https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=G-8K50HN0MMT window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag(‘js’, new Date()); gtag(‘config’, ‘G-8K50HN0MMT’);

The Reborn Fachry: Ternyata Autis Bisa Disembuhkan Atas Izin Allah


The Reborn Fachry judul buku yang mengisahkan perjuangan orang tua seorang anak penyandang autisme (autisi) bernama Fachry yang berhasil sembuh tanpa bekas. Saya mendapatkan langsung harta karun ini dari ibunda Fachry, Ibu Chairita Miranda Siregar dan suami beliau yang merupakan penulis, Bapak Freddy Faldi Syukur.

Sebetulnya saya lebih dulu mengenal Ibu Ita dan Pak Freddy, demikian panggilan keduanya lewat Zoom Online. Dua tahun berturut-turut, 2020-2021 keduanya mengisi materi di Hari Peringatan Autisme Sedunia yang diselenggarakan setiap April oleh KIDABA, Klinik Intervensi Dini Applied Behavior Analysis, tempat putra saya, Rashif menjalani terapi dan pengobatan khusus autisme sampai hari ini.

Identitas Buku dan Profil Penulis

Buku ini sementara hanya bisa didapatkan eksklusif melalui penulis atau pemesanan melalui admin KIDABA. Berikut adalah identitas buku The Reborn Fachry, serta sekilas profil penulis.

  • Judul Buku: The Reborn Fachry (Kisah Perjuangan Fachry Sembuh dari Autis)
  • Penulis: Freddy Faldi Syukur
  • Tahun terbit: 2021
  • Editor: Mutia
  • Desain cover: Mang Dana
  • Penerbit: Fitrah Ilhami Publishing
  • Jumlah halaman: 154 halaman
  • Harga buku: Rp 120 ribu

Freddy Faldi Syukur seorang manusia pembelajar di Universitas Kehidupan. Ultimate goalnya menjadi The Enlightener dan Potential Initiator, seorang pencerah yang mengeksplorasi potensi terbaik setiap orang.

Ayah Fachry ini sebenarnya berlatar belakang Pendidikan Akuntansi, tapi menaruh kepedulian tinggi terhadap dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tak heran beliau juga dipanggil Guru Dahsyat.

Bapak Freddy bersama istri membuka Miracle Kids Preschool. Harapannya membangun generasi insan cemerlang dengan keterlibatan aktif orang tua dan guru yang kelak berkembang ke berbagai tingkatan, hingga pendidikan SMA.

Beberapa buah karya beliau dalam bentuk buku, antara lain Menjadi Guru Dahsyat Guru yang Memikat dan Mendidik dengan Tujuh Nilai Keajaiban yang diterbitkan Simbiosa Rekatama, Bandung.

Bapak Freddy seorang pembelajar dan terus mengembangkan diri melalui pelatihan, workshop, dan seminar. Beliau belajar bersama guru-guru dahsyat lainnya di Indonesia, seperti Bapak Adi W Gunawan, Andrias Harefa, Tung Desem Waringin, Hari Subagya, Aris Ahmad Jaya, dan Ustaz Samsul Arifin.

Saat ini Bapak Freddy membersamai guru-guru PAUD dalam peningkatan kompetensi di LSK Jakarta, sebagai trainer di PT ABCo Sugesti Motivatindo, coach untuk Kelas Menulis Inspiratid, dan tak ketinggalan bersama istri mendirikan Anak Cemerlang Autism Center yang membersamai para orang tua dan anak-anak autis menuju Kota Kesembuhan.

Motto hidupnya adalah Zhi Fu Shu Guanrong, yang artinya soleh itu mulia, kaya itu terhormat, dan cerdas itu bermanfaat. Bagi yang berkenan menghubungi beliau bisa melalui nomor ponsel 082287190679, email di freddyfaldi@gmail.com, dan Facebook/ Instagram Freddy Faldi Syukur.

Review Buku The Reborn Fachry

“Anak Anda aneh,” dokter spesialis itu menatap heran Fachry yang superaktif dan belum bisa berbicara, padahal usianya sudah menginjak tiga tahun. Saya bisa membayangkan gimana rasanya berada di posisi Pak Freddy dan Bu Ita waktu itu.

Terpukul pasti, miris apalagi. Komentar tersebut justru mereka dengar dari mulut seorang dokter yang diharapkan bisa menolong anak mereka. Ucapan sang dokter benar-benar menjatuhkan psikis orang tua pasiennya.

