https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=G-8K50HN0MMT window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag(‘js’, new Date()); gtag(‘config’, ‘G-8K50HN0MMT’);

Hikmah Perjodohan Ala Inggit dan Arya di My Lecturer My Husband


Pengumuman dulu nih, tulisan saya berikut gak ada maksud ngasih tausiyah ya. Saya bukan Mamah Dedek atau Umi Pipik. Hehehe. Saya cuma mau sharing pelajaran yang bisa kita petik dari i-drama My Lecturer My Husband yang baru aja kelar episodenya di WeTV dan i-flix Jumat, 15 Januari 2020 lalu.

Buat yang belum sempat nonton seriesnya, atau pengen kepo jalan ceritanya, boleh intip dulu coretan saya berikut yang dibagi ke dalam part-1 dan part-2.

Nah, kali ini saya pengen ngebahas satu topik yang jadi simpul pertama cerita My Lecturer My Husband, yaitu perjodohan Inggit dan Arya.

Perjodohan keluarga mengantar pasangan dosen dan mahasiswa ini ke jenjang pernikahan. Perjodohan pula yang membuat Inggit dan Arya mau gak mau melalui biduk rumah tangga penuh liku.

Untungnya ini drama komedi romantis ya. Jadinya gak menguras air mata, malahan mengocok perut karena penonton dibikin ketawa melulu oleh tingkah polah dua sejoli ini. Saya gak kebayang kalo topik perjodohan yang begitu berat diangkat jadi drama yang berat pula ala sinetron Indonesia kebanyakan. Bisa-bisa baru episode satu, penonton langsung kabur.

Hikmah Perjodohan di My Lecturer My Husband

Inggita Almira Arundati alias Inggit (diperankan Prilly Latuconsina) adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi. Dia putri tunggal yang dibesarkan dengan budaya Jawa modern, mengingat kedua orang tuanya tinggal di Yogyakarta.

Inggit gak sama dengan gambaran anak orang kaya di film atau sinetron kebanyakan yang manja kayak tuan putri. Justru Inggit anak mandiri. Meski keras kepala, Inggit sangat sayang dan nurut sama kedua orang tuanya.

my lecturer my husband

Bisa ketebak kan kenapa Inggit gak melawan, apalagi sampai kawin lari sama pacarnya ketika orang tuanya menjodohkannya dengan pria lain.

Sadewa Bentara Arya alias Arya (diperankan Reza Rahadian) adalah dosen di kampus tempat Inggit kuliah. Dari namanya udah ketahuan ya, Arya juga lahir dari orang tua keturunan Jawa. Kelihatan kok dari beberapa dialog antara Arya dengan bapak dan ibu Inggit.

Arya dosen muda berwajah tampan, sangat pintar, tapi kaku kayak kanebo. Dia disebut dosen killer karena suka ngasih tugas bejibun. Arya suka mengabsen satu per satu muridnya di kelas, sehingga gak ada cerita mahasiswa bisa cabut pas jam mata kuliahnya.

Singkat cerita keduanya menikah dan berumah tangga. Butuh waktu lama sampai Inggit dan Arya bisa beradaptasi satu sama lain, apalagi Inggit memiliki kekasih, yaitu Tristan. Kesabaran dan ketulusan Arya akhirnya bisa membuat Inggit memilihnya.

Nah, dari serial ini bisa kita simpulkan bahwa gak selamanya menikah karena dijodohkan orang tua itu buruk. Berikut hikmah perjodohan pernikahan yang bisa kita petik dari menonton My Lecturer My Husband yang tayang sebanyak delapan episode ini.

1. Perjodohan tidak sama dengan kawin paksa

Seringnya orang salah paham dan menilai perjodohan itu buruk lantaran pasangan, umumnya wanita dipaksa buat menikah. Meski pun, saya gak menyangkal zaman modern seperti sekarang masih kerap terjadi kawin paksa di berbagai suku atau komunitas seluruh dunia.

