emang idaman ya.. apalagi kalau pasirnya p utih dan tempatnya bersih.. yang saya masih penasaran itu pohon nipah..kok nggak difoto ya, padahal pohon itu unik.. seperti pohon palm tapi berjenis pohon bakau kah?

    Like

  3. Ternyata Pantai Sasak tidak sekedar tempat wisata ya, Mba. Ada tradisi juga yang masih dijaga. Bahkan penanaman mangrove terus berjalan untuk menghindari abrasi dan warga di sana tetap hidup nyaman.

    Like

  4. Hoo … maelo pukek di Pantai Sasak ini tiap hari ya, Mbak Mutia? Menarik ya tradisinya.

    Saya pernah ke Sumatera Barat sewaktu masih tinggal di Riau tapi gak lama, hanya jalan2 naik mobil dan saya dalam keadaan mabuk perjalanan jadi sedikit sekali yang nempel di ingatan. Lain kali perlu liah maelo pukek di Pantai Sasak.

    Like

  5. Wah kali ini jauh mainnya mba…
    Pasaman itu kampung alm ayah saya .
    Tapi pantai Sasak ini belum pernah saya kunjungi.
    Sejak ayah meninggal, gak pernah mudik lagi saya ke pasaman.

    Like

  6. Waah indah niann makk…namanya anak anak lihat pasir pantai langsung ngesot. Anakku yang sudah 10th aja masih kek gitu gulung2 di pasir main air aishh seruuu…
    Pantai di Indonesia tuh keren2 apalagi yg bukan destinasi wisata viral pasti lebih alami …
    Sayangnya tu masalah kita di sampah yaa…suka buang sampah sembarangan jadi bikin pantai kotor…

    Like

  7. MasyaAllah potensi wisata bahari Indonesia sungguh luar biasa. Saya tinggal cukup jauh dari pantai, walau satu kabupaten sih. Inspiratif banget tulisan ini baut saya untuk mengunjungi pantai dan menceritakan keindahannya seperti tulisan Kakak 🙂

    Like

  8. Wah, kenangan banget nih di Pantai Sasak. Apalagi pohon seribu. Tempat outbound sekolah dulu. Senengnya mudik ya Uni… Indonesia banyak nyimpan keindahan alam. Termasuk di Sasak Pasaman Barat ini …

    Like

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Blog at WordPress.com.