https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=G-8K50HN0MMT window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag(‘js’, new Date()); gtag(‘config’, ‘G-8K50HN0MMT’);

Jangan Menyerah pada Mimpimu! Belajar dari Neo Hou dan Leo Wu di Our Times


Neo Hou dan Leo Wu akhirnya bertemu juga dalam satu layar. Drama China Our Times menurut saya salah satu masterpiece 2021 karena berhasil menyatukan dua aktor kelas A China yang memiliki tempat khusus di hati ratusan juta pemirsa seluruh dunia.

Our Times diadaptasi dari novel berjudul sama karya Wang Qiang. Drama China ini berlatar belakang tahun 1992-2018. Saat itu pertumbuhan perusahaan internet di dunia sangat tinggi.

Kondisi ini mendorong penggunaan komputer untuk perkantoran dan komputer pribadi seantero Tiongkok kian ramai. Pembangunan jaringan internet dan teknologi informasi di China pun gencar dilakukan. Perusahaan-perusahaan BUMN berlomba mengintegrasikan bisnisnya dengan dukungan komputer canggih yang diimpor dari luar negeri.

Kala itu ada dua brand komputer Amerika yang menguasai pasar China, yaitu Jefferson dan Conpo. Drama China Our Times berpusat pada dua tokoh utama, Xiao Chuang dan Pei Qing Hua yang merupakan peneliti di Institut Ilmu Komputer dan Teknologi Universitas Yenching, Beijing.

Dua sahabat yang menjadi teman seasrama ini melakukan berbagai penelitian komputasi. Mereka bermimpi kelak China bisa memiliki komputer canggih sendiri, buatan dalam negeri, dan mendunia.

Tanpa sengaja Xiao Chuang dan Pei Qing Hua terjun ke bisnis ritel komputer dengan menjadi sales. Perjalanan hidup mengantar mereka menjadi legenda startup komputer di China.

Pemeran Utama dan Pendukung Our Times

Kita kenalan dulu yuk sama para pemeran utama dan pendukung serial Our Times (2021).

  • Leo Wu sebagai Xiao Chuang
  • Neo Hou sebagai Pei Qing Hua
  • Mao Xiao Hui sebagai Xie Hang, kekasih Xiao Chuang.
  • Julia Xiang sebagai Tan Yuan, kekasih Pei Qing Hua, putri Tan Qi Zhang.
  • Wang Xin Jun sebagai Tan Qi Zhang
  • Gao Hai Peng sebagai Lin Yi Min, pimpinan Huayan Technology
  • Zhang Xiao Qian sebagai Xu Yang
  • Fang Wen Qiang sebagai Man Huan Sheng
  • He Ao sebagai Qi Rong Bin
  • Zou Yuan Qing sebagai Xu Yi Wan
  • Molly Wang sebagai Shu Zhi Hong, reporter Berita Teknologi Elektronik.
  • Wang Quan You sebagai Zheng Shou Guang, Kepala Institut Komputasi Yenching.
  • Gao Wen Feng sebagai Wang Chong, sales Jefferson
  • Zhang He Lun sebagai Lu Hainiu
  • Ji Li sebagai Lei Min, mantan kekasih Xie Hang.

Cerita drama China Our Times berpusat pada empat tokoh utama, yaitu Xiao Chuang, Pei Qing Hua, Xie Hang, dan Tan Yuan. Berikut sekilas saya rangkum penggambaran karakter mereka.

1. Xiao Chuang

Penggemar berat Chow Yun Fat ini peneliti di Institut Ilmu Komputer dan Teknologi Universitas Yenching. Bersama Pei Qing Hua, Xiao Chuang mengembangkan Kartu Karakter Tiongkok. Ini adalah software yang bisa menerjemahkan aksara umum berbahasa inggris menjadi aksara China.

Leo Wu sebagai Xiao Chuang

Penemuan Xiao Chuang dan Pei Qing Hua sangat mengesankan, terlebih alat ini muncul ketika China mayoritas masih mengimpor seluruh komputer dari Amerika Serikat. Kartu Karakter Tiongkok tentu saja memudahkan orang-orang China dalam memahami bahasa pemrograman komputer, dari awalnya berbahasa inggris sekarang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa mandarin.

Sayangnya tahun 1992 yang namanya kampus tidak boleh berbisnis. Kampus gak boleh punya badan usaha.

Di Indonesia saja, aturan kampus boleh punya badan usaha baru dimulai sekitar 2000. Saat itu ada empat perguruan tinggi yang ditetapkan statusnya sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) atau sekarang dikenal dengan nama Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH), yaitu UI, UGM, IPB, dan ITB.

Salah satu keistimewaan PTN-BH adalah kampus berwewenang mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi. Istilahnya, kampus boleh punya unit bisnis.

Nah, berhubung saya pernah bekerja di Direktorat Bisnis dan Kemitraan IPB, maka saya kasih contoh, IPB setidaknya punya 22 unit bisnis, seperti wisata pendidikan Agroedutourism, Daycare Agriananda, toko sembako Logistic Center, ritel Agrimart dan Botani Mart, penginapan Wisma Tamu Landhuis dan Wisma Amarilis, Resto Taman Koleksi, bisnis kafe Botani Laguna dan Kopicentrum, wah pokoknya banyak deh.

Nah, Xiao Chuang yang sedari awal memang punya mental pebisnis merakit lalu menjual diam-diam Kartu Karakter Tiongkok di pasar gelap tanpa memberi tahu pimpinannya. Dia mengajak tiga rekannya yang juga peneliti di institut, yaitu Man Huan Sheng, Qi Rong Bin, dan Xu Yi Wan.

