https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=G-8K50HN0MMT window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag(‘js’, new Date()); gtag(‘config’, ‘G-8K50HN0MMT’);

Bumil on Duty: IMF-World Bank Annual Meeting 2018


Telat banget yaaaa ceritanya baru ditulis sekarang. Hihihi. Acaranya udah sejak 8-14 Oktober 2018. Tapi gak papa lah, dari pada enggak sama sekali.

Indonesia di mata saya benar-benar diuji sebagai negara besar di tengah serangkaian bencana. Saat Lombok berduka, Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Saat Palu berduka, Bali menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) – Bank Dunia (World Bank) 2018.

Negara ini sukses melaksanakan tugasnya. Terlalu naif jika kita mencap pemerintah tak punya empati dan rasa iba karena tetap menghelat acara besar di tengah bencana. Dua acara di atas bukan event yang disiapkan sehari dua hari, sebulan dua bulan, tapi 3-4 tahun lalu, bahkan Asian Games sudah direncanakan di akhir-akhir pemerintahan Bapak SBY.

Saya menjadi bagian dari salah satu acara besar ini. Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 buat saya sangat istimewa. Bukan hanya karena ini berskala internasional yang mempertemukan 34 ribu delegasi dari 189 negara dunia, namun juga saya bertugas di tengah kondisi hamil 6 bulan.

Pada 2013 lalu saya berkesempatan meliput APEC Leaders Meeting seminggu penuh, masih di Bali, namun dengan kondisi masih single, masih gadis, masih bebas, dan lagi on fire banget menjalani profesi jurnalis. Hehehe.

Event ini melelahkan. Ya, bukan hanya fisik, namun juga mental. Seminggu penuh harus bolak balik Denpasar – Nusa Dua. Berangkat dari rumah jam 7 pagi, sampai lagi di rumah minimal jam 7 malam, bahkan pernah 8.30 malam, saat Maetami (2y5m) putri kami akan tidur.

Kawasan ITDC Nusa Dua yang menjadi kampus utama (kami menyebutnya) steril selama sepekan. Kendaraan umum roda empat dan roda dua dilarang masuk. Ganjil genap diberlakukan setiap jam 7-9 pagi dan 15.00-19.00 petang. Sirkulasi transportasi di ITDC seluruhnya menggunakan shuttle bus. Dari Denpasar, saya harus naik gocar dulu ke Grand Inna Hotel Sanur, lanjut naik feeder bus ke Lapangan Lagoon Nusa Dua (pusat utama shuttle memasuki kawasan ITDC). Sesampainya di ITDC, lanjut lagi naik bus sesuai tujuan berikutnya.

Areal kampus utama (BNDCC, Westin Hotel, dan Nusa Dua Beach Hotel) diakses dengan berjalan kaki 5-10 menit. Jika dapat giliran ke Sofitel Nusa Dua dan hotel-hotel lainnya, harus lanjut lagi naik shuttle berikutnya. Demikian terus seminggu penuh.

JADWAL PADAT SI IBU HAMIL

Nak, ibun menikmati penugasan ini. Sebelum cerita panjang ini dimulai, ibun ingin mengucapkan terima kasih untuk Kakak Mae yang begitu pengertian dengan ibun. Kakak Mae yang dengan senang hati seharian tinggal bersama mba di rumah, meski beberapa kali rewel dan gak bolehin ibun pergi.

Ibun juga ingin berterima kasih untuk kembar soleh ibun di perut. Setiap hari 10-12 jam ibun gak pernah baringan, duduk terus di lokasi, tapi kalian gak pernah mengeluh, tetap kuat, bahkan tendangan kalian di perut seakan jadi jurus ampuh yang membuat ibun terjaga di kala ibun mengantuk di tengah deadline penulisan berita. Terima kasih pada kalian berdua sayang.

Berikut jadwal liputan bumil seminggu penuh…

MINGGU, 7 OKTOBER 2018

07.00-10.00 WITA : Transplantasi terumbu karang di Pantai Sofitel, Nusa Dua bersama Managing Director IMF (Christine Lagarde), Ketua Panitia Nasional IMF-Bank Dunia (Luhut Binsar Panjaitan), Menteri Keuangan RI (Sri Mulyani Indrawati), dan Gubernur Bank Indonesia (Perry Warjiyo).

SENIN, 8 OKTOBER 2018

11.00-17.00 WITA : Indonesia Food Festival di Taman Jepun, BNDCC, dan Paviliun Indonesia di Hotel Westin.