Kawin paksa berbeda sama perjodohan loh. Skenario umum pada perjodohan adalah pria dan wanita diperkenalkan oleh keluarga, sahabat, atau kalo Muslim mengenal istilah taaruf, kemudian kedua belah pihak setuju untuk mengenal lebih dekat. Jika kedua pihak merasa cocok, maka hubungan berlanjut ke jenjang lebih serius, yaitu pernikahan.

my lecturer my husband

Ini terlihat pada percakapan Inggit dengan bapak ibunya di episode pertama. Begitu bapak Inggit yang sedang sakit kritis bilang dia ingin melihat putri satu-satunya menikah dengan pria baik yang telah disiapkan untuknya, Inggit mengatakan dia sudah punya pilihan sendiri.

“Bapak ingin sekali bisa ngerasain sama menyaksikan langsung anak bapak satu-satunya dilamar oleh laki-laki terbaik.”

“Iya nanti ya pak, Inggit kan masih kuliah.”

“Mumpung Gusti Allah masih ngasih bapak umur. Bapak gak yakin bisa ngedampingin kamu dalam waktu yang panjang.”

“Ih bapak gak boleh ngomong kayak gitu. Bapak pasti sehat, panjang umur, pasti bapak bisa nemenin Inggit terus.”

“Nduk, kamu jangan marah ya sama bapak. Bapak udah punya calon suami untuk kamu. Ya anggap aja ini adalah permintaan terakhir bapak untuk kamu.”

“Pak, Inggit udah punya pacar.”

“Alhamdulillah. Apa dia sudah siap melamar kamu?”

Tuh, Bapak Inggit gak menolak mentah-mentah pria pilihan putrinya, malah ingin bertemu. Sayangnya saat Inggit mencoba menghubungi Tristan dan menjelaskan kondisinya, Tristan menolak dengan banyak pertimbangan.

2. Menikah dengan jodoh pilihan orang tua tak selalu buruk

Film dan sinetron televisi berulang kali menyisipkan pesan bahwa perjodohan dan menikah karena dijodohkan orang tua itu gak masuk akal. Anak-anak pasti menentang, melawan, dan memperjuangkan kekasih pilihannya.

Kondisi demikian pasti ada ditemukan dalam kehidupan nyata. Namun, kebanyakan kasus yang saya temukan malah banyak orang menikah karena dijodohkan orang tua dan mereka tetap bahagia. Saya dan suami contohnya. Hehehe.

Kita gak usah lah kembali ke zaman Siti Nurbaya di mana orang tua zaman dulu nyaris semuanya produk perjodohan, tak terkecuali ayah ibu saya, papa mama mertua saya, bahkan kakek dan nenek saya.

Suami saya menikahi saya karena dijodohkan oleh orang tuanya. Dalam hal ini, papa mertua saya sudah mengenal saya sejak saya masih berstatus mahasiswa.

Suami saya gak menolak ketika dikenalkan pada saya waktu itu, toh dia pun masih sendiri. Saya pun gak menolak ketika berkenalan dengan suami saya waktu itu karena kondisinya sama, saya pun masih sendiri.

Kami berdua sepakat taaruf beberapa waktu karena menyadari kami sama-sama mencari jodoh untuk menikah. Seiring berjalan waktu, apabila kelak kami atau salah satu dari kami di tengah jalan bertemu dengan calon yang lebih cocok, kami sedia mundur. Eh, alhamdulillah kami berjodoh sampai punya tiga anak lucu saat ini.

my lecturer my husband

Perjodohan Inggit dan Arya sejak awal sudah diketahui Arya. Dalam hal ini Arya sudah mengenal Inggit sejak mereka bertemu di pesta ulang tahun Inggit ke-7. Arya diam-diam jatuh cinta pada Inggit ketika bertemu sebagai dosen dan mahasiswa di kampus.

“Bapak berpesan pada Mas Arya. Rasa-rasanya Mas Arya harus bisa lebih sabar untuk membimbing Inggit. Bapak bisa mengerti permasalahan-permasalahan apa saja yang kalian berdua akan hadapi. Ya rasa-rasanya terlalu klise kalo seandainya bapak ini mengatakan, kalian ini bisa belajar saling mencintai satu sama lainnya seiring berjalannya waktu. Klise. Tapi ada satu hal yang ingin bapak kasih tahu ke kamu Mas Arya. Bapak percaya, Mas Arya adalah laki-laki terbaik yang bapak pilih untuk bisa menemani anak bapak satu-satunya.”