Pei Qing Hua sendiri tidak ikut serta karena Xiao Chuang tahu sahabat yang sudah dia anggap adik kandung itu sangat menjunjung tinggi legalitas dan tidak ingin berbisnis dengan cara salah.

Nasib malang, Biro Pengawas Perdagangan menangkap Xiao Chuang dan menemukan bukti uang cash hasil transaksi bisnis ilegalnya di kamar Pei Qing Hua. Akibatnya Xiao Chuang dan Pei Qing Hua dikeluarkan dari institut.

Xiao Chuang melarang ketiga rekannya mengaku terlibat. Dia berusaha sekuat tenaga supaya pihak universitas tidak mencabut status peneliti Pei Qing Hua.

Xiao Chuang bisa dibilang malaikat bagi semua sahabatnya. Dia sangat melindungi, gak pengen teman-temannya dapat masalah, dan rela menanggung konsekuensi sendiri. Pokoknya orangnya pahlawan banget deh, meski pribadinya senang pamer. Cuma ya, menurut saya mah orang pintar boleh sombong. Wkwkwk.

Xiao Chuang aslinya yatim piatu, tapi dia ngakunya punya orang tua yang juga peneliti di Pusat Satelit Jiuquan, Provinsi Sichuan. Ibunya meninggal dunia saat melahirkannya. Ayahnya kemudian menitipkan Xiau Chuang pada neneknya yang meninggal dunia saat Xiao Chuang 12 tahun.

Sejak itu Xiao Chuang tumbuh sebatang kara dan hidup dengan menjadi pengemis. Inilah yang membuat Xiao Chuang begitu kuat dan mandiri, meski harus keluar dari institut sampai mendirikan perusahaan sendiri.

2. Pei Qing Hua

Pei Qing Hua pemuda miskin yang lahir di Desa Wutaizi, Provinsi Shandong. Semua penduduk di kampungnya adalah nelayan dari generasi ke generasi. Dia satu-satunya anak desa yang bisa masuk ke perguruan tinggi.

Ayah Pei Qing Hua meninggal dunia sejak dirinya kecil. Demi membiayai hidup dan kuliah Pei Qing Hua di Universitas Yenching, ibunya rela meminjam uang dari siapa saja penduduk desa yang bisa dipinjam.

Neo Hou sebagai Pei Qing Hua

Cita-cita Pei Qing Hua sederhana, ingin menjadi peneliti komputer karena dia senang ilmu komputasi. Dia ingin menjadi ilmuwan yang menghasilkan penelitian-penelitian ilmiah representatif.

Garis hidup mengenalkan Pei Qing Hua dengan dunia marketing dengan menjadi sales yang memasarkan komputer merek Amerika, Conpo. Dia menerima pekerjaan ini demi memulihkan nama baiknya di kampus.

Jika Pei Qing Hua, Xiao Chuang, dan rekan-rekannya berhasil membuat Institut Ilmu Komputer dan Teknologi Universitas Yenching menjadi distributor utama Conpo di China, kepala institut mengizinkan Xiao Chuang dan Pei Qing Hua kembali ke kampus.

Setelah berhasil, Pei Qing Hua mulai menyukai dunia marketing. Profesi sales bisa menjadikannya lebih dari sekadar peneliti. Dengan menjadi sales, Pei Qing Hua bisa memperkenalkan produk-produknya kelak ke pasar lebih luas.

Sayangnya Pei Qing Hua kadung berjanji pada ibunya untuk tidak menjadi pebisnis. Alasannya dipicu trauma masa lalu kematian ayah Pei Qing Hua karena berdagang.

Ibu Pei Qing Hua yang masih konservatif tidak menyadari dunia telah berubah. Bisnis zaman sekarang tidak samai seperti dulu. Perjuangan Pei Qing Hua mendapatkan restu ibunya sangat menyentuh hati.

3. Xie Hang

Xie Hang gadis cantik dan setia yang berbakti pada kedua orang tua. Sejak kecil sampai dewasa Xie Hang selalu menuruti perintah ayah ibunya, termasuk berjodoh dengan pria bernama Lei Min.

Lei Min dan Xie Hang sama-sama bankir di Era Bank of China. Saking setianya dengan Lei Min, Xie Hang rela pindah kerja ke Shanghai demi sekantor dan selalu berada di sisi pria yang dicintainya itu. Shanghai merupakan pusat keuangan Tiongkok, tempat berdirinya bank-bank besar di China.

Mao Xiao Hui sebagai Xie Hang

Xie Hang hobi nonton film di tempat rental cakram laser yang sering dikunjungi Xiao Chuang di Beijing. Di sana keduanya pertama kali bertemu. Rupanya Xie Hang pernah membeli Kartu Karakter Tiongkok buatan Xiao Chuang dan Pei Qing Hua untuk kantornya.

Sayangnya Xie Hang terlambat menyadari cinta Lei Min tak sebesar cintanya. Lei Min bahkan tak melindungi Xie Hang saat berada di titik terendah hidupnya. Pria berkacamata itu malah menganggap Xie Hang menghancurkan kariernya.

Saat itulah Xiao Chuang masuk ke kehidupan Xie Hang. Xiao Chuang setia menemani Xie Hang waktu sakit, meski harus menempuh perjalanan belasan jam naik kereta dari Beijing ke Shanghai.

Xiao Chuang rutin mengirimi Xie Hang surat berisi kata-kata penyemangat. Akhirnya Xie Hang bangkit lagi. Dia mantap meninggalkan Shanghai dan kembali ke Beijing memulai hidup baru bersama Xiao Chuang, pria yang mencintainya dengan tulus.

Hal yang membuat Xie Hang jatuh cinta pada Xiao Chuang karena Xiao Chuang mandiri, bebas, tidak terikat, dan berusaha memperjuangkan sesuatu yang menurutnya benar.