Muhammad Rifqy Chairandi Syukur tumbuh dan berkembang layaknya bayi pada umumnya di beberapa bulan pertama kelahiran. Begitu Fachry menginjak enam bulan, Bu Ita menyadari ada yang berbeda dari putra keduanya itu.

Kegudahan ini muncul karena sang ibu merasakan Fachry berbeda dari abangnya. Bayi mungil kelahiran 17 Mei 2007 itu tidak pernah mau melakukan kontak mata. Padahal umumnya bayi sejak lahir sudah memiliki senyum dan mimik wajah sebagai bahasa sosial.

Fachry tidak memilikinya. Wajahnya datar, minim ekspresi. Dia tak pernah merespons saat namanya dipanggil.

Pak Freddy menangkap kerisauan istrinya. Sejak itu perjalanan mereka dimulai, menemukan dokter yang bisa menjawab rasa penasaran mereka akan kondisi Fachry.

Shopping Doctor

Semakin besar Fachry tampak semakin berbeda. Dia tak kunjung bicara hingga berumur dua tahun. Dokter anak yang didatangi terus menyarankan Pak Freddy dan Bu Ita menunggu enam bulan berikutnya, kemudian ditambah enam bulan berikutnya, hingga tak terasa usia Fachry terus bertambah dan tetap saja tak bisa bicara.

Tak terhitung berapa dokter sudah Pak Freddy dan Bu Ita datangi. Mereka tetap pulang dengan tangan hampa. Hingga tiba waktunya Fachry memasuki usia TK, pasangan ini bingung harus memasukkan putranya ke sekolah mana karena mau disekolahkan di TK mana pun, Fachry tetap tak ada kemajuan.

Tiba-tiba Pak Freddy dan Bu Ita terpikir mendirikan Yayasan Generasi Insan Cemerlang yang menaungi Miracle Kids Play School di Kota Dumai, Riau. Mereka pikir kalo mereka punya sekolah sendiri, mereka lebih bisa mengawasi keseharian Fachry.

Guru-guru di sekolah kepunyaan mereka bisa memberi perhatian lebih untuk Fachry. Pak Freddy menceritakan dalam buku ini betapa ide nekat mereka tetap tak berkontribusi apa-apa untuk permasalahan Fachry.

Begitu curiga buah hati mereka autis, Pak Freddy dan Bu Ita mendatangi berbagai klinik dan tempat terapi autisme untuk mengobati Fachry. Biaya yang mereka keluarkan tentu tidak murah untuk terapi dan obat-obatan. Nyali keduanya sempat ciut ketika mengetahui Fachry harus menjalani cek labor yang menghabiskan dana puluhan juta rupiah.

Tanpa sengaja saat berpindah dari satu tempat terapi ke tempat terapi lainnya, Bu Ita memungut sebuah flyer berisi informasi tentang pelaksanaan seminar dalam rangka memperingati Hari Autis Sedunia di Palembang. Di sana lah mereka mengenal nama Rudy Sutadi, dokter spesialis anak sekaligus konsultan ahli autisme dari KIDABA.

Emosi saya naik turun membaca perjalanan Pak Freddy dan Bu Ita mengejar kesembuhan Fachry dimulai halaman 64. Pasangan suami istri ini nekat terbang ke Kota Pahlawan bertemu dr Rudy yang sedang mengisi workshop di sana.

Ada juga sisipan kisah Fachry yang sempat hilang di Surabaya ketika Pak Freddy dan Bu Ita tengah berkonsultasi dengan dr Astri dan dr Rudy. Bagaimana Pak Freddy sangat kalut mencari putranya yang pergi entah kemana, hingga akhirnya bertemu kembali.

Menjadi Terapis

Proses hijrah Ibu Ita saat memutuskan menjadi terapis utama untuk putranya tak kalah mengharukan, membuat saya meneteskan air mata. Sang ibu berbaur dengan terapis-terapis lain yang usianya mungkin jauh lebih muda dari beliau, tanpa menerima pembedaan dan perlakuan istimewa dari dr Rudy.

Training mulai jam 7 pagi dan berakhir jam 5 sore. Selesai pelatihan, Bu Ita belum bisa santai. Dia masih harus mengerjakan buku komunikasi dan laporan simulasi.

Saya salut dengan prinsip belajar Bu Ita, bahwa jangan terus-terusan disuapin, jangan terus-terusan diajari, harus mampu mandiri dan belajar sendiri. Kalo gak mengerti benar, baru bertanya. Semangat Bu Ita ini menular ke Nora, terapis kedua Fachry yang juga menjalani training bersama beliau.