“Pak, saya mungkin tidak bisa berjanji banyak-banyak. Tapi saya akan menjaga Inggit baik-baik dan berusaha sekuat tenaga saya, dengan hati untuk bisa membahagiakan Inggit, dan meletakkan kebahagiaan Inggit di atas kebahagiaan saya.”

Demikian petikan percakapan Arya dengan  bapak Inggit sebelum Inggit dan Arya bertemu setelah dijodohkan, kemudian menikah.

Orang tua tanpa ada embel-embel materi atau tujuan lain pasti merekomendasikan jodoh terbaik untuk anaknya. Bukankah sejak kecil kebanyakan keputusan kita berdasarkan pertimbangan orang tua?

Ibu yang memilihkan pakaian yang kita pakai. Ayah yang memilihkan ke sekolah mana kita akan bersekolah. Nyaris hasilnya adalah versi terbaik dari diri kita sekarang.

So, kalo ada orang tua ingin menjodohkan anaknya, kenapa si anak gak coba membuka diri dulu? Perkara jodoh atau gak, itu kembali lagi pada takdir Tuhan.

3. Jauh lebih baik menikahi seseorang yang niatnya memang menikah

Pria dan wanita punya ekspektasi berbeda ketika berhubungan. Ada yang niatnya memang menikah, sehingga tujuannya adalah bertemu dengan seseorang yang serius dan mau diajak berumah tangga. Ada pula yang tujuannya cuma main-main, sekadar pacaran, teman kondangan, teman malam minggu, atau ekstremnya teman tidur doang.

Selama menjalani fase berpacaran atau taaruf misalnya, kita bisa melihat pribadi pasangan, termasuk seberapa besar motivasinya hendak menikah. Niat jelas adalah jalur cepat membangun komunikasi mendalam dengan pasangan.

Kalo pacar kita memang niatnya menikah, dia akan terbuka membicarakan masalah yang benar-benar penting tentang kelanjutan hubungan dan rencana masa depan.

Bagi orang yang belum siap menikah, bertemu dengan pasangan yang ngebet banget pengen nikah mungkin rasanya seperti nyiksa banget. Beda halnya dengan orang yang siap menikah bertemu dengan orang yang siap menikah pula, jatuhnya malah sama-sama semangat.

Terlepas dari apapun niatnya, pernikahan bukan lah satu hal yang harus diburu-buru. Demikian juga halnya dengan mencintai seseorang.

Pada serial My Lecturer My Husband ini, Arya sadar bahwa Inggit belum bisa mencintainya. Masih ada Tristan duduk manis di ruang hati Inggit.

“Inggit, saya tahu kamu sudah punya pacar. Kamu tenang aja. Saya tidak akan menyentuh kamu kalo kamu tidak mengizinkan. Dan kalo kamu mau saya merahasiakan ini semua dari kampus, saya bersedia.”

Demikian janji Arya kepada Inggit. Arya begitu sabar memupuk sedikit demi sedikit cinta Inggit untuknya.

Berbagai cara Arya lakukan, meski Inggit melihatnya masih kaku. Arya rajin masakin sarapan buat Inggit. Arya mengalah ketika Inggit memindahkan foto pernikahan mereka yang menempel di dinding ruang utama ke kamar mandi.

Arya merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman Inggit, dari kampus, dan dari Tristan. Arya merawat Inggit saat sedang sakit. Arya bahkan ikhlas melepas Inggit yang memilih Tristan.

my lecturer my husband

“Kamu egois Inggit. Saya ngapain selama ini? Saya ngikutin apa yang kamu mau, yang menurut kamu paling ideal. Gak usah jadi suami ideal. Diam, urus saja urusan masing-masing. Itu yang kamu mau kan? Marah gak saya paper saya kena air? Saya diam. Masak dan makan urusan masing-masing aja mas, OK.”

“Ya tapi kan saya juga harus adaptasi sama itu.”

“Kamu pikir saya gak adaptasi? Kamu pikir saya pernah maksa emang waktu kamu menikah sama saya? Kita udah deal. Kamu protes, teman-teman kamu gak perlu tahu kita nikah, OK. Kamu gak mau ada pajangan foto pernikahan, OK. Saya oke-in semua. Pernah gak kamu ngertiin perasaan saya? Gak pernah.”

Demikian petikan dialog Arya dan Inggit di episode empat. Suatu malam, lagi hujan, keduanya bertengkar hebat. Endingnya adalah Inggit jatuh sakit dan Arya panik.