Hubungan Xie Hang dan Xiao Chuang sempat ditentang orang tua Xie Hang. Ayah ibu Xie Hang meremehkan profesi Xiao Chuang sebagai sales. Pada era 1990-an, menjadi sales kerap dicibir orang banyak.

Sales sering dikaitkan dengan orang yang memasarkan dagangan dengan berkunjung dari rumah ke rumah. Profesi ini dianggap tidak memerlukan pendidikan tinggi dan bergaji rendah.

Kesetiaan Xie Hang diuji. Gadis berambut panjang ini berhasil membuktikan cintanya pada Xiao Chuang tulus tanpa syarat. Bersama mereka bahu membahu mendukung kesuksesan masing-masing.

Xie Hang setia mendampingi Xiao Chuang, bahkan saat Xiao Chuang meninggalkannya tanpa alasan jelas. Xie Hang berjuang mencari jawaban itu sendiri. Satu keyakinannya, Xiao Chuang masih mencintainya dan ingin memperjuangkan cintanya.

Benar kata orang, di balik kesuksesan pria, ada wanita yang setia mendampinginya. Xiao Chuang berhasil mendirikan Linhang Electronics, perusahaan produsen VCD merek lokal pertama di China. Pemilihan nama Linhang yang berarti navigasi, ternyata menyisipkan potongan nama Xie Hang di sana.

Bertahun-tahun berjuang, akhirnya ayah ibu Xie Hang mengakui kegigihan Xiao Chuang mendapatkan putri mereka. Xiao Chuang dan Xie Hang pun mendapat restu untuk menikah.

4. Tan Yuan

Tan Yuan putri semata wayang Tan Qi Zhang, dosen sekaligus kepala laboratorium penelitian komputer di Universitas Yenching, yang kemudian menjadi Wakil Manager Umum Huayan Technology, perusahaan bentukan Institut Ilmu Komputer dan Teknologi Universitas Yenching, tempat Xiao Chuang dan Pei Qing Hua bekerja.

Semua pemeran utama di serial Our Times ini anak tunggal. Jika ditilik lagi, pada 1992 itu pemerintah China masih memberlakukan kebijakan satu anak. Aturan keluarga berencana ini berlaku kalo gak salah sejak 1978 hingga 2015.

Julia Xiang sebagai Tan Yuan

Tan Yuan mahasiswa Jurusan Sekolah Informasi Elektronik di Universitas Yenching. Mungkin kalo sekarang namanya Teknik Informatika kali ya.

Hobinya menulis dan menari. Tan Yuan senang mendengarkan kaset Boney M dengan lagu favoritnya Rivers of Babylon. Duh, saya juga punya nih kasetnya di rumah dulu. Enak banget sih lagunya, meski lawas banget, dirilis 1978.

Kaset ini juga yang mempertemukan Tan Yuan dengan Pei Qing Hua, hingga keduanya timbul rasa saling suka. Jika Pei Qing Hua pemalu, Tan Yuan justru agresif mengejar cintanya. Dia gak percaya dengan prinsip wanita harus menunggu. Baginya wanita boleh menyampaikan perasaan lebih dulu.

Siapa bilang wanita harus menahan diri? Kalau suka, berinisiatiflah. Kalau tidak suka, langsung katakan. Terus terang saja, apa salahnya?

Tan Yuan

Perjalanan Tan Yuan dan Pei Qing Hua menjadi sepasang kekasih persis kayak main layangan, tarik ulur. Puncaknya saat Tan Yuan hendak berangkat ke luar negeri, melanjutkan S2 di Universitas Ilinois, Amerika Serikat, barulah Pei Qing Hua mengungkapkan perasaannya. Scene ini salah satu scene favorit saya, ada di episode 22.

Pei Qing Hua dan Tan Yuan

Mereka sempat menjalani long distance relationship (LDR) dan backstreet dari sang ayah. Pacaran mereka lewat telepon, setiap Rabu malam, soalnya hari itu Tan Yuan gak ada kuliah.

Ibu Pei Qing Hua senang sekali mengetahui anaknya jadian sama Tan Yuan. Soalnya si ibu udah kadung suka sama Tan Yuan ketika mereka bertemu dan sama-sama merayakan imlek di asrama. Waktu itu ibu Pei Qing Hua sengaja datang ke Beijing karena tahu putranya sibuk dan gak sempat pulang kampung.

Tan Yuan ikut menyumbang ide-ide bisnis untuk Xiao Chuang. Xiao Chuang bahkan mengajak Tan Yuan, Xie Hang, dan Pei Qing Hua untuk mendirikan perusahaan rekanan berempat. Nama perusahaannya pun sudah dibuat, yaitu Huachuang Yuanhang yang merupakan singkatan dari nama terakhir mereka berempat.

Sinopsis Our Times

Xiao Chuang dan Pei Qing Hua sama-sama anak rantau yang kuliah ke ibu kota (Beijing), kemudian menjadi peneliti di Institut Penelitian Komputasi Universitas Yenching.

Reformasi ekonomi di China era 90-an mengizinkan universitas tak sekadar melakukan riset dan penelitian untuk pendidikan, tetapi juga berorientasi bisnis. Tujuannya mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi baru.

Institut Penelitian Komputasi Universitas Yenching kemudian mendirikan Huayan, sebuah perusahaan teknologi yang awalnya mendistribusikan komputer Conpo dari Amerika Serikat.

Para perintis Huayan Technology, Universitas Yenching.

Conpo baru dirilis 1980an. Hanya dalam waktu 10 tahun, perusahaan ini sudah menjadi produsen komputer terbesar kelima di dunia.