SELASA, 9 OKTOBER 2018

09.00 – 10.00 WITA : Press Briefing World Economic Outlook 2018 bersama Economic Counsellor and Director of Research Department (Maurice Obstfeld), dan Deputy Director, Research Department IMF (Gian Maria Milesi-Ferretti).

14.00-15.00 WITA : Empowering Women in the Workplace bersama Managing Director IMF (Christine Lagarde), Executive Director International Women’s Rights Action Watch Asia Pacific (Priyanthi Fernando), Menteri Keuangan RI (Sri Mulyani Indrawati), Executive Secretary United Nations Economic Commission for Africa (Vera Songwe), dan Senior Deputy Governor Bank of Canada (Carolyn Wilkins).

RABU, 10 OKTOBER 2018

09.45-10.30 WITA : Press Briefing Fiscal Monitor bersama Director Fiscal Affairs Department IMF (Vitor Gaspar), Deputy Director, Fiscal Affairs Department IMF (Abdel Senhadji), dan Deputy Director Fiscal Affairs Department IMF (Paolo Mauro).

11.30 – 12.30 WITA : High Level Dialogue on Disaster Risk Financing and Insurance in Indonesia bersama Wakil Presiden RI (Muhammad Jusuf Kalla), Menteri Keuangan RI (Sri Mulyani Indrawati), dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Mochamad Basuki Hadimuljono).

KAMIS, 11 OKTOBER 2018

08.30 – 10.00 WITA : Penutupan Tri Hita Karana Forum bersama Wakil Ketua Otoritas Jasa Keuangan (Nurhaida), Global Head of Sustainable Finance Standard Chartered Bank (Daniel Hanna), Sekretaris Eksekutif United Nations Framework Convention on Climate Change UNFCCC (Patricia Espinosa).

11.30 – 12.30 WITA : Harnessing Technology for Inclusive Growth bersama Menteri Keuangan RI (Sri Mulyani Indrawati), Co-Chair Bill and Melinda Gates Foundation (Melinda Gates), CEO Bank Dunia (Kristalina Georgieva), Founder and Executive Chairman Econet Group (Strive Masiyiwa), dan Special Advisor Smart Africa (Jean Philbert Nsengimana).

15.00 – 16.30 WITA : Human Capital Summit, Peluncuran Human Capital Index 2018 by World Bank bersama Presiden Bank Dunia (Jim Yong Kim) dan Perdana Menteri Singapura (Lee Hsien Loong)

JUMAT, 12 OKTOBER 2018

15.30 – 17.00 WITA : Disrupting Development: How Platforms and Innovation are Changing the Future of Developing Nations bersama Presiden Bank Dunia (Jim Yong Kim) dan Founder Alibaba Grup (Jack Ma).

SABTU, 13 OKTOBER 2018

12.30 – 14.00 WITA : Debt Challenges Ahead by CEO Bank Dunia (Kristalina Georgieva)

MINGGU, 14 OKTOBER 2018

11.45 – 13.30 WITA : Signing Bilateral Swap Agreement BI – Japan Minister of Finance

Kali ini saya tak akan membahas teknis acara, sebab semuanya sudah terbit di koran atau Republika Online. Tinggal searching pake nama ‘Mutia Ramadhani’ ehehehe #promosi.

Hal paling menyenangkan dari event ini? Buat saya adalah silaturahmi dengan teman-teman jurnalis ekonomi sewaktu di Jakarta dulu. Bisa ketemu kawan-kawan sekantor yang diperbantukan ke Bali, ada Sapto, Idel, Fikri. Ketemu para sahabat dari media lain, Kak Linda, Mba Inda, Tassia, Kak Grace, Kak Maesaroh, dll.

43880717_10217281323214034_7530686126550417408_n
43530801_10217248422791544_6062700170594746368_n

Suatu kebanggaan bisa bertemu langsung dengan Presiden Bank Dunia, Direktur dan Chairwoman IMF, Bos Alibaba Jack Ma, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, dan tokoh-tokoh dunia lainnya. Ini kesempatan langka yang mungkin tak akan terulang dua kali dalam hidup.

44027727_10217275203741051_3975463149842202624_n.jpg
Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim (kiri) dan Bos Alibaba Group Jack Ma (kanan)
43712988_10217257047767163_1774395897879199744_n
43419327_10217257048047170_3936695263200018432_n
43736355_10217257048327177_1335817494291546112_n

Pelayanan untuk awak media selama event IMF-WB 2018 ini cukup baik, namun jauh tertinggal dibanding APEC 2013. Sangat dimaklumi sebab pemerintah menekan sebagian besar anggaran untuk penghematan.