“Kenapa sih Mas Arya mau lakuin semua ini? Jauh-jauh dari Jakarta. Buang waktu Mas Arya cuma buat ngantarin saya ketemu sama Tristan. Ya saya tahu Mas Arya ngelakuin ini buat saya, tapi, gak masuk akal.”

“Kenapa gak masuk akal?”

“Karena kayaknya gak ada suami yang ngerelain istrinya sama cowok lain deh.”

“Kamu sendiri kan yang bilang sama saya kalo pernikahan ini bukan pernikahan sungguhan. Kamu mau tahu alasan saya sebenarnya? Saya punya janji sama bapak yang saya pegang terus sampai hari ini, bahwa saya akan meletakkan kebahagiaan kamu di atas kebahagiaan saya. Dan sepertinya memang, iya, kebahagiaan kamu dengan Tristan. Jadi, dalam hal ini saya hanya berusaha menepati janji saya.”

Menurut saya, tanpa disadari, pembicaraan Inggit dan Arya di episode kedelapan ini adalah kali pertama Inggit dengan sadar mulai jatuh hati pada Arya. Hatinya pelan-pelan luluh dengan ketulusan Arya.

4. Menikah tak harus dengan orang yang sudah dikenal lama

Melihat dan mengenal seseorang dalam waktu lama bukan lah prasyarat universal untuk menentukan pasangan hidup. Saya berulang kali ditanya teman-teman saya, bagaimana saya tahu Rifki adalah jodoh saya? Padahal kami baru beberapa bulan pacaran, tapi mantap lamaran.

Memang, pengalaman hidup dan kegagalan hubungan masa lalu mengajarkan kita sesuatu. Namun, itu bukan berarti kita mempersempit hati dan enggan membuka diri untuk berkomitmen dengan orang lain.

my lecturer my husband

Arya memang sudah kenal Inggit sejak kecil. Namun, mereka menjalani hidup masing-masing dan baru bertemu sebagai dosen dan mahasiswa selama satu semester alias 6 bulan di kampus. Arya bahkan menerima perjodohan dengan Inggit, tanpa sepengetahuan Inggit, padahal dia baru 3 bulan mengajar di kelas.

“Kalo kamu ingat ulang tahun kamu yang ketujuh, teman bapak kamu membawa anaknya, laki-laki. Saat itu anak itu baru satu tahun ditinggal oleh ibunya. Dia sangat merasa kehilangan. Tak lama kemudian bapaknya menikah lagi. Dia kehilangan senyumnya. Dia kehilangan semangatnya.”

“Anak itu ketemu kamu dan itu mengubah hidupnya. Untuk pertama kalinya Nggit, anak itu bisa senyum lagi. Dia menemukan kebahagiaannya.”

“Dan kamu jadi murid saya. Saya gak akan membuang kesempatan itu, apapun risikonya. Saya jatuh cinta sama kamu sejak saat itu, sejak ketemu kamu lagi di kampus. Tapi sekali lagi, kebahagiaan kamu di atas segalanya.”

Lagi-lagi ini pengakuan Arya pada Inggit di hotel, saat mereka menginap sebelum melanjutkan perjalanan ke Puskesmas Jayagiri di Lembang, Bandung. Adegan ini bisa kita tonton di episode terakhir (episode 8).

5. Kisah cinta orang tak selalu sama

Buat yang menikah karena dijodohkan orang tua, mungkin saja bertanya-tanya, mengapa kisah cintanya gak seperti di film-film roman, atau seperti di novel-novel cerita cinta? Kok kesannya perjodohan itu pasti mengantar kita ke pernikahan yang membosankan.

Ini juga yang sempat saya rasakan di awal-awal dulu. Mungkin saja suami saya merasakan hal sama. Hehehe. But, look at us now. Hampir delapan tahun bersama, saya gak pernah bosan jatuh cinta setiap hari pada suami saya.

Saya melihat betapa uniknya dia. Setiap hari seakan ada hal baru saya pelajari tentangnya.

my lecturer my husband

Arya juga merasakan hal sama pada Inggit. Dia gak pernah merasa terbebani meski pernikahannya dengan Inggit adalah produk perjodohan orang tuanya dengan orang tua Inggit.