Xiao Chuang dan Pei Qing Hua menjadi sales utama di Huayan. Bersama mereka membuka pasar baru Conpo di berbagai wilayah China, mulai dari China Timur Laut, Guangzhou, Shanghai, dan tak ketinggalan Beijing. Perjalanan dua sahabat dalam menemukan passion dan jati dirinya menarik diikuti.

Semangat Xiao Chuang dan Pei Qing Hua menjadi pebisnis penuh liku. Mereka dituntut berpikir cepat, kreatif, dan berani.

Kesuksesan tidak muncul begitu saja. Masalah demi masalah bergantian menghadang, seolah meminta mereka menyerah. Namun, bukan Xiao Chuang dan bukan Pei Qing Hua namanya jika takluk begitu saja.

Sebagaimana keyakinan Xiao Chuang, tak peduli pasang atau surut, dia harus tetap kokoh berdiri di ujung ombak dengan kapalnya sendiri. Kapal besar bisa berlayar mencapai tepian yang jauh, bisa menuju kemana saja tempat yang ingin dituju.

Pei Qing Hua sendiri ingin kokoh seperti batu karang. Baginya batu karang berakar dalam ombak dan tak akan bergeser meski ombak besar menghadang. Batu karang bisa terus melihat langit dan menikmati angin saat ombak surut. 

Review Our Times

Xiao Chuang dan Pei Qing Hua menjadi inti cerita dalam drama China Our Times. Alur ceritanya sangat menarik. Ya, bisa dibilang drama ini seperti K-drama Start-Up, tapi versi klasik.

Kita sama-sama tahu yang namanya perusahaan startup mulai berkembang akhir 90an hingga 2000, bahkan terus berlanjut sampai hari ini.

Kolaborasi Leo Wu dan Neo Hou dalam drama ini sangat solid. Keduanya sama-sama dewa di hati penggemar, setelah memainkan beberapa drama sukses.

Leo Wu terakhir populer lewat serial The Long Ballad. Neo Hou sukses di serial When We Were Young dan Psych Hunter. Kali ini, meski drama yang mereka mainkan berlatar belakang tahun 90-an, potongan rambut dan gaya berpakaiannya retro banget, sepeda masih jadi transportasi favorit buat kemana-mana, nentengin telepon genggam dageda segede gaban, tapi sama sekali gak menghentikan penggemar menikmati drama China satu ini.

Tim produksi benar-benar meriset semua hal untuk syuting drama 38 episode ini. Salut saya bagaimana mereka ‘memanggil’ kembali suasana China ala 90an.

Cara Xiao Chuang dan Pei Qing Hua bertransisi dari awalnya sales komputer asing menjadi tim penelitian dan pengembangan independen, hingga membentuk perusahaan sendiri sukses menyihir penonton. Tak lupa Our Times menyisipkan kisah romantis ala pasangan kekasih 90an yang begitu manis.

Berikut saya merangkum kesan pesan saya setelah menonton drama China Our Times.

1. Sales itu gak gampang, jadi jangan gampangin pekerjaan sales.

Sales adalah bidang pekerjaan yang sulit ditaklukkan. Sayangnya banyak orang terkesan ‘menggampangkan’ pekerjaan sales.

Jadi salesman itu pasti stres dan penuh tekanan. Tantangannya gak ada habisnya. Namun, seseorang harus mau melakukan pekerjaan ini. Kalo gak, ya gimana perusahaan mau cetak revenue, ya kan?

Drama China Our Times mengajarkan kita jadi sales itu harus fleksibel dan gak boleh malu-malu. Awalnya Pei Qing Hua seperti ini. Begitu ditolak sekali, dia udah nyerah dan cari kesempatan di tempat lain. Kayak kurang berani menindaklanjuti, gitu.

Padahal, mental sales itu harus fight. Jangan nyerah kalo baru ditolak sekali dua kali. Maju terus, sampai ditolak 8-12 kali biasanya target bakal nyerah dan mempertimbangkan penawaran kita.

Xiao Chuang

Xiao Chuang selalu mengingatkan Pei Qing Hua supaya lebih fleksibel jadi sales. Lebih bisa mendekatkan diri dengan cara menarik ke pelanggan. Jangan kaku kayak sapu.

Our Times memperlihatkan kita berbagai alasan orang-orang gagal menjadi sales, di antaranya kurang mau mendengarkan karena terlampau sibuk bicara sendiri menawarkan barang. Padahal pelanggan pengen penjual mendengarkan benar apa yang mereka pikirkan.

Sales juga gagal karena tidak memahami proposisi nilai. Mereka gak paham konsep, cuma menekan pelanggan untuk menyetujui transaksi.

Salesman yang baik memahami produknya dan menciptakan nilai dari produk tersebut. Ini adalah kelebihan Pei Qing Hua yang gak sepenuhnya dimiliki Xiao Chuang.

Beberapa scene kita akan menyaksikan bagaimana Pei Qing Hua begitu cerdas menceritakan keunggulan Conpo dibanding komputer impor lainnya, khususnya pesaing berat mereka, Jefferson. Ini bisa kita lihat di Proyek Informatisasi Baosang, Guangzhou.

2. Anak muda jangan takut salah

Zhou Enlai adalah Perdana Menteri China pertama sejak berdirinya negara Republik Rakyat China (RRC). Salah satu quotesnya yang paling terkenal dan dikutip dalam serial ini adalah, takut akan kesalahan berarti menghancurkan kemajuan.

Anak muda jangan takut melakukan kesalahan. Pengalaman baru bisa jadi menakutkan. Namun, ketika kita terus-terusan takut berbuat salah, itu bisa merampas banyak kesempatan kita untuk berkembang.