Ada lima ribu awak pers yang meliput kegiatan ini, namun hanya tersedia 400 kursi dan 50 laptop di media center. Buat saya ini cukup cerdas sebab masing-masing jurnalis biasanya lebih aman menggunakan laptop sendiri saat menulis berita. Snack yang disediakan untuk coffee break dan istirahat siang sederhana, kadang cuma kue muffin atau cookies, teh, kopi, susu, dan air putih galon.

Makan siang pun tidak dihidangkan di ruangan mewah seperti APEC 2013. Dua hari pertama pelaksanaan tidak ada makan siang untuk awak media. Kalaupun ada, itu sumbangan dari Kementerian Komunikasi dan Informasi dan jumlahnya terbatas. Baru hari ketiga dan seterusnya panitia menyediakan prasmanan di tenda ICOM, sekitar areal parkir Nusa Dua Beach Hotel. Kami harus berjalan kaki dulu dari media center di Westin Hotel menuju ke sana.

Sore hari setelah peliputan APEC 2013, banyak shuttle disediakan untuk wisata sore bagi delegasi dan media ke berbagai destinasi sekitar Nusa Dua dan Jimbaran. Pada event IMF-WB 2018, pelayanan semacam ini tidak ada lagi. Peserta dan delegasi bahkan harus membayar sendiri paket wisata pilihan mereka yang telah disiapkan Kementerian Pariwisata menggandeng agen perjalanan wisata lokal di Bali dan kota-kota sekitarnya.

PAVILIUN INDONESIA

Paviliun Indonesia cukup menarik perhatian delegasi dan peserta. Lokasinya di areal Hotel Westin, Nusa Dua dan dibagi tiga bagian, yaitu pameran seni dan kerajinan, pameran wisata, dan ekspo infrastruktur.

43471363_10217248424271581_7605387303023804416_n

Pada bagian pameran seni dan kerajinan, delegasi dan peserta bisa menyaksikan aneka karya seni dan kerajinan tangan pengrajin Nusantara, mulai dari batik, kain tenun, lukisan, dan kerajinan kayu. Mereka juga belajar tentang sejarah produk, filosofi, dan demo pembuatannya.

Saya menyempatkan diri berbincang dengan Mba Sri Winarti (42 tahun). Dia adalah pengrajin batik lasem dari Desa Babakan, Kecamatan Lasem.

Sri mengaku senang batik Lasem bisa menjadi salah satu kain tradisional Nusantara yang diperkenalkan di pertemuan tahunan dua lembaga ekonomi besar dunia tersebut. Harapannya semakin banyak orang mengenal proses pengerjaan selembar kain batik dengan tingkat kerumitan tinggi. Sri membuat batiknya menggunakan pewarna alami, sehingga membutuhkan kesabaran ekstra.

Selembar kain batik Lasem sepanjang 2,5 meter dibuat hingga enam bulan. Harganya mulai dari Rp 200 ribu hingga enam juta rupiah. Batik Lasem seolah menebar pesona tersendiri yang membuatnya layak untuk dikoleksi.

43550443_10217248425671616_8323700233724755968_n
Pengrajin batik lasem

Karya lain yang diminati peserta dan delegasi adalah tenun ikat dari Desa Watublapi, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) milik Kelompok Tenun Watubo. Tenun ini populer karena seluruh pengrajinnya menggunakan bahan pewarna alami untuk memproduksi kain-kain tenun.

Kak Rosvita, pendiri Kelompok Tenun Watubo mengatakan tenun Watubo diwariskan dari generasi tua kepada generasi muda Desa Watublapi. Saat ini ada dua kelompok pengrajin tenun di Watublapi yang beranggotakan lebih dari 60 orang.

Mereka terdiri dari anak-anak muda, dewasa, hingga dewasa tua. Kain tenun yang dihasilkan bukan hanya untuk pakaian sehari-hari, namun juga busana adat dengan harga cukup variatif, mulai dari Rp 200 ribu hingga lima juta rupiah. Selembar kain tenun sepanjang tiga meter dan lebar 80 centimeter (cm) dikerjakan dalam waktu tiga bulan.

43400853_10217248426511637_5947893457094705152_n.jpg
Pengrajin tenun ikat flores

Kak Ros berharap tenun Watubo juga bisa dikenal dunia lewat pertemuan tahunan ini. Lewat sanggar seni yang didirikannya, Kak Ros berkomitmen terus mengajarkan keterampilan tenun tradisional kepada generasi muda Desa Watublapi, mulai dari tingkat sekolah dasar. Tak jarang anak-anak desa di Kecamatan Hewokloang itu sudah bisa menenun sendiri, bahkan menjual hasil tenunnya.