“Ibu mau minta maaf sama kamu nak Arya. Pasti susah jadi suami Inggit. Inggit itu anak kami satu-satunya. Tanpa kami sadar, kami sudah sangat memanjakan Inggit. Pasti Inggit keras kepala dan banyak maunya.”

“Bu, sebagai dosen, kalo di kampus saya sudah cukup hapal sama sifatnya Inggit. Enam bulan kira-kira sudah bisa mengenal. Ya, lucu kalo lagi ada maunya.”

“Matur nuwun nak. Ibu lega sekarang. Ibu bisa menitipkan Inggit dengan tenang sama kamu.”

“Terima kasih bu. Terima kasih ibu sudah melahirkan, membesarkan seorang wanita yang menurut saya sangat istimewa.”

Aduuuh, Arya so sweet abis. Menantu idaman semua ibu. Percakapan Arya dengan ibu Inggit di telepon ini bisa disaksikan di episode empat.

Setiap orang punya kisah cinta masing-masing. Jadi, gak perlu membandingkan cerita kita dengan cerita orang lain. Gak perlu iri dengan kisah cinta orang lain yang lebih manis dari kita.

6. Menikah seharusnya tidak tabu hanya karena alasan pragmatis

Ketika saya menikah dengan suami saya, ada beberapa hal yang saya rasakan dan itu membuat saya simpati padanya. Semua dimulai dari cara dia memperlakukan saya, dia menghormati saya, dia membuat saya nyaman ada di dekatnya, dan karakternya yang meski kadang kaku sama perempuan, tapi sangat tulus. Saya siap menikah dengannya karena memang saya sudah siap.

Kita hendaknya menikah untuk alasan-alasan yang lebih luas, bukan sekadar alasan pragmatis, misalnya ya karena emang udah umurnya, karena gak mau diketawain teman-teman lantaran udah tua tapi belum menikah, atau karena udah malas cari pasangan, ya udah yang mau aja lah. Jangan ya. Menikah lah karena memang kamu dengan sadar menginginkannya.

my lecturer my husband

Gak perlu takut dengan perjodohan, apalagi membayangkan drama-drama yang akan terjadi. Prinsip saya sederhana, ketika dua orang terbuka dan jujur tentang tujuannya menikah, kecil kemungkinan terjadi perselisihan, pertengkaran, apalagi yang berujung perceraian di kemudian hari.

Diskusikan semua hal tentang masa depan bersama pasangan kita sedini mungkin, supaya hubungan langgeng, kita pun jauh dari stress sebelum dan setelah menikah.

bundalogy

19 responses to “Hikmah Perjodohan Ala Inggit dan Arya di My Lecturer My Husband”

  1. Wah ini my lecturer my husbang yang bikin banyak orang kepengen episode tambahan karena masih baper dan belum siap move on sama ceritanya.
    Uhuuyy memang dijodohkan saat punya pacar kayak Inggit akan terasa berat ya kak Mutia.
    Tapi orangtua mana yang pingin anaknya sengsara? Pasti dijodohkan adalah hal terbaik yang orangtua inginkan.
    Saya jadi teringat saat seseorang memilih pacarnya ketimbang jodoh dari orangtuanya. Kemudian pernikahannya mengalami masalah. Si anak langsung menyesal dengan pilihannya. Dan berkata seandainya dulu nurut sama orangtua. Tapi memang menurut saya tidak boleh ada kata seandainya. Pilihan sudah diambil bukan…

    Like

  2. Aih, ini sisi lain dari perjodohan. Kalau saya pada suami karena sudah siap untuk menikah tetapi lelah karena belum bertemu jodoh jadi ditetima saja, he he. Yah, ada pertimbangan lain juga. Kami sudah 12 tahun sekarang. Alhamdulillah.
    Jadi, perjodohan zaman sekarang tantangannya lebih besar karena akan ada pengaruh luar yang bikin bias. Itu seperti yang dialami Arya dan Inggit. Kerennya Arya itu laki banget dengan caranya sendiri sehingga membuat hati Inggit luluh. Aduh, pantesan serialnya bikin penonton terpikat.
    Itu sinema berkualitas. 👍😍