Sesulit apapun berbisnis, asalkan di dalam hati kita selalu ada dua pelita, yaitu harapan dan keberanian, maka kita pasti bisa berhasil.

Tan Qi Zhang

Dengan membiarkan diri mencoba berbagai hal, kita akan mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam diri kita yang mungkin sebelumnya tidak kita sadari. Kita bisa lihat bagaimana Pei Qing Hua yang awalnya saklek pengen jadi peneliti, diam di laboratorium, kemudian memberanikan diri mencoba dunia sales dan marketing, akhirnya dia menemukan jati diri sebenarnya.

Pei Qing Hua menyadari dirinya harus berani keluar dari zona nyaman. Menjadi peneliti sudah pasti bisa dia raih. Namun, bagaimana dia bisa menjadikan hasil penelitiannya kelak bermanfaat luas untuk seluruh rakyat China, itulah impiannya yang bisa diraih salah satunya dengan terjun ke dunia sales dan marketing.

Pei Qing Hua

Perlahan aku menyadari pentingnya sales. Dengan menjual komputer, kita menyampaikan teknologi terbaru ke setiap tempat yang membutuhkannya. Kita membuat teknologi terbaru itu melayani modernisasi yang sesungguhnya. Teknologi baru yang kita teliti dan temukan tidak lagi ‘kesepian’ karena hanya dilihat sedikit orang.

Pei Qing Hua

Saya jadi teringat fenomena menjadi profesor dan peneliti di Indonesia. Saya pikir Indonesia gak kekurangan inovasi. Kita hanya kurang kesempatan. Banyak hasil riset perguruan tinggi yang gak pernah dipakai pemerintah dan akhirnya usang dimakan zaman.

3. Produk dalam negeri harus jadi tuan rumah di negeri sendiri

Rakyat Indonesia sekarang heboh karena ekspansi produk China membanjiri pasar dalam negeri. Bukannya saya belain China ya, tapi kalian tahu gak, China dulu juga sama kondisinya kayak kita.

Dari drama China Our Times kita bisa tahu di era 90-an itu pasar China juga diserbu produk-produk impor, khususnya dari Jepang dan Amerika. Ada sih komputer lokal, mereknya Kunlun, tapi akhirnya gulung tikar karena gak bisa mengimbangi pasar yang sudah dikuasai asing. Mirip lah sama kasus sedan Timor punya Indonesia dulu yang kalah pamor sama mobil asing.

Kita bisa lihat betapa bangganya orang-orang China masa itu membeli produk luar negeri. Komputer, hp, TV, CD player, sampai pengering rambut semuanya impor. Hingga pada satu titik semangat nasionalisme mereka muncul untuk menggunakan produk dalam negeri.

Huayan Technology awalnya perusahaan distributor Conpo, komputer buatan AS. Namun, misi utama mereka adalah memproduksi komputer sendiri yang menjadi kebanggaan China.

Kalau tidak berani mengambil langkah pertama, semuanya hanya akan menjadi teori belaka.

Tan Qi Zhang

Salutnya sama China, pemerintah mereka mendukung penuh reformasi ekonomi di negara tersebut. Caranya dengan mendorong produksi dalam negeri dengan peningkatan kualitas produk yang lebih kompetitif.

Pemerintah juga mendorong investor asing menanamkan modalnya di China, mengundang masuknya teknologi maju asing, termasuk mengundang manajer-manajer andal dari mancanegara masuk ke China. Mereka sadar kualitas SDM mereka masa itu masih rendah, sehingga perlu belajar pada negara yang lebih pintar. Begitu SDM mereka siap, mereka optimistis bisa menguasai pasar negara sendiri. Terbukti kan sekarang, China telah menjadi raksasa ekonomi dunia.

Tahun 1993 menjadi titik bangkitnya China di sektor teknologi informasi. Baosang, BUMN teknologi di China (mirip lah sama Telkom kalo di Indonesia) yang diceritakan di serial ini meminta Huayan menjadi leader yang memproduksi komputer lokal.

Kunlun Computer menyatakan bangkrut. Merek lokal kita jatuh lagi. Apa yang harus kita gunakan untuk bersaing dengan negara asing? Tak masalah jika kelak kita menghadapi masalah memproduksi komputer sendiri. Kita hadapi saja. Tak ada keberhasilan yang berjalan lancar setiap saat, betul tidak?

Direktur Departemen Teknik Informasi Baosang, Luo Li Hua.

Dengan semangat persatuan, lahirlah Feng Ya Song, brand komputer China buatan Huayan yang siap menyaingi komputer asing. Ini jadi kebanggaan tersendiri bagi Pei Qing Hua yang kebetulan menjadi manajer sekaligus penanggung jawab pabrik pada waktu itu.

Huayan memproduksi tiga tipe komputer sekaligus. Ini mewakili tiga tingkatan pasar, yaitu Feng (komputer untuk pasar kelas bawah), Ya (komputer untuk pasar kelas menengah), dan Song (komputer untuk pasar kelas atas).

Bukan berarti komputer kelas bawah buatan Huayan abal-abal ya. Huayan membedakan tingkatannya mengikuti daya beli masyarakat. Tujuannya supaya komputer lokal bisa menguasai seluruh lini pasar komputer di China.

Akhirnya kita bisa memproduksi komputer milik negara kita sendiri. Sekarang ini, meski pun pasar komputer dalam negeri telah dimonopoli merek asing, hal yang bisa kita lakukan adalah berusaha sebaik mungkin bersaing dan berkompetisi dengan mereka. Tak peduli betapa sulitnya jalan yang akan kita lalui, tak peduli seberbahaya apa, asalkan kita mengambil langkah pertama dengan berani, maka itu adalah awal dari keberhasilan.