Begitu dinyatakan lulus ujian sebagai terapis, perjuangan baru dimulai. Pak Freddy menuliskan bagaimana beliau bersama ibu mertua membawa Fachry menyusul Bu Ita ke Jakarta. Bagaimana sulitnya mereka mencari jam penerbangan dikarenakan Riau saat itu tengah bencana kabut asap.

Pak Freddy juga bercerita bagaimana di Jakarta istrinya memegang langsung terapi putranya. Bagaimana Bu Ita menjalankan kurikulum khusus untuk Fachry di bawah supervisi Ibu Arneliza Anwar. Bagaimana akhirnya Fachry diperkenankan pulang ke Dumai dan menjalani home-base therapy hingga dinyatakan sembuh tanpa bekas, bicara, dan bersekolah di sekolah reguler.

Masya Allah. Saya belajar banyak dari Pak Freddy dan Bu Ita yang begitu sabar menyelesaikan episode demi episode kehidupan mereka dalam membersamai sang putra yang autisi. Rasa kagum saya tak hingga pada Bu Ita yang begitu telaten menjemput ilmu Allah untuk kesembuhan putra kesayangannya melalui dr Rudy dan Bu Liza.

Alhamdulillah Fachry saat ini duduk sebagai siswa SMP Sains Quran Pekanbaru. Mantan autisi ini bisa mengejar ketertinggalan, meski baru memulai terapi penyembuhan dengan metode Smart ABA saat menginjak usia 7-8 tahun.

The Reborn Fachry mengajarkan kita bahwa tak ada kata terlambat dalam mengejar kesembuhan untuk anak kita yang autisi. Intervensi dini memang sebaiknya di lakukan sebelum anak berumur tiga tahun. Tujuannya untuk mempercepat proses penyembuhan.

Namun, bukan berarti anak-anak autisi yang mulai diterapi setelah berusia tiga tahun tidak bisa sembuh. SALAH BESAR. Fachry buktinya.

Autis Bisa Sembuh Atas Izin Allah

Dokter Rudy Sutadi memberi sedikit kata pengantar untuk buku ini. Menarik sekali membaca pemaparan beliau tentang fenomena autism spectrum disorder (ASD).

Jumlah autisi di seluruh dunia semakin hari semakin meningkat. Autisme di Amerika Serikat, sebut dr Rudy bahkan sudah disebut sebagai wabah. Perbandingannya 1:48. Artinya, satu dari 48 anak di AS memiliki gejala spektrum autisme.

Bagaimana kondisi di Indonesia? Kayaknya tenang-tenang saja tuh. Belanda masih jauh, begitu mungkin yang diistilahkan oleh mereka yang tidak tahu.

Sayang insiden dan prevalensi penyandang autisme yang semakin hari semakin banyak ini, sebut dr Rudy tidak dibarengi dengan pengetahuan dokter tentang autisme, mulai dari skriningnya, diagnosisnya, hingga terapinya. Materi khusus ini tidak didapatkan menyeluruh oleh mahasiswa kedokteran di bangku kuliah, bahkan saat mereka mengambil pendidikan spesialis.

Dokter Rudy bilang autisme saat ini memang sudah mulai masuk dalam daftar kompetensi dokter spesialis anak. Namun, beliau khawatir ini hanya berlaku di atas kertas saja oleh karena autisme belum menjadi penyakit prioritas di Indonesia.

Masih banyak penyakit-penyakit lain yang ‘katanya’ lebih layak dan lebih prioritas, sehingga kalau pun materi tentang autisme ini diajarkan, ya sekilas saja, tidak diujikan secara tertulis, ujian lisan, apalagi melibatkan pasien autisi.

Banyak rumah sakit besar, bahkan rumah sakit institusi pendidikan dan swasta menerapkan terapi yang sebenarnya bukan terapi untuk autisme. Dokter Rudy menyebut terapi wicara, terapi okupasi, terapi sensori integrasi, dan terapi perilaku BUKAN terapi untuk autisme.

Terapi Wicara

Terapi wicara dikembangkan untuk pasien tuna rungu, pasca cochlear implant, bibir sumbing, pasca stroke, dan gagap. Entah siapa yang memulai terapi wicara untuk autisi hanya karena anak-anak autisi ini belum bisa bicara.

Padahal, sebut dr Rudy, terapi wicara atau speech therapy diberikan untuk pasien yang bermasalah pada speech-nya, bukan pre-speech-nya. Nah, anak autisi belum bisa bicara karena bermasalah pada pre-speechnya, sehingga bukan terapi wicara solusinya.

Terapi Okupasi

Terapi okupasi diberikan untuk melatih pasien yang bermasalah pada motorik halus supaya bisa melakukan fungsinya, misalnya menulis, menunjuk, bersalaman, memegang alat, dan sebagainya. Dokter Rudy menyebut anak autisi tidak ada masalah pada motorik dan otot-ototnya.

Anak autisi ini yang perlu dilatih adalah otaknya, bukan ototnya.

Dr Rudy Sutadi, SpA, MARS, SpdI

Terapi Sensori Integrasi

Terapi sensori integrasi oleh New York State Department of Health sama sekali tidak direkomendasikan untuk diterapkan pada autisi. Tidak ada bukti yang mendukung penggunaan sensori integrasi untuk autisme.

Terapi Perilaku

Terakhir, terapi perilaku juga bukan untuk autisme, melainkan untuk menangani perilaku-perilaku patologis (sakit), misalnya fobia, chronic pain, alkoholisme, stres kronis, depresi, ansietas, insomnia, percobaan bunuh diri, obesitas, anoreksia, kecanduan narkotika, dan lainnya.

Terapi ABA dan BIT

Hanya ada dua terapi untuk autisi yang terbukti efektif melalui penelitian ilmiah puluhan tahun. Ia adalah Applied Behavior Analysis (ABA) dan Biomedical Intervention Therapy (BIT).

ABA mengajarkan berbagai kemampuan, meliputi bicara, bahasa, akademik, sosial, kemandirian. BIT terdiri dari diet komprehensif, obat, dan suplemen untuk memperbaiki masalah biologis dan neurologis pada autisi.

Buku The Reborn Fachry cocok menjadi bacaan pertama para orang tua yang anaknya baru saja didiagnosis autisme. Saya merasakan sekali bagaimana gamangnya saya dahulu awal-awal dokter memvonis Rashif autis.

Perjuangan Pak Freddy, Bu Ita, dan Fachry sendiri dalam buku ini bisa menjadi energi penyemangat untuk seluruh orang tua pejuang autisi di Indonesia. Buku ini bahkan memuat ciri dan gejala autisme, berdasarkan apa yang dijumpai pada Fachry dan ciri-ciri umum lainnya. Tak ketinggalan, lampiran kurikulum terapi Fachry yang bisa menjadi gambaran bagi orang tua autisi yang ingin menjalankan terapi ABA untuk buah hati.

Bagi yang berminat hendak memiliki buku ini, silakan hubungi penulis, atau chat langsung di nomor di bawah ini.

Selalu ingat, tak ada satu hal pun di dunia ini yang luput dari pengawasan Allah. Mintalah hanya kepada Allah. Kemampuan kita sebagai orang tua dalam mendidik anak ada batasnya, tapi pertolongan Allah tiada berbatas. Sepantasnya kita mengiring proses mendidik dan membersamai anak-anak kita dengan doa.

Percaya pada Allah. Autisme ini hanya penyakit kecil bagi-Nya. Autisme bisa sembuh, autism is curable, insya Allah.


17 responses to “The Reborn Fachry: Ternyata Autis Bisa Disembuhkan Atas Izin Allah”

  1. Berarti bener ya kak Mutia, autism is curable. Dan mitos bahwa anak di atas 3 tahun yang terapi autism gak bisa sembuh beneran cuma mitos. Merinding baca kisah Fachri.
    Semangat kak Mutia.. rashif insyaAllah segera sembuh.. Aamiin

    Like

  2. Masya Allah Fachri. Aku nggak bisa membayangkan betapa besar perjuangan orang tuanya untuk bisa membantu Fachri menerapi autisnya. Tentu butuh perjuangan yang besar. Belum lagi juga menghadapi berbagai stigma masyarakat terhadap anak autis.

    Aku pernah membantu di pusat terapi anak berkebutuhan khusus. Dari situ, aku melihat betapa besarnya perjuangan para terapis membimbing ABK. Terus, aku juga pernah terjun bersama Psikologi Peduli dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang autis.

    Semoga nggak ada lagi stigma karena autis itu bukan pilihan melainkan memang sudah bawaan dari lahir.

    Like

  3. Sangat menginspirasi buku ini. Saya juga sedang punya anak usia 17 bulan dan belum juga bisa bicara sampai saat ini. Selain itu, anak saya tidak juga mau menoleh saat namanya dipanggil. Saya lumayan khawatir. Saya harap anak saya normal saja sih. Terbayang bagaimana sibuk dan usaha ekstra bagi orang tua dari anak autisi. Do’akan ya Mbak.. Semoga anak saya segera bisa bicara dan responnya baik.

    Like

  4. Masyaallah, dibalik cerita fachri yang luar biasa, peran serta orang tua dalam membantu fachri untuk sembuh lebih hebat lagi menurut saya, tetap semangat buat para orang tua 😍

    Like

  5. Terharu.

    Ternyata bahkan autisi pun bisa disembuhkan atas izin Allah SWT dengan berbagai ikhtiar usaha yang dilakukan orangtuanya. MasyaAllah.

    Like

  6. Autism is curable..atas izin Allah, Insya Allah Rashif juga akan sembuh.Aamiin
    Senang membaca buku seperti The Reborn Fachry ini. Energi positif akan terbagi pada para orang tua anak autisi, juga memberikan wawasan pun semangat bagi semua bahwa segala sesuatu bisa diperjuangkan.
    Salut akan semangat orang tua Fachry, Pak Freddy dan Bu Ita.

    Like

  7. Editor bukunya Mutia Ramadhani kah ini..? Saya bacanya Mutia. Blm baca isi bukunya aja udah terharu juga nih, huhuu .. trus saking banyaknya dokter yg sudah dikunjungi sampai shopping dokter yaa. Sukaaa banget ama prinsip hidup Pak Freddy ini soleh itu mulia, kaya itu terhormat, dan cerdas itu bermanfaat. Well noted. Tfs yaa Muthe ^^

    Like

  8. MasyaAllah, fachry sangat beruntung juga ya mba punya orangtua yang all out mendampinginya. Aku kepikiran sama anak-anak yang ngga ada pendampingan seperti fachry ini. punya tetangga yang juga punya autism, kedua orangtuanya sudah meninggal, jadi sekarang dia ikut budenya.

    Like

  9. Muar biasa sekali perjuangan ibu Ita dan suaminya untuk Fachry. Alhamdulillah, sekarang Fachry sudah sembuh dan bisa mengejar pendiddkannya yang tertinggal. Memang kalau kita terus menerua berusaha maka Allah akan mewujudkan harapan-harapan kita.

    Like

  10. Masya Allah, merinding bacanya, dibalik anak yang punya kelebihan istimewa ini, orang tuanya pasti lebih istimewa 🙂 luar biasa ya, hasil gak pernah mengkhianati usaha, apalagi jika diusahakan sambil berserah semua hasilnya sama Allah 🙂

    Like

  11. Pastinya perjuangan yang luar biasa ya yang dirangkum dalam buku ini. Perjalanan percaya bahwa semuanya datangnya dari Allah pasti inshaAllah akan ditemukan jalannya juga ya kak.

    Like

  12. MasyaAllah. Kisah tentang Fachry bisa menginspirasi para orang tua yang mempunyai anak istimewa. Semua perjuangan yang dilakukan orang tua Fachry memberikan hasil yang membahagiakan dan bikin terharu.

    Like

  13. Berarti bener ya janji Allah, tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Asal kita berikhtiar sebaik mungkin dan Allah mengizinkan, bahkan Autis pun bisa disembuhkan. Kisah Fachry ini sukses bikin merinding. Wajib dibaca buat seluruh orangtua nih, yang nggak punya anak Autis pun juga perlu baca, agar nggak pernah give up dalam mendampingi anak-anaknya. Seberat apapun masalahnya, insya Allah bisa teratasi jika kita selalu melibatkan Allah di setiap prosesnya.

    Like

  14. Izin komen ya Bun. Kalau saya menganggap autis tidak bs disembuhkan, hanya saja gejala2 nya yang berkurang. Namun gejala yang tadinya tidak muncul di awal2 tahun, bs jadi baru muncul belakangan. Dan menurut saya autis itu spectrum, dmn satu anak autis berbeda dgn autis yg lain. Terapi SI/OT mungkin bermanfaat pada sebagian anak autis, yg notabene mereka mengalami delayed development pada skill2 tertentu (misal motorik kasar, halus dll). But at the end, thanks untuk sharingnya yang bisa menjadi motivasi bagi para ortu dgn anak autis.

    Like

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Blog at WordPress.com.