    Like

  3. Aku belum nonton ini ka mutiaaa. Kata orang2 bagussss. Trus baca ini ada deg nya juga di hati. Apalagi poin, menikah tidak harus dengan orang yang udah dikenal lamaa. Huhu. Ada di netflix ngga ya

    Like

  4. gila banget sih mbak Muthe, gara2 film ini aku rela langganan wetv karena ada episode yang vip. wkwkwk
    gemes banget sama filmnya, awalnya aku nggak tertarik sungguh. tapi gara2 ada reza aja jadi kepo sama alur ceitanya. hihhi
    pas endingnya makin gemess 😀

    Like

  5. Duhh saya kok ngefans banget yaa sama tulisan Muthe ini… nulis apa aja kriuk bangeet… parenting ok, review i-drama juga boleeh. Hmm bagus ya membiasakan nonton i-drama juga jadi yg terkenal jangan cuma kdrama aja yah.
    Terharu baca ini nihh:
    Tapi saya akan menjaga Inggit baik-baik dan berusaha sekuat tenaga saya, dengan hati untuk bisa membahagiakan Inggit, dan meletakkan kebahagiaan Inggit di atas kebahagiaan saya.

    So sweettt… janji Arya kepada bapaknya Inggit

    Like

  6. Kalau ada komunikasi yang baik, meski masalahnya perjodohan, yang biasanya tidak diterima semua pihak, tapi tetap ada sisi baiknya juga ya. Yaitu tadi jika ada masalah kan bisa dikomunikasikan dengan baik…
    Tertarik saya nih untuk menonton tayangannya…

    Like

  7. Waaaaa ternyata begini kisahnya My Lecture My Husband yang lagi rame dibahas di kalangan ibu-ibu di lingkunganku. Kukira drama Korea eh. Ternyata drama Indonesia. Keren juga ya pengambilan premisnya. Dia tentang perjodohan dan memang fokus ke menikah. Seakan-akan terbalik 180 derajat dibandingkan sinetron-sinetron selama ini yang mengangkat tema pacaran atau menikah tapi nggak pengen dijodohkan. Penasaran eh. Nanti aku dengar istriku cerita lengkapnya deh.

    Like

  8. Tidak pernah ragu dengan makan tangan Monty Tiwa ketika duduk di kursi sutradara. Selalu suka dengan garapan beliau. Apalagi kali ini skrip dieksekusi duo pentolan layar lebar Tanah Air. Ditambah pula setelah membaca enam nilai yang ditulis Mbak Muthe. Sepertinya menonton serial ini akan menjadi hiburan yang setidaknya sejenak bisa melupakan lelah di masa pandemi.

    Like

  9. Menikah itu memang penuh dengan banyak pertimbangan dan cinta bukan satu satunya pertimbangan yang masuk sebenarnya,. terkadang pertimbangan cinta malah dapat menjerumuskan karena kita cenderung utnuk buta untuk mengambil keputusan. Pernikahan memang sesuatu yang sangat berat dan membutuhkan ilmu dan usaha yang besar utnuk dapat menjalaninya dengan baik dan benar

    Like

  10. wah sudah ada yg mereview 🥺 aku juga awalnya penasaran karena muncul terus iklannya di IG dan youtube, kepo, sampai akhirnya nonton dari eps 1 sampai akhir dan happy ending 🤣 emang cinta tuh butuh dibangun ya mbak, dan emang gak selamanya yg bilang cinta duluan aka pacar beneran mau serius beneran, relate sekali dgn asmara anak muda masa kini

    Like

  11. Seru banget ini ceritanya,meskipun dijodohkan tetep seru bener keromantisannya. Saat mereka dijodohkan justru terlihat happy menjalaninya tanpa beban ya. Memang kata dijodohkan itu sering terkesan jelek juga,seolah-olah tanpa diawali cinta begitu.

    Like

  12. akhirnya setelah seris my leture my husban ini tamat, ada juga yang neg review. cara review ambil sudut pandany aoke mbak.
    ngomong-ngomong masalah perjodohan, seperti lebi bagus daripada nyari pasangan sendiri, itu artinya orang tua sudah mengetahui betul siap yang cocok untuk anaknya. dari seris itu saya juga belajar bahwa cinta itu bukan dicari tapi ditumbuhkan. eaaak semoga perjodohan mbak sendiri selalu dalam lindungan Allah aamiin

    Like

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Blog at WordPress.com.