Tan Qi Zhang

4. Gaya pacaran anak 90-an lebih romantis

Duh, ini nih yang bikin saya tersipu-sipu setiap ada adegan Xiao Chuang dan Xie Hang, atau Pei Qing Hua dan Tan Yuan. Dua pasangan sejoli ini sangat romantis dengan cara mereka sendiri.

Our Times jauh dari adegan intim ala drama korea atau drama China modern yang mempertontonkan adegan kiss scene, bahkan bed scene. Romantisme ala 1990-an begitu sederhana.

Sesederhana surat penuh penantian yang dituliskan Xiao Chuang untuk Xie Hang. Sesederhana puisi cinta lewat radio yang dituliskan Tan Yuan untuk Pei Qing Hua. Sesederhana Pei Qing Hua melakukan Sambungan Langsung Internasional (SLI) bertarif mahal cuma demi ngobrol lima menit dengan kekasihnya yang lagi kuliah di Amerika.

Pei Qing Hua dan Tan Yuan

Sesederhana ngedate di bioskop mini, menjemput pacar ke stasiun kereta, atau berjalan menyusuri taman. Ah, pokoknya Our Times bikin anak-anak 90-an nostalgia. Gaya pacaran di Our Times sangat romantis, hampir gak pernah dirasakan lagi oleh pasangan-pasangan hari ini yang mayoritas komunikasinya berlangsung lewat pesan teks, chat, atau video call.

Xiao Chuang dan Xie Hang

Berikut saya kutip beberapa surat dari Xiao Chuang untuk Xie Hang yang saya rangkum menjadi satu.

Xie Hang yang terkasih,
Mengirim surat sama saja dengan bertemu langsung. Sebelumnya aku pergi terburu-buru. Bagaimana kondisimu sekarang?
Saat ini aku sedang berpikir, apakah kamu ini Pendeta Tao? Kamu pasti sudah menyihirku.
Sekarang aku sedang melihat pepohonan di luar jendela. Aku melihat awan-awan di langit, uap udara di jalan kereta, topi di atas meja, semuanya berubah menjadi wajahmu yang sedang tersenyum padaku.
Sihirmu ini hebat sekali. Sekarang bahkan saat aku memejamkan mata, yang kulihat juga dirimu.

Xie Hang, waktu berlalu lambat sekali. Aku tak menerima surat balasanmu, maka aku menulis sepucuk surat untukmu dulu.
Minggu ini aku selalu berpikir malam itu sebenarnya kamu minum sampai mabuk karena suasana hatimu buruk atau karena obrolan kita seru sekali?
Sebenarnya aku juga menyesal karena tubuhmu belum sembuh sepenuhnya. Tak seharusnya aku membiarkanmu minum sebanyak itu. Aku senang sekali hari itu. Tapi, jika dipikir matang-matang, harusnya kesehatanmu lebih penting.
Kesimpulannya aku berharap suasana hatimu baik, kesehatanmu juga baik. Kamu pantas mendapatkan semua hal baik di dunia. Aku juga baik-baik di sini. Kamu mengerti maksudku, bukan? Sudahlah, tak mengerti juga tak apa. Tapi, sebenarnya sedari awal kamu sudah mengerti maksud hatiku kan?

Xie Hang, hari ini aku sekali lagi menonton An Autumn’s Tale. Di dalamnya ada sepatah dialog. Perasaan seharusnya bagaikan ikan hiu yang terus berenang ke depan. Jika tidak, dia tidak akan bertahan.
Kata-katanya bagus sekali. Hatiku jadi berdebar. Aku percaya cepat atau lambat suatu hari nanti kamu pasti akan segera keluar dari sisi gelap, meski yang ada di sisimu bukan aku. Ya, aku percaya kamu pasti mencapai laut yang baru.
Xie Hang, jika kamu mendapat surat ini maka kamu harus tahu Xiao Chuang yang telah kamu sihir ini akan selalu mendukungmu.
Selamat ulang tahun, Xie Hang. Aku tidak pernah dapat surat balasanmu. Sepertinya tukang pos salah kirim alamat.
Ulang tahunmu segera tiba. Kuucapkan selamat ulang tahun lebih dulu. Di hari ulang tahunmu nanti, kamu pasti akan dikelilingi oleh banyak teman. Semuanya minum bir dan minum bersama, berlomba-lomba mengucapkan selamat ulang tahun yang paling tulus, pasti ramai dan bahagia. Semoga kamu lebih bahagia dari yang kubayangkan.
Aku bersyukur bisa mengenalmu. Meski pun kamu tak ingin bersamaku lagi. Aku tetap bersyukur. Yang agak kusayangkan adalah bunga plum di ranting pohon tao sudah mekar. Andai aku bisa melihatnya bersamamu pasti bagus sekali.

Xiao Chuang
Xiao Chuang dan Xie Hang

Ya ampuuun, meleleh rasanya baca surat-surat cinta dari Xiao Chuang untuk Xie Hang. Kisah cinta mereka lebih sempurna dari Romeo dan Juliet. Belum lagi kalimat rayuan Xiao Chuang untuk Xie Hang yang bikin emak pingsan. Misalnya saat Xiao Chuang berjanji pada Xie Hang membuktikan bahwa dirinya kelak menjadi pria sukses dan bisa dibanggakan.

Aku jatuh cinta pada sebuah harta karun. Aku berharap dia hanya menjadi milikku. Namun, aku juga tidak rela dia terkubur jauh di bawah tanah selamanya tanpa diketahui orang lain. Aku tahu ini agak kekanak-kanakan, tapi selamanya aku juga berharap tidak ada orang yang berkata bahwa aku tak pantas untukmu.