Wisatawan bisa lebih mengenal tenun Watubo dengan menginap di homestay-homestay milik penduduk lokal. Di sana pengunjung bisa belajar mengenal lingkungan Watublapi, cara menggunakan alat tenun tradisional, proses pengerjaan kain, dan mengetahui mengapa harga kain tenun yang dihasilkan dari pewarna alami harganya lebih mahal dari pewarna sitentis.

Desa Watublapi saat ini tengah dipersiapkan menjadi kampung wisata oleh pemerintah daerah setempat. Atraksi wisata lain tak kalah menarik, mulai dari wisata kuliner, tarian, dan peninggalan sejarah sejak zaman penjajahan Portugis di NTT.

Pada bagian pameran wisata, pemerintah mempromosikan destinasi-destinasi terpilih yang terangkum dalam Wonderful Indonesia. Agen-agen perjalanan siap melayani delegasi dan peserta yang tertarik menyusun jadwal perjalanan di Indonesia, khususnya mereka yang ingin berpelesir usai pertemuan akbar tahunan ini.

43497236_10217248424911597_183811603697762304_n

Pada bagian pameran infrastruktur di Paviliun Indonesia, delegasi dan peserta akan disajikan kemajuan pembangunan infrastruktur Indonesia. Pameran ini juga bisa menjadi ajang bisnis karena informasi mengenai peluang investasi dan alternatif pembiayaan pembangunan dalam negeri tersaji lengkap.

Areal Indonesia Food Festival yang berlokasi di dua titik, yaitu Taman Jepun BNDCC dan kolam renang Westin Hotel tak kalah ramai. Di sini peserta dan delegasi berkunjung dan menikmati sajian kuliner Nusantara setiap makan siang. Tentu saja tidak ada makan siang gratis. Hehehe. Lagi-lagi penghematan ya?

Mereka harus membayar sendiri makan siangnya dengan standar dolar AS. Semua dibanderol dengan harga rata-rata Rp 95-110 ribu atau sekitar 6,5-8 dolar AS, mulai dari somay, mi tek-tek, satai ayam, satai kambing, satai sapi, nasi padang, atau nasi campur bali. Buatku harga segitu ‘tega’ banget yaaa? Hihihi. Tapi buat bule apalah artinya 6,5 dolar AS untuk makan siang. Mereka dah terbiasa makan dengan menu paling murah 10 dolar AS.

Booth makan siang di Indonesian Food Festival ini 11.00 WITA hingga 17.00 WITA. Saya berkesempatan bertemu dengan Chef Rachman Syah dari manajemen BNDCC yang khusus mengoordinir area Taman Jepun BNDCC. Chef Rachman mengatakan di sana ada delapan booth makanan, terdiri dari lima booth makanan tradisional dan tiga booth makanan internasional, yaitu Italia, India, dan Jepang.

Nasi Padang, sebut Chef Rachman salah satu makanan favorit delegasi mengingat rendang pernah dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia. Pilihan lainnya adalah ayam pop disajikan dengan samba lado hijau, sambal khas Sumatra Barat dan gulai daun singkong. Harapannya semoga kuliner Indonesia semakin mendunia lagi lewat ajang ini.

Di Westin Hotel, ada booth khusus untuk menggalang sumbangan gempa Lombok dan tsunami Palu. Yang cukup menarik perhatian dan selalu ramai dikunjungi adalah ‘A Cup for Solidarity’ yang difasilitasi BRI. Secangkir kopi yang diminum delegasi di sini dihargai Rp 100 ribu dan seluruhnya akan didonasikan.

43576861_10217257048767188_5619974061254770688_n.jpg

Bos IMF, Christine Lagarde dan Presiden Jokowi juga sempat mencicipi kopi asli Indonesia di sini. Ada 1.500 cup yang disediakan dan itu berarti seluruhnya akan ada Rp 150 juta yang disumbangkan untuk Lombok dan Palu.


2 responses to “Bumil on Duty: IMF-World Bank Annual Meeting 2018”

    • Hehehe, ya mas, beda profesi beda beban kerja. Semua punya level lelah masing-masing. Yang penting kalo ngejalaninnya semangat, mau apapun kerjaannya pasti kelar juga. Terima kasih sudah berkunjung dan salam kenal ^_^

      Like

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Blog at WordPress.com.