https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=G-8K50HN0MMT window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag(‘js’, new Date()); gtag(‘config’, ‘G-8K50HN0MMT’);

Kuatkan Hubungan Anak Autis dengan Saudara Kandung


Autisme memengaruhi hubungan keluarga dalam berbagai cara, tak terkecuali antara anak autis dengan saudara kandungnya. Sering kali orang tua menganggap anak autis hanya mendatangkan masalah bagi saudara kandungnya di rumah.

Saya punya pandangan berbeda. Bukan autisme yang menjadikan seorang anak disabilitas, melainkan kegagalan orang tua menguatkan hubungan anaknya yang autis dengan saudara kandungnya lah yang menjadikan si anak disabilitas.

Putri sulung saya, Maetami (5 tahun) memiliki dua orang adik laki-laki kembar yang salah satunya didiagnosis Autism Spectrum Disorder (ASD). Rashif (2 tahun) telah menjalani terapi khusus autisme sejak 18 bulan dan masih berlangsung sampai saya menerbitkan tulisan ini.

Memberi Pemahaman Anak Tentang Autisme

Siapa saja pasti pernah mengalami pasang surut hubungan dengan saudara kandung. Waktu kecil, saya senang sekali bermain dengan adik laki-laki saya. Namun, ada kalanya kami bertengkar, berselisih paham, dan bersaing mendapat perhatian orang tua.

Punya saudara autis kondisinya mirip dengan saudara kandung saya tadi. Kadang menyenangkan, kadang menantang.

Putri saya, Maetami sering kali perhatian, sayang, tanggap, dan toleran terhadap adiknya yang autis. Namun, kadang Maetami bisa takut, sedih, cemas, dan bingung ketika bersama adiknya itu.

Apa yang dirasakan putri saya tersebut sangat normal. Tugas saya adalah membantu Maetami memahami kondisi adiknya yang autis untuk menguatkan hubungan persaudaraan antara keduanya. Bagaimana caranya?

1. Jelaskan autisme kepada anak dengan bahasa yang mudah dimengerti

Anak-anak kita yang normal perlu mengetahui kondisi saudara kandungnya yang autis. Kalo anaknya seumuran Maetami, masih balita, pastikan kita menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

Seiring bertambahnya usia, anak-anak kita yang normal pasti menyadari saudara kandungnya yang autis berperilaku berbeda dari anak lain. Pastinya anak-anak kita akan mengajukan lebih banyak pertanyaan terkait kondisi saudara kandungnya itu. Nah, baru lah kita bisa memperluas informasinya pada mereka.

Saya biasanya memancing Maetami dengan pertanyaan dulu, baru kemudian mencari waktu yang pas untuk menjelaskan kondisi Rashif pada kakaknya. Begitu Maetami bertanya, “Bun, Rashif kalo main mobil kok cuma muter-muterin rodanya aja?”

Saya jawab, “Rashif sedang sakit. Jadi, cara mainnya beda dengan cara main kakak. Makanya Rashif sekarang setiap hari ‘sekolah’ supaya sembuh dan bisa main yang benar sama kakak.”

Saya menggunakan kata ‘sekolah’ karena Maetami tahu adiknya setiap hari terapi di klinik intervensi dini khusus autisme di Bekasi.

Maetami juga pernah bertanya, “Bun, Rashif kok suka gigit sih?” Rashif dulu berulang kali berperilaku destruktif dan menyerang orang lain yang mendekatinya karena dianggap sebagai ancaman. Alhasil kakak dan adiknya sering menjadi korban.

Saya jawab, “Rashif itu kepalanya sedang sakit, makanya masih diobati Dokter Rudy. Kalo Rashif sedang main sendiri, sebaiknya kakak jangan dekati Rashif dulu. Biarkan saja adik sendiri.”

Saya menggunakan istilah ‘kepala’ untuk menggambarkan kognitif atau kemampuan berpikir Rashif yang kurang. Dokter Rudy adalah dokter dan konsultan ahli autisme yang menterapi anak saya.

Saya juga gak pernah bosan ketika Maetami keesokan harinya atau lusa bertanya pertanyaan sama. Siap-siap jika kita harus memberikan jawaban yang sama beberapa kali.

2. Luangkan waktu khusus untuk saudara kandung anak autis

Semua anak pasti ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan ayah atau ibunya, tanpa kehadiran saudaranya yang lain. Ketika anak autis kita sedang bermain mandiri, kita bisa mengalihkan perhatian penuh pada kakak atau adiknya.