Xiao Chuang

5. Sahabat sejati selalu ada dalam suka duka

Persahabatan antara Xiao Chuang dan Pei Qing Hua benar-benar indah. Mereka selalu bersama dalam suka dan duka, tak peduli jarak memisahkan.

Dua sahabat ini bisa memahami perasaan satu sama lain, bahkan yang disembunyikan, tanpa diungkapkan secara lisan. Kita bisa lihat bagaimana Pei Qing Hua rela datang jauh-jauh dari Beijing ke Foshan demi menjumpai Xiao Chuang yang kesusahan.

Meski Xiao Chuang waktu itu berpura-pura sudah mapan berbisnis setelah keluar dari Huayan, Pei Qing Hua bisa menangkap gelagat aneh sahabatnya. Dia pun diam-diam meninggalkan uang untuk biaya hidup Xiao Chuang.

Xiao Chuang dan Pei Qing Hua

Kita adalah sahabat yang tak pernah saling membedakan. Saat badai datang, punggung tangan kita bersama menghadangnya. Saat langit runtuh, telapak tangan kita bersama menahannya. Jika memang hari seperti itu akan tiba, aku rela menanggungnya untukmu semampuku. Inilah persahabatan yang kuinginkan.

Pei Qing Hua

Arti persahabatan juga ditunjukkan Man Huan Seng, Qi Rong Bin, Xu Yi Wan, dan Xu Yang. Saat Xiao Chuang membutuhkan uang cukup besar untuk memulangkan Xie Hang dari Shanghai ke Beijing, mereka bergotong royong memberikannya.

Xiao Chuang saat dikeluarkan dari perusahaan, dia tak serta merta memberi tahu teman-temannya. Dia justru menyemangati teman-temannya agar bisa mandiri, percaya pada kemampuan sendiri, tanpa terus merasa bergantung padanya.

Banyak lagi sebetulnya kesan pesan saya terhadap serial ini. Namun, kalo saya tuliskan semuanya, rasanya bakal susah berhenti.

6. Startup ATM tidaklah haram

Sebagian orang menganggap remeh startup di Indonesia. Kebanyakan mereka beralasan perusahaan rintisan ini rata-rata nyontek perusahaan di Silicon Valley, Amerika.

Why not? Jadi startup ATM alias Amati Tiru Modifikasi gak haram kok. Startup ATM bukan berarti dia menjiplak dan meniru habis-habisan.

Konsep ATM itu kita melihat produk atau konsep bisnis dari luar, kemudian kita analisis, bagus gak, pasarnya oke gak kalo dibawa ke tempat kita? Kalo emang cocok, baru deh kita modifikasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang ada di negara kita.

GOJEK berdiri 2010, mungkin saja salah satunya terinspirasi dari Uber yang lahir 2009 di Amerika. Bukalapak dan Tokopedia juga mirip dengan Alibaba yang berdiri lebih dulu di China. Namun, buktinya Uber masuk ke Indonesia gak bisa melampaui kesuksesan GOJEK. Alasannya? Ya karena GOJEK lebih tahu karakter masyarakat kita. Istilahnya lebih melokal, satu hal yang tidak akan pernah bisa dikuasai Uber.

Drama China Our Times menceritakan kesuksesan Xiao Chuang mendirikan Linghang Electronics. Perusahaan yang memproduksi VCD lokal di China ini terinspirasi dari produk sama di Amerika dan Hong Kong, yang pada waktu itu bentuknya masih sampel.

Serial ini mengajak kita membedakan antara pengusaha dan enterpreneur. Kita bisa melihat karakternya dari Lu Hainiu dan Xiao Chuang yang sama-sama memimpin Linghang.

Lu Hainiu atau Kakak Lu bermental pengusaha, sedangkan Xiao Chuang bermental enterpreneur. Yang namanya pengusaha belum tentu berjiwa enterpreneur, tapi enterpreneur sudah pasti punya jiwa pengusaha.

Di saat China Daratan belum memproduksi VCD, Xiao Chuang memproduksinya pertama kali. Di saat orang lain mulai meniru bisnisnya, Xiao Chuang terus meriset pengembangan yang bisa dilakukan untuk VCD Linghang, salah satunya mengadopsi penemuan mikroprosesor oleh BNE, perusahaan teknologi berbasis di Detroit City, Amerika.

Penemuan mikroprosesor memungkinkan BNE memproduksi sentra prosesor teknologi komputer dengan harga lebih rendah. Ini tentu saja memengaruhi seluruh pasar komputer dan alat-alat elektronik yang menggunakan teknologi komputasi di dunia.

Begitu produk ini diluncurkan ke pasar masa itu, semua komputer yang masih menggunakan chip 486 akan mengalami penurunan harga. Harga produk-produk Conpo, Jefferson, Huayan, dan semua produsen alat-alat elektronik yang masih menggunakan chip 486 akan anjlok seketika.

Xie Hang yang merupakan sales Jefferson, juga kekasih Xiao Chuang menyadari hal ini dari awal, sehingga melakukan mitigasi. Sebelum mikroprosesor baru BNE diluncurkan, Jefferson selangkah lebih maju dari Huayan dengan menjual seluruh inventaris komputer yang tersisa dan mengurangi produksi komputer dengan chip 486.

Hal sama tidak dilakukan Huayan yang saat itu dipimpin Lin Yi Min. Padahal, Pei Qing Hua dan Xu Yang sudah mengingatkan perusahaan potensi ancaman ini sedari awal. Namun, Lin Yi Min malah acuh dan mengabaikan kabar luar yang dianggapnya masih sebatas isu itu.

Hal yang membedakan enterpreneur dengan pengusaha biasa adalah dia memiliki beberapa karakter, yaitu berani berinovasi, tidak mudah menyerah, menangkap peluang, berani mengambil risiko, dan beradaptasi dengan perubahan zaman juga teknologi. Semua dimiliki Xiao Chuang.

Awalnya saya mau kasih nilai 10 untuk drama ini. Cuma kan gak mungkin, sebab 10 itu cuma punya Allah. Hehehe. Jadinya, saya kasih nilai 9 aja deh. Nilai tertinggi ulasan film dan drama dari saya sejauh ini. Neo Hou dan Leo Wu sukses besar dengan perannya masing-masing. Jadi gak sabar nunggu season duanya.

Terima kasih sudah membaca sampai akhir ya temans. Semoga bisa menjadi referensi buat yang lagi bingung cari tontonan drama ‘berisi.’ Our Times bukan cuma kasih kita hiburan, tapi juga banyak ilmu pengetahuan dan knowledge sharing di dalamnya.

Ditunggu ya tanggapannya di kolom komentar.


18 responses to “Jangan Menyerah pada Mimpimu! Belajar dari Neo Hou dan Leo Wu di Our Times”

  1. aku baca sinopsisnya serasa kaya terbawa cerita Start Up versi dracinnya yaa, menarik sih pengen nonton, di We TV ada ya mba Muthe?

    Like

  2. Ceritanya inspiratif ya😍 suka sama qoutes-qoutes yang mbak kutip. Drama china belakangan ini sepertinya sedang naik daun ya, saya sering lihat reviewnya.

    Like

  3. drama-drama china ini banyak yang menarik buat ditonton ya. aku keseringan nonton drama korea sih jadi bingung kalau mau nonton drachin bagusnya judul apa.. Ini salah satu drachin yang bikin penasaran nih..

    Like

  4. Anehnyaaa posisi marketing di perusahaannya sendiri juga dianggap anak bawang, diremehkan sedemikian rupa KECUALI DIA BERPRESTASI BESAAAAR BANGET!

    Pernah di posisi itu, ga dihargai sampai kemudian cetak uang dengan menjual banyak sekali polis asuransi

    Like

  5. Baca pengantarnya jadi ingat awal saya kerja di tempat yang sekarang ini, kantor juga punya unit bisnis, produksi dan jasa. Masa jayanya bagi karyawan secara finansial. Lalu muncul aturan dari kementerian, kalau tak boleh lagi menjalankan unit bisnis. Terus kantor jadi sepi karena nggak banyak kegiatan, mengandalkan dana dari pemerintah buat ngadain kegiatan, dananya mepet.

    Like

  6. Di waktu kuliah dulu, saya pernah belajar ilmu komputasi cuma dasar-dasarnya saja sih. Duh cita-cita Pei Qing Hua yang pengen jadi ahli komputasi ini bagus dan untuk dunia kerja saat ini bener2 relate ya. Teman2 pembaca juga bisa mencoba mengikuti jejak Pei Qing Hua.

    Like

  7. Wuaaah ceritanya bagus! Jadi pengen nonton. Udah kucari di iQiyi ga ada huhu. Andalanku kalau nonton drama China tuh di iQiyi. Btw aku belum kenal kedua pemain prianya. Berarti aku masih kurang banyak nonton dracin ya haha. Taunya cuma Miles Wei dan Luo Xunyi. Thanks ulasannya. Keren!

    Like

  8. aku setuju banget kerjaan sales itu nggak mudah, makanya jangan sepelehin sales hehe, tekanannya tinggi dan ketemu berbagai macem karakter manusia yang aneh-aneh di dunia ini hehe. Ternyata asik juga ya nonton drama cina gini, ceritanya layak tonton pula. Penasaran mba 😀

    Like

  9. Wah ulasannya lengkap banget nih. Meten banget bagi aku yang bukan pecinta drakor hehee.. tapi jadi penasaran gini. Semangat meraih mimpi yang bikin semangat nih. Terimakasih kak

    Like

  10. Kalau menilik reviewnya, sepertinya drama ini cocok banget ditonton anak-anak muda yang serius ingin menjadi entrepreneur. Terutama di bidang teknologi komputer dan pengembangan dunia informasi. Barangkali aja, drama ini bisa menghilhami mereka untuk tidak lelah untuk berusaha dan berkarya sesuai dengan bidang yang mereka kuasai dan cintai.

    Saya setuju dengan rangkaian kalimat bahwa MENJADI SALES ITU TIDAK MUDAH. Banyak bidang keilmuan yang harus dikuasai dan dipahami agar bisa menjadi seorang Salesman/Salesgirl yang berkualitas dan mumpuni. Teori hanya pendukung karena pada kenyataannya jam terbang menghadapi ribuan karakter oranglah yang bisa membimbing kita memahami lebih jauh akan dunia sales.

    Like

  11. Angle nya Pei Qing Hua lagi begitu seperti Nicky Tirta, eh hehe.
    Drama ini banyak pelajaran yang bisa diambil ya, terutama urusan pekerjaan, sehingga bisa dapat gambarannya juga

    Like

  12. Baik drama ataupun kehidupan real, Aku Salut dengan pemerintahannya yang selalu Mendukung hal-hal buat kemajuan rakyatnya. Lihat drama ini jadi berasa melihat kehidupan nyata di china ya kak

    Like

  13. Pesan di poin ketiga sih tentang produk dalam negeri sebaiknya jadi tuan rumah di negeri sendiri yang semoga saja bisa ditiru oleh banyak anak muda di tanah air kita.

    Wah kalau nonton Our Times jadi bisa belajar banyak tentang betapa nggak mudahnya meniti karir sebagai sales ya.

    Like

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Blog at WordPress.com.