Ini mengirimkan pesan pada anak kita yang normal bahwa ayah ibunya tetap ada untuknya. Semua anak adalah kesayangan, tidak ada yang dibedakan. Ada banyak cara meluangkan waktu khusus untuk saudara kandung anak autis, seperti:

  • Luangkan waktu ngelonin si kakak, membacakan dongeng sebelum tidur, atau memeluknya 5-10 menit di pagi hari sembari memberi sugesti positif tentang hal-hal baik yang telah dilakukannya.
  • Dengarkan si kakak ketika dia ingin memberi tahu kita sesuatu, apa saja, meski kita tengah memasak, tengah menyuapkan adiknya makan, pokoknya jaga kontak mata tetap positif.
  • Sesekali luangkan waktu lebih lama untuk si kakak, entah itu menemaninya berenang, menonton film kesukaannya, atau menyuapkannya makan.
  • Apabila si adik yang autis sedang anteng dan mau bersama yang lain, misalnya sama kakeknya, neneknya, atau papanya, gunakan waktu tersebut untuk menemani si kakak.

3. Temukan waktu yang pas agar semua anak bisa menghabiskan waktu bersama

Namanya saudara kandung, mau itu anak normal atau pun ada yang anak istimewa, pasti hubungan mereka positif satu sama lain. Hanya saja ada kalanya mereka tidak dekat dan merespons negatif, mungkin karena saudara yang normal kesulitan berkomunikasi dan bersosialisasi dengan adik atau kakaknya yang autis.

Salah satu cara mendorong hubungan mereka lebih dekat adalah menemukan waktu yang pas agar mereka mau menghabiskan waktu bersama. Mereka bisa main bareng, senang-senang bareng, dan berinteraksi satu sama lain.

Contoh sederhana, ketiga anak saya, mau itu Maetami, Rashif, atau Rangin senang bermain kejar-kejaran dan sama-sama suka makan buah. Carilah waktu supaya mereka melakukan itu bersama, sehingga hubungan persaudaraan semakin erat.

4. Waspada perasaan negatif anak ke saudara kandungnya yang autis

Anak-anak kita yang normal pasti butuh waktu menyesuaikan diri dengan saudaranya yang istimewa. Apalagi kalo anak-anak kita ini semuanya masih balita, seperti ketiga anak saya.

Bentuk-bentuk perasaan negatif yang mungkin muncul itu banyak sekali. Berikut contoh yang sering dihadapi putri saya terhadap adiknya yang autis:

  • Si kakak cemburu karena papa dan ibun menghabiskan lebih banyak waktu untuk adik.
  • Si kakak berkecil hati dan sedih karena adiknya gak mau main sama dia.
  • Si kakak marah karena kesannya kalo ada masalah selalu dia yang disalahkan, sementara adik selalu dibela.
  • Si kakak malu orang lain ngelihatin keanehan adiknya ketika keluarga sedang jalan-jalan keluar rumah.
  • Si kakak merasa bersalah karena sudah marah-marah ke adik.
  • Si kakak pengen ngajak orang lain berkelahi lantaran sudah mengolok-olok adiknya.
  • Si kakak kesal karena seperti dituntut terus-terusan jadi pengasuh adiknya.

Kita sebagai orang tua perlu menyadari perasaan anak kita yang normal dan mau mengakuinya. Kadang Maetami bilang ke saya, “Mae gak suka main sama Rashif. Rashif ngambil mainan Mae terus.”

Nah, saya berkomentar, “Iya ya kak, ibun ngerti, pasti kakak gak suka adik begitu. Pasti Rashif bikin kakak kesal dan marah.”

Eh, ujung-ujungnya Maetami bilang lagi, “Bun, Mae gak apa-apa kok. Adik kan masih kecil. Mae kan udah besar. Mae pintar.” Masya Allah, tabarakallah.

Kita juga bisa membantu anak kita melepaskan emosinya secara positif. Maetami misalnya suka menggambar dan mewarna. Saat marah, saya bisa menawarkannya kegiatan tersebut, sehingga Maetami bisa lupa pada apa yang baru saja terjadi.

anak autis dan saudara kandung

Selalu ada pelajaran bisa dipetik anak kita yang memiliki saudara kandung autis. Dibanding anak lain, anak kita mungkin lebih dewasa dan lebih bisa berempati. Mereka juga lebih bisa bersyukur.

Cinta, empati, dan syukur. Bukankah ketiganya ini bisa menjadikan anak kita anak hebat dan kuat?


20 responses to “Kuatkan Hubungan Anak Autis dengan Saudara Kandung”

  1. Peluk mbak Mutia. Keren banget mbaaak, beneran. Sabarnya, pengertiannya, penerimaannya, duh ya Tuhan. Sehat2 ya untuk kak Mae dan sikembar. Buat Rashif juga sehat🥰

    Like

  2. Alhamdulillah Mbak kalau saudaranya bisa bermain dengannya yang memiliki autis. Takutnya kan kalau misalnya hubungan antarsaudara itu kurang baik, jadinya malah merasa tersingkirkan. Itu nggak bagus jadinya nanti.

    Like

  3. Dengan meluangkan waktu khusus buat si kakaknya, jadi bikin di mengerti dan secure ya bahwa ibu ada buat dirinya juga, gak melulu merhatiin adeknya, noted. Ibu harus adil dalam membagi waktu kebersamaan dengan anak-anaknya ya

    Like

  4. Jadi memang antar saudara itu harus ada bonding yang kuat ya mbak. Seneng baca cerita-cerita mbak Muthe tentang si kembar dan kakaknya. Walau mgkin riweuh tapi happy banget ya mbak di rumah ramai anak

    Like

  5. Alhamdulillah karenanya Kakak Mae bisa mengerti begitu juga Rangin dengan kondisi Rashif ya, Mbak Muthia
    Memang hubungan antar saudara kandung perlu dikuatkan sedari kecil agar hingga mereka dewasa nanti saling menjaga dan mencintai. Peluk sayang untuk ketiga putra-putrinya Mbak Muthia:)

    Like

  6. Masya Allah keren mbak. Memang Allah sudah mengetahui kapasitas hambaNya. Saya yang dikarunia anak dengan kondisi normal semua masih suka naik darah lihat keduanya berantem, mbak bisa sangat sabar menjelaskan dan memberi pengertian ke kakak. Salut mbak. Dan memang benar emosi anak harus diterima lebih dahulu ya.. sehingga ia tidak merasa diabaikan.

    Like

  7. Masyaallah kuat sekali orang ini, alla tidak salah menitipkan sesuatu hambanya. Insyallah surga menanti ibu disana
    Tetap semangat menjadi suri tauladan buah hatinya

    Like

  8. Masya Allah. Peluk virtual Mba.

    Semoga selalu semangat dan sabar dalam membersamai ketiga kesayangan Mba. Terharu bacanya. Hebat Dek Mae, masya Allah.

    Semoga terus akur dan saling sayang.

    Like

  9. Wah, luar biasa mbak dalam membimbing buah hatinya. Semoga selalu dilancarkan urusannya & anak2 bisa terus akur sampai besok besar ya. Mereka pasti tumbuh jadi anak baik & berbakti kepada orang tua 🙂

    Like

  10. Betull kak mutiaa. Cinta dan empati memang hal yang bikin anak2 bahkan kita orang dewasa jadi manusia yang kuat. Ditambah lagi dengan rada syukur, yakin banget Allah akan tambahkan nikmatnya.
    Mudah-mudahan kk dan adek sehat selaluuu😘

    Like

  11. Saya pernah kerja di klinik terapi autis kak, bukan terapisnya tp sbg admin. Selalu salut dengan para orangtuanya. Dan anak²nya juga hebat.. bahkan ada yg pinter banget komputer. Semoga sehat selalu yaa kk sekeluarga..

    Like

  12. Masya Allah, Alhamdulillah mba sudah punya pengetahuan cukup mengasuh anak autis dan interaksinya dengan saudara kandungnya. Jadi perkembangan keduanya positif ya

    Like

  13. Aaaah mba Muthia bikin aku melting ih.
    Beneran aku jadi teringat sama eks pasienku dulu. Bedanya pasienku itu kasusnya cerebral palsy yang terapinya dititik beratkan pada perkembangan motorik.
    Nah, saudara kandung si anak khusus ini bisa menjadi shadow therapist bagi saudaranya
    Memotivasi dan menjadi temen saat sesi terapi dan bikin masa terapi jadi lebih menyenangkan. Terutama buat aku sang therapist karena pasienku jadi lebih koperatif.
    Semoga rashif semakin pinter dan maetami juga tambah saling mengasihi

    Peluk sayang dari Medan

    Like

  14. Masyaallah, memang tidak mudah mengurus 3 anak dan salah satunya ada yang autis, kita sebagai ibu harus benar-benar bersabar baik dari dalam keluarga dan dari luar yang kadang omongannya lebih menyakitkan. Semangat ya mba, fighting!

    Like

  15. Kakak Mae pasti penyayang banget ini ya kak..soalnya dia sangat perhatian dan tau apa perbedaan adeknya yang kembar.
    Kalo udah begini, rasanya jadi love booster banget untuk semangat agar rashif sembuh dengan baik.

    Like

  16. mba muthe, aku kalo baca tentang anak autis dan saudara kandung jadi inget drakor it’s okay not to be okay, gimana si adiknya jagain terus kakanya yg autisme. semaangaaat mba muthe, sehat-sehat selalu yaaa sekeluarga. sharinganmu ini pasti bermanfaat ya buat ortu dengan anak autisme

    Like

  17. Kadang yang sering terjadi pergolakan ketika kelamin anak anak sama
    Karena mereka menuntut hak yang sama juga ketika salah satu dari mereka dianggap mendapatkan lebih.

    Like

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Blog at WordPress